Yang namanya cinta tidak
akan indah kalau tidak dibarengi air mata. Maka, tak heran jika ada filsafat
yang mengatakan bahwa, kalau kamu belum siap mengeluarkan air mata maka jangan
coba-coba kamu mengenal yang namanya cinta. Karena cinta dan air mata itu
sepaket. Seperti yang kebanyakan orang alami saat ini. Aku paling benci yang
namanya air mata. Siapapun dia yang menangis di depankudengan alasan apapun
yang berhubungan dengan cinta maka jangan salahkan aku kalau akan aku tendang
dia jauh-jauh dari hadapanku. Yah, itulah aku.
“Kamu itu belum pernah
jatuh cinta makanya kamu gak tahu, gimana sakitnya cinta itu” kata temanku
suatu ketika.
“Karena aku tahu cinta itu
hanya membawa bencana dan air mata makanya aku gak mau jatuh cinta dan mengenal
yang namanya cinta. Lagian sih, kalian pada bodoh semua udah tahu cinta itu
seperti apa, masih juga kalian pertahankan dan yang paling menyedihkan buat aku
nih, kalian sampe lakuin apa aja buat mendapatkan cinta itu. Gak penting
banget”.
“Ya, kamu gak ngerti sih,
makanya kamu bisa ngomong kayak gitu. Nanti juga suatu saat kalau kamu dah
jatuh cinta baru kamu rasakan baik-buruknya,” balas temanku.
Aku memilih diam, paling
malas aku kalau dah bicara tentang cinta-cinta’an. Mending aku dengerin nenekku
cerita tentang jaman-jaman penjajah dulu ketimbang dengerin teman-temanku
ngomongin cinta atau sejenisnya.
Sore itu, sepulang kampus
seperti biasa aku maen ke telaga yang tidak jauh dari rumahku. Itu adalah
satu-satunya tempat fovoritku. Setiap kali pulang dari kampus aku harus mampir
ke situ walaupun cuma sebentar. Sehari aja aku tidak ke situ seperti ada sesuatu
yang belum sempurna dihidupku. Aku sudah jatuh cinta sama tempat itu sejak kami
menghuni rumah yang tidak jauh dari telaga itu. Aku menghidupkan MP4 dan
berbaring di rerumputan sambil melepas lelah karena aktifitas di kampus yang
begitu padat, diiringi musik jazz yang menambah indahnya telaga ini. Sejenak
aku berpikir tentang kebiasaanku mengunjungi telaga ini. Menurutku telaga ini
tempat yang menyenangkan dan bersahabat banget, tapi sayangnya cuma aku yang
berpendapat seperti itu. Orang-orang yang disekitar situ sama sekali gak
tertarik sama telaga ini. Mereka bahkan gak pernah memperhatikannya, apalagi
mengunjunginya.
Tiba-tiba terlintas
dipikiranku tentang cinta. Aku udah jatuh cinta kali ya sama tempat ini,
makanya gak ada alasan untuk gak mengunjungi tempat ini barang seharipun,
selalu ada alasan untuk ke tempat ini”.
Mungkin seperti ini kali
yang dirasakan oleh mereka-mereka yang jatuh cinta pada seseorang yang menarik
hatinya. Walaupun bagi orang lain dia biasa-biasa saja tapi bagi mereka yang
jatuh cinta padanya dia sangat istimewa dan luar biasa, maka untuk
mendapatkannya mereka pasti menggunakan berbagai macam cara dan seperti aku
yang tak mau lepas dari telaga ini, mereka pun rasanya tak ingin lepas dari
sosok yang sudah menarik hati mereka.
Siapapun pasti tidak akan
pernah lepas dari yang namanya jatuh cinta, bagaimanapun cara kamu
menghindarinya suatu saat kamu pasti akan mengalami jatuh cinta. Gak percaya?
Buktinya aku. Bertahun-tahun aku menghindar dari yang namanya jatuh cinta, karena
menurut aku cinta itu hanya akan membawa bencana dan air mata.
Tapi ternyata cinta mampu menaklukan aku juga. Diam-diam aku mengagumi sosok
yang begitu baik, sederhana, pintar, dan apa adanya. Namanya Dinda, anak baru
pidahan dari fakultas kedokteran Bandung. Gak tahu kenapa setiap kali melihat
dia ada sesuatu yang beda dalam dirinya, senyumnya yang begitu manis membuat
aku ingin melihat dia terus tiap hari. Ini kali ya rasanya jatuh cinta.
Teman-temanku sudah seperti
paranormal yang sok tahu “hei Jo, kamu kenapa tuh ngeliatin telaga sambil
senyam-senyum kayak gitu, emangnya di telaga itu ada Dinda ya.. hahaa” kata
salah satu temanku waktu aku ajak mereka maen ke telaga.
Sebenarnya mereka paling malas aku ajak ke telaga karena menurut mereka gak ada
yang menarik di sana. Tapi karena aku ngajaknya pake “pemaksaan” jadi mau gak
mau mereka harus mau. Kembali ke pembicaraan mengenai Dinda.
Aku kaget mendengar gurauan
temanku itu. “Ih, sotoy banget sih kamu jadi orang. Siapa juga yang lagi
mikirin Dinda. Gak penting banget”. Ngelak jalan satu-satunya untuk selamat
dari tudingan mereka.
“Jiah, kami nih bukan baru
kemarin kenal yang namanya cinta, Jo. Dari gerak-gerik kamu aja, kami udah tahu
kalau kamu suka kan sama si anak baru itu, ngaku aja deh Jo kami semua
ngedukung kamu kok”, mereka terus meneror aku.
Bukannya aku takut mereka
tidak mendukungku, karena mereka dukung ato tidak pun aku tetap akan berusaha
untuk ngedapetin Dinda. Tapi yang aku takutin kalau mereka sampe tahu aku sudah
jatuh cinta. Soalnya aku selalu bersikeras untuk tidak akan pernah jatuh cinta.
Duh harus alasan apalagi nih.
“Ah, ngaco aja kalian.
Lagian kalian tahu sendirikan aku paling benci ngebahas yang gini-ginian”
“Udalah Jo, sampai kapan kamu mau menghindar terus, semakin kamu menghindar
cinta akan terus membuntuti kamu. Biarkanlah cinta itu mengalir Jo, cinta tidak
selamanya membawa bencana kok. Pada dasarnya cinta itu indah, kalau kamu salah
memahaminya maka cinta akan jadi bencana, tapi kalau kamu bisa menghargai dan
memahami cinta yang sebenarnya itu, tentu kamu akan bahagia”.
“Jo, orang yang gak waras
aja bisa jatuh cinta masah kamu kalah sama mereka? Cinta itu ada pada setiap
insan di dunia ni Jo,” Aku dicermahin abis-abisan seolah-olah aku anak TK yang
sama sekali gak ngerti akan cinta.
Sejak saat itu aku mulai
sadar kalau aku juga butuh cinta dan berhak untuk jatuh cinta. Benar juga sih
kata teman-temanku, mungkin hanya orang yang tidak normal alias kelainan alias
idiot yang tidak mengenal apa itu cinta. Seperti berputar 360 derajat,
kehidupan aku sekarang tentang cinta jauh berbeda. Sekarang aku sudah tidak
malu lagi, bahkan aku yang paling bersemangat kalau bicara soal cinta. Rasanya
setiap hari kalau ngumpul sama teman tuh obrolan paling menarik buat aku yaitu
tentang cinta.
Teman-temanku pada bingung
“Jo, kamu baru kesambet setan apa sih? Akhir-akhir ini obrolan kamu tentang
cinta mulu, gantian kami sekarang yang bosan. Skali-skali ganti topik lah,
ngomongin film terbaru kek, ato Negara yang paling unggul di Euro kali ini kek.
Nih tiap hari cinta mulu, Dinda mulu, bosan juga kan jadinya”. Kata salah satu
temanku sewaktu ngumpul di sebuah café yang gak jauh dari kampus.
“Ya, kalian gimana sih,
kemarin-kemarin kalau aku ngomongin Negara paling unggul di Euro, kalian gak
serius dengarnya malah kalian asik ngobrolin pacar-pacar kalian, dan sekarang
giliran aku jatuh cinta masah kalian nyuru aku ngebahas bola lagi, gimana sih
kalian? Gak konsisten banget”. Jawabku sedikit sewot.
“Yaudalah Jo, jangan sewot
gitu. Oh ya kapan kamu nembak Dinda”
“Bentar lagi, tunggu tanggal mainnya aja. Ingat kalian harus bantuin aku.
Siipp?”
“Pastinya Jo, oh ya kamu yakin si Dinda sekarang jomblo?”
“Kok tiba-tiba kamu tanya gitu sih, emang kalian gak percaya kalau dia beneran
jomblo? Apa sih yang bikin kalian ragu?”
“Ya, gak juga sih. Cuma kami gag percaya aja, Dinda itu tipe-tipe gadis idaman
para cowok lho, masah belum ada cowok yang mengisi hatinya. Ya kami ragu aja
sih sebenarnya..”
“Kalian tuh gimana sih,
kalian iri ya sama aku karna aku suka sama cewek yang mungkin kalian juga suka.
Ngaku aja deh, kalau kalian juga suka sama Dinda. Jangan buat aku berpikir dua
kali lagi untuk nembak dia. Jujur ya, perlakuan kalian tuh udah nunjukin kalau
kalian gak ngedukung aku sama sekali. Kalian pikir aku anak kecil yang sama
sekali buta akan cinta. Mentang-mentang selama ini aku gak peduli sama cinta
kalian jadi remehin aku. Udah, aku malas punya teman munafik kayak kalian
semua. Aku bisa ngedapetin Dinda dengan cara aku sendiri tanpa bantuan kalian.
Sekarang anggap aja kita gak pernah kenal. Nyesal aku sama kalian semua.”
Kataku dan langsung meninggalkan mereka.
“Jo, maksud kami bukan itu,
tapi…”
Aku terus berjalan tanpa mempedulikan mereka.
Hari-hari terus berlalu,
dan semenjak kejadian di café itu, hubungan aku dengan teman-temanku
benar-benar renggang. Bahkan saat berpapasan sama mereka aja, aku cuekin
seoalah-olah mereka dari planet asing yang tak pernah ku kenal. Aku makin dekat
dengan Dinda, aku merasa dinda punya perasaan yang sama seperti yang aku
rasakan. Tapi, aku bingung cara nembaknya gimana. Aku pengen nembak dia dengan
cara yang sangat romantis yang gak bakalan dia lupa seumur hidupnya. Aku sadar
ternyata aku butuh teman-temanku. Aku butuh ide cemerlang mereka, karena mereka
sangat tahu tentang cinta dan soal tembak-menembak cewek.
Sore itu aku kembali duduk
termenung di telaga. Aku kangen sama teman-temanku. Aku sering memaksa mereka
untuk maen ke telaga ini. Mereka selalu mengikuti mauku. Tapi, kenapa hanya
gara-gara cinta aku jadi benci sama mereka? Tiba-tiba terlintas dipikiranku
kata-kata salah satu temanku dulu
“Kalau kamu salah memahaminya maka
cinta akan jadi bencana, tapi kalau kamu bisa menghargai dan memahami cinta
yang sebenarnya itu, tentu kamu akan bahagia”.
Ini kali yah yang disebut bencana, aku sudah salah mengartikan niat baik
mereka. Aku yakin mereka gak mungkin masukin aku ke jurang yang dalam, mereka
gak mungkin nusuk aku dari belakang. Aku kenal mereka dari kecil dan kami sudah
bersama-sama sampai kuliah saat ini, kenapa aku masih berprasangka buruk
terhadap mereka. Rasa bersalah itu mulai menguasai aku. Ingin rasanya berkumpul
bareng mereka lagi. Kalau saja aku tidak musuhan sama mereka, pasti sekarang
aku udah jadian sama si Dinda. Masah udah 3 bulan PDKT aku juga belum
nembak-nembak? Parah banget sih aku.
Siang sepulang dari kampus,
aku dapat sms dari sebuah nomor yang tak ku kenal yang bunyinya: Jo, ntar malam jam 7 kita ketemuan di taman blok M
ya, ada yang pengen aku omongin.
Siapa nih? Ngapain dia sms aku minta ketemuan. Ni siapa?
Balasku. Dinda, Jo. Balasnya.
Oh my God!! Benarkah? Dinda ngajak aku
kencan? Okey Din, aku pasti datang tepat waktu. Balasku penuh semangat.
Aku merebahkan diri di
tempat tidur. Pikiranku melayang-layang. Aku mulai membayangkan apa yang akan
di sampaikan Dinda sebentar. Dia pasti mau nembak aku. Yess… yes… akhirnya aku
gak butuh bantuan teman-temanku juga. Ternyata cinta gak ribet ya.
Pukul 06:35 aku dah selesai
siap-siap dan waktunya berangkat. Aku tiba di taman pukul 06:55. Betapa
terkejutnya aku ketika sampai di taman yang di maksud Dinda. Waaww!!! Dinda
ternyata romantis juga. Keren banget, dia menghias tamannya penuh dengan bunga.
Sejenak aku terdiam dan berpikir. Bodoh banget sih aku jadi cowok. Seharusnya
aku yang memperlakukan Dinda seperti ini, Bukan sebaliknya. Seharusnya aku yang
nyiepin ini semua buat dia. Aku memang bodoh. Aku gak pantas disini. Baru aku
mau masuk ke mobil, seseorang di seberang jalan memanggilku.
“Dinda? Sejak kapan kamu
disitu?” tanyaku begitu tahu yang manggil ku adalah Dinda.
“Baru juga nyampe”. Katanya
sembari menghampiriku.
“Nungguin aku yah, sori
tadi macet jadi agak telat” sambungnya.
“Oh.. gak kok, aku juga
baru nyampe, kita masuk aja”, ajakku bingung.
“Oh my God, Jo...
ini semua buat aku ya? Keren banget Jo, waaww.... bunganya harum banget. Kamu
tahu dari mana kalau aku suka lily? Aduh Jo, romantis banget sih kamu? So sweet..” Dinda
sepertinya bahagia sekali sambil mengelilingi sekumpulan lilin berbentuk buah
hati, yang ditaburi bunga-bunga lily.
“Lho, bukannya yang ngajakin kencan dia? kenapa dia jadi terkagum-kagum seperti
itu? Bukannya dia yang udah sedia’in ini semua? Kalau dia terkagum-kagum
seperti itu, lalu siapa yang rangcang semua ini? Bukan Dinda, bukan juga aku.
Siapa dong?”
“Lho, kok malah bengong disitu Jo? Sini dong, sumpah baru kali ini aku
diperlakukan gini sama cowok, sampai kapanpun aku gak akan lupain ini Jo, ini
benar-benar suprice
teromantis yang pernah aku alami dan yang pernah aku tahu, thanks bangat Jo,
kamu memang cowok idamanku.” Kata Dinda berapi-api.
“Iya, sama-sama Din,” aku Cuma bisa megeluarkan kata-kata itu.
Jujur aku benar-benar gak tahu siapa yang rancang itu semua. Atau apa aku salah
masuk tempat. Duh gawat ni, kalau yang sebenarnya punya tempat ini datang dan
bilang kalau yang rancang ini semua dia, bisa-bisa tamat riwayat aku untuk
dapetin Dinda.
Tidak lama kemudian, aku
dapat sms lagi dari nomor yang sama, ajak Dinda mengikuti arah lilin yang menyalah itu
dan nanti kalian akan menemukan sesuatu yang menggambarkan perasaan kamu dan dia.
Jangan-jangan aku di jebak. Aku mulai ketakutan, tapi gimana cara ngasih
tahunya ke Dinda. Dia rasanya bahagia sekali. Gak tega aku kalau tiba-tiba aku
datengin dia dan bilang kalau semua ini bukan aku yang rancang, kita salah
masuk tempatlah atau alasan apapun itu pasti akan membuat Dinda sangat
kecewa.
Sementara aku lagi berbingung-bingung, nomor itu sms aku lagi, cepatan ajak Dinda kesana, keburu lilinnya mati.
Percayalah kalian gak bakalan apa-apa kok, ini untuk kebaikan kalian. Aku bukan
orang jahat.
Aku menarik napas panjang, Entah datangnya darimana keberanian itupun muncul.
Aku mengajak Dinda untuk mengikuti lilin yang berjejer penuh dengan hiasan
bunga. Aku mengajak Dinda untuk melihat sesuatu yang istimewa di sebelah sana,
padahal aku juga gak tahu apa yang sebenarnya ada di sana. Semoga hari ini hari
keruntungan aku.
I LOVE YOU DINDA itu tulisan yang kami jumpai di
sana, yang dikelilingi oleh lilin dan berhiaskan bunga lily. Dinda diam dan
terpaku melihat tulisan itu.
“Jo, kamu so sweet banget,
aku gak mungkin nolak cowok yang udah memperlakukan aku seperti putri malam
ini, romantis banget Jo, sumpah ini akan jadi sejarah dan kenangan terindah
yang harus aku ceritakan kepada anak-anakku nanti, I love you too Jo,”
kata Dinda sambil merangkulku yang masih diam dalam kebingungan.
Aku gak tahu siapa yang rancang ini semua. Bukan aku yang lakukan ini, Dinda
salah orang. Mungkin ada cowok lain yang akan nembak dia malam ini juga, tapi
bukan aku. Perasaan aku benar-benar gak karuan. Aku benar-benar galau saat itu,
aku pengen lari dari situ dan mengurung diri dalam kamar. Oh Tuhan, apa yang
harus aku lakukan.
Dalam kebingunganku,
tiba-tiba aku dengar suara orang tepuk tangan, plok... plok... plok...
“Akhirnya, jadian juga kamu
Jo, slamat ya..” dan itu teman-temanku.
Kenapa mereka bisa ada di sini? Aku kan masih marahan sama mereka. Atau
jangan-jangan kejutan ini mereka yang.....
“Maaf Jo, kami terpaksa lakuin ini, soalnya kalau gak gitu kamu gak
nembak-nembak Dinda, kelamaan Jo, keburu ada yang duluan makanya kami sepakat
untuk lakuin ini, maafin kami ya kalo kami lancang. Tapi tujuan kami hanya
membantu kamu kok”. Kata temanku yang lain.
“Lho, jadi yang buat ini
semua bukan kamu Jo?” Tanya Dinda sedikit kecewa.
“Begini Din, teman kami
yang satu ini orangnya pemalu, saking cintanya dia sama kamu, dia bingung mau
nembak kamu gimana, dia pengen saat dia nembak kamu, momen itu gak akan pernah
kamu lupain seumur hidup. Dia kelamaan mikir idenya, jadi kami selaku
teman-teman yang sangat ngedukung biar kalian cepat jadian, makanya kami
memberikan surprice
ini sama kalian berdua, selaku pangeran dan putri”.
“Pantasan dari tadi Jo
sperti orang kebingungan aja. Oalah, kalian benar-benar teman yang istimewa,
bersyukur sekali Jo dapat teman sebaik kalian. Aku jadi terharu,” kata
Dinda.
Aku mulai angkat bicara dengan sedikit malu-malu. “Guys, maafin aku ya, sumpah
kalian sudah sangat berjasa besar dalam hidup aku. Momen ini sangat penting
buat aku, dan kalian merancangnya sangat sempurna. Padahal aku sudah memutuskan
pertemanan kita. Maafkan keegoisan aku selama ini. Aku takut banget kehilangan
Dinda makanya aku jadi parno gitu sama kalian semua, aku kira kalian juga
diam-diam menaru perasaan pada Dinda, sebenarnya aku gak pantas mendapatkan
perlakuan seistimewa ini dari kalian...” salah satu temanku yang paling benci
suasana melankolis kayak gini langsung memotong pembicaraanku.
“Udah ah, udah kayak di
film-film aja sih, yang terpenting sekarang kamu udah jadian sama Dinda, tahu
gak kami juga gak merasa tentram kalau gak ada kamu setiap kali kami ngumpul,
soalnya gak ada traktirin minum, kami juga kangen sama kebiasaan kamu yang
maksa-maksa kami ke telaga favorit kamu itu.. hahaa,” mereka semua malah
ngeledekin aku.
Cinta emang aneh ya, saat
kita bahagia semuanya kita lupain, kita berasa bisa mengatasi semuanya sendiri
tanpa bantuan orang-orang terdekat kita. Tapi kadang dalam urusan cinta,
bantuan/saran/petuah dari orang-orang terdekat atau lebih khususnya lagi
orang-orang yang sudah berpengalaman dalam urusan cinta, sangat kita butuhkan
untuk keabadian sebuah hubungan.
Dengan bantuan
teman-temanku, akhirnya aku jadian juga sama Dinda dan hubungan kami berakhir
di pelaminan. Seperti kata temanku, karena aku mampu menghargai dan memahami
cinta yang sebenarnya, maka aku sangat bahagia bersama Dinda sekarang.
Kata-kata itu juga akan menjadi wasiat buat anak-anakku nanti. Ternyata Jatuh
cinta itu indah ya..