Rabu, 30 Oktober 2013

Kura-Kura dan Sepasang Burung


Seekor kura-kura, yang kita tahu selalu membawa rumahnya di belakang punggungnya, tidak akan pernah bisa meninggalkan rumahnya biar bagaimanapun caranya. Si kura-kura ini putus asa, ia ingin sekali seperti burung-burung itu yang beterbangan gembira di atas langit, melihat kelinci, tupai dan binatang lain dengan gesit berlari, dia merasa sangat ingin seperti mereka. Dia ingin melihat dunia juga, tapi dia memiliki rumah pada punggungnya dan kakinya terlalu kecil sehingga harus terseret-seret ketika berjalan. 

Suatu hari dia bertemu dengan sepasang burung dan menceritakan semua masalahnya. Sepasang burung merasa ibah mendengar cerita sang kura-kura akhirnya mereka bersepakat untuk menolong sang kura-kura.

"Teman, kami bersedia membantu melihat dunia, asal kamu menyetujui syarat dari kami," kata seekor burung.
"Apa syaratnya?"
"Berpegangan pada kayu ini dengan gigi, dan kami akan membawa engkau terbang, dimana engkau akan melihat seluruh isi dunia. Tapi, kamu harus diam dan tak boleh berbicara, atau kamu akan menyesal,"
"Okey! Aku setuju," jawab kura-kura dengan senang hati. 

Kura-kura cepat menggigit kayu tersebut dengan erat dan sepasang burung tadi masing-masing menahan kedua ujung kayu itu dengan cakarnya. Dan mereka terbang naik melintasi awan. 
Saat itu seekor gagak terbang melintas. Dia sangat kagum dengan apa yg dilihatnya. Karena penasaran sang gagak menghampiri kura-kura dan bertanya: “kamu pasti raja kura-kura”
“Ya benar,” kura-kura itu mulai berkata. Sayangnya, begitu ia membuka mulutnya untuk mengucapkan kata-kata tersebut, dia kehilangan pegangan pada kayu tersebut dan jatuh terhuyung ke bawah dan terbanting di atas batu-batu. 

Pelajaran yang kita petik dari cerita di atas adalah, bahwa rasa ingin tahu yang besar dan kesombongan, merupakan jalan menuju jurang yang bernama "KESIALAN" 

Salam unyu-unyu ^.^

Sabtu, 26 Oktober 2013

Kata-kata Gombal Versi Pelajar

Pensil
Cowok: kamu tahu gak perbedaan pensil sama wajah kamu?
Cewek: gak tahu, apa?
Cowok: kalo pensil tulisannya bisa di hapus, tapi kalo wajah kamu gak akan ada yang bisa hapus dari pikiran aku.

Pulpen
Cowok: kamu punya pulpen gak?
Cewek: punya, kenapa?
Cowok: pinjem dong, buat nulis nama kamu di hati aku.

Penghapus
Cowok: kamu tahu gak kegunaan penghapus?
Cewek: iya, tahu. Salah satunya untuk menghapus papan tulis.
Cowok: yup, aku relah kog jadi papan tulisnya, asal kamu yang jadi penghapusnya.

Cowok: kamu tahu gak persamaan penghapus sama hati aku?
Cewek: gak tahu, apa?
Cowok: sama-sama bisa menghapus. cuma bedanya kalo penghapuskan untuk menghapus papan tulis, tapi kalo hati aku untuk menghapus semua mantan-mantan yang ada di hati kamu.

Cowok: kamu tahu gak perbedaan aku sama penghapus?
Cewek: gak tahu, apa?
Cowok: kalo penghapus semakin dipake semakin habis, tapi percayalah rasa cintaku padamu tidak akan pernah habis.

Penggaris
Cowok: kamu tahu kegunaan penggaris?
Cewek: iya. untuk mengukur sesuatu.
Cowok: ah bohong, buktinya dia tidak mampu mengukur besarnya cintaku pada kamu.

Cowok: kamu tahu perbedaan aku sama penggaris?
Cewek: gak tahu, apa?
Cowok: kalo penggaris, suatu saat bisa saja patah. tapi yakinlah cintaku padamu tidak akan pernah patah, walaupun termakan usia.

Buku
Cowok: kamu tahu perbedaan kamu sama buku?
Cewek: gak tahu, apa?
Cowok: kalo buku, pasti dimiliki semua mahasiswa. tapi kalo kamu cuma milik aku seorang.

Cowok: kamu tahu kan kegunaan buku?
Cewek: ya, tahulah.
Cowok: aku rela kog jadi buku yang dicoret-coret setiap hari, asal yang yang mencoret itu kamu.

Cowok: kamu tahu gak perbedaan toko buku sama hati aku.
Cewek: gak tahu, apa?
Cowok: kalo toko buku, siapapun boleh datang, tapi kalo hati aku hanya kamu yang boleh datang.

Kampus/Sekolah
Cowok: kamu tahu gak pebedaan kampus/sekolah sama hati aku?
Cewek: gak tahu, apa?
Cowok: kalo kampus/sekolah banyak penghuninya, tapi kalo hati aku penghuninya cuma satu, yaitu kamu.

Cowok: kamu tahu gak perbedaannya kalo ke ke kampus/sekolah sama ke rumah kamu?
Cewek: gak tahu, apa?
Cowok: kalo ke kampus/sekolah pasti yang di bawa itu buku, pulpen, dll. tapi kalo ke rumah kamu, aku cukup membawa hati dan cinta.

Cowok: kamu tahu gak persamaan kampus/sekolah sama hati aku?
Cewek: gak tahu, apa?
Cowok: sama-sama ada penjaganya.

Cowok: tahu gak perbedaannya kalo di kampus sama di rumah.
Cewek: gak tahu, apa?
Cowok: kalo di kampus, tiap hari di apelin sama dosen killer, tapi kalo di rumah, selalu di apelin sama cewek cantik kayak kamu.

Tas/Ransel
Cowok: tahu gak perbedaan tas/ransel sama hati aku?
Cewek: gak tahu, apa?
Cowok: kalo tas/ransel isinya buku, dll. tapi kalo hati aku, isinya cuma satu, yaitu wajah kamu.

Cowok: tahu gak persamaan hati kamu sama tas/ransel?
Cewek: gak tahu, apa?
Cowok: selalu aku bawa kemana-mana

Cowok: tahu gak perbedaan kamu sama tas ransel?
Cewek: gak tahu, apa?
Cowok: kalo tas ransel itu di lekatkkan dimana-mana, bisa di meja, ato pun di lantai. tapi kalo kamu cuma bisa diletakkan di hati aku.

Cuma segitu dulu gombal-gembel gak jelas dari aku menggunakan alat-alat yang identik dengan pelajar .. 
Maaf ya, kalo rada-rada garing .. wkwkwk

Rabu, 23 Oktober 2013

Ratu Kibul


Kali ini gue akan cerita tentang anak bungsu kakak gue nomor 3. Namanya Sera. Rambutnya kriting, hobinya suka gemesin orang. Kalo makan, harus sambil pegang telinga. Sekarang dia duduk di kelas 3 SD. Gue punya cerita tentang dia waktu masih di TK. Jadi, Sera ini paling malas kalo di suru pergi TK. Alasannya takut anjing. Memang sih di kampung gue hampir semua orang melihara anjing. Itu selalu yang menjadi alasannya, padahal orang tuanya tahu bukan itu yang menjadi alasan utamanya. Gak masuk akal banget dia takut anjing sementara di rumahnya juga pelihara anjing dan tiap hari kerjaannya mainan anjing. Orang tuanya tahu penyakit malas lah yang buat dia ogah-ogahan kalo pergi TK. Sera ini suka kibulin orang, dan kali ini korbannya adalah ibunya sendiri, ibunya berhasil dikibulin abis-abisan sama dia. Ceritanya berawal dari dia yang tidak mau lagi diantar ibunya ke TK, dia ingin pergi ke TK sendiri. Jelas aja orang tuanya, apalagi ibunya senang dengar anak bungsu mereka akhirnya mau pergi TK dengan tidak terpaksa. Ternyata, Sera punya maksud tertentu di balik itu. Tiap hari dia pamit dari rumah mau ke TK, tapi dia gak pernah sampai di TK, dia malah main ke rumah Isna tetangga mereka yang masih umur 3 tahun. Sera menghabiskan waktu di rumah Isna, sampai dia melihat teman-temannya sudah pulang dari TK, baru dia juga pulang ke rumah. Hampir seminggu kejadian itu berjalan dengan sangat mulus tanpa sedikit pun kecurigaan dari ibunya. Hingga suatu hari gak sengaja ibunya Isna ketemu sama ibunya Sera dan diceritakan kejadian Sera setiap pagi main ke rumahnya, ditambah lagi sms dari ibu guru TK Sera yang mengatakan bahwa sudah seminggu Sera absen. Kontan saja ibunya marah besar. 

Itulah sifat ponakan gue yang satu ini. kelewat nakal dan memang sering bikin ibunya naik darah tiap hari karena ulahnya yang makin hari makin ekstrim. Tapi, untung aja semenjak mengenakan pakaian putih merah dia gak pernah buat hal gila itu lagi, karena tiap hari diantar jemput sama bapaknya. Gak tahu deh kalo seandainya dia gak diantar jemput, mungkinkah dia mengulanginya lagi? *emboh.

Selasa, 22 Oktober 2013

Ulang Tahun Dadakan

Hari ini gue akan cerita tentang ponakan gue yang bernama Resi. Itu fotonya di samping saat dia selesai mengikuti lomba nyanyi di GKS Mawar Saron, dan dia meraih juara 1. Anak bungsu kakak gue yang paling sulung ini memiliki sifat berani dan juga pintar. Sekarang dia duduk di bangku SD kelas 4. Sejak masuk sekolah dasar, ia sudah menjabat 4 kali jadi ketua kelas, sejak kelas 1 sampai sekarang dia duduk di kelas 4. Udah setara dong sama jabatan presiden (hi hi hi). Resi suka banget sama yang namanya anjing. Di kampung gue memang banyak anjing dan anjingnya itu gak ada yang “meme” maksudnya gak ada yang jinak, mereka kasar dan cenderung suka menggigit. Namun, Resi ini malah suka main sama mereka. Setiap bangun pagi bukan ngurusin yang lain, malah anjing yang dia urusin. Tiduran sama anjing, nyium anjing bahkan makan pun bareng anjing-anjing itu. walaupun sudah dimarahi orang tuanya untuk menjauh dari anjing-anjing itu, dia tidak pernah peduli, bahkan Resi makin akrab saja sama makluk-makhluk liar itu. 

Resi anaknya juga sedikit manja dan setiap ulang tahunnya harus dirayakan. Pernah sekali, waktu dia hendak berumur 8 tahun. Sehari sebelum ulang tahunnya, dia mengundang semua tetangga, termasuk pak lurah, bu lurah, pak hansip, bu hansip, teman-teman sekolah serta guru-gurunya untuk datang ke rumahnya besok karena dia akan merayakan ulang tahunnya yang ke-8. Dia sampe telat pulang rumah karena sibuk ngundang orang. Pukul 3 sore dia baru nyampe rumah. Ketika ditanyain, dengan santainya dia menjawab bahwa dia habis mengundang orang. “Ngundang orang untuk apa?” Tanya bapaknya bingung. “Besokkan ulang tahun saya, pa” jawabnya nyantai kayak di pantai sambil beranjak menuju kamar. Bapak dan ibunya hanya saling berpandagan. Belum habis rasa kaget itu, mereka dikagetkan lagi dengan bunyi telpon yang berasal dari gurunya yang menanyakan kepastian tentang undangan Resi tadi di sekolah. Spontan saja orang tuanya pingsan dan 7 bulan kemudian baru sadarkan diri (baca:bohong).

Dengan perasaan bercampur tomat, bawang, lengkuas, cabe, dan cuka, orang tua Resi meminta bantuan orang rumah untuk mempersiapkan segala sesuatu untuk besok, mereka akan mengadakan pesta kecil-kecilan untuk merayakan ulang tahun anak bungsu mereka yang ke-8. Karena memang hanya itu yang bisa diperbuat sekarang, mau gak mau mereka harus berkorban untuk besok, si bungsu sudah terlanjur mengundang semua orang, dan gak mungkin mereka batalin semuanya. Akhirnya acara kecil-kecilan pun berlangsung meriah dan Resi tampak sangat bahagia. Dua hari setelah acara itu usai, bapak dan ibu memanggil Resi dan menasihatinya, bahwa ulang tahun itu tidak harus dirayakan. Didoakan itu sudah sangat cukup untuk menikmati pertambahan sebuah usia. Pesta hanya akan membuat orang kadang lupa bersyukur atas berharganya satu usia yang bertambah itu. Orang tuanya tidak marah lantas perbuatan anaknya yang kelewat berani seperti itu, mereka maklumi. Mungkin karena kebiasaan dirayakan jadi anak mereka menganggap ulang tahun adalah pesta. Setelah mendapat nasihat seperti itu, Resi tidak pernah meminta lagi untuk merayakan ulang tahunnya secara besar-besaran atau setiap ulang tahun harus ada pesta. Gak, sekarang ia bahkan hanya meminta kehadiran kedua orang tuanya untuk berdoa bersama mensyukuri setiap pertambahan usianya.

Nah, untuk adek-adek yang baca cerita ini, jangan coba-coba ditiru ya perbuatan si Resi, itu bisa jadi membahayakan orang tua kalian, apalagi kalo orang tua kalian punya riwayat jantungan. Jadi kalo mau buat sesuatu harus komproni dulu dengan orang tua, sehingga orang tua bisa mempersiapkan diri dengan baik dan semuanya gak terburu-buru. Dan satu lagi, kalian harus ingat bahwa “ulang tahun” itu bukan sebuah “pesta”. 

Minggu, 20 Oktober 2013

Kepergian Diriku

Kasih...
Maafkan diriku yang kini tiba-tiba hilang dari sisimu.
Bukannya aku membencimu, tapi kulakukan ini semua karena aku menyayangimu.

Kasih...
Kepergian diriku dari sisimu bukan karena apa-apa.
Aku takut jangan sampai karena kehadiran orang ketiga, terjadi perselisihan diantara kita.
Cinta yang telah matang yang kita bina bersama.
Telah pudar bahkan sirna termakan jarak dan waktu.

Kasih...
Biarlah aku yang mengalah.
Aku akan menjauh darimu.
Mungkin itu yang kamu cari dan membuatmu senang.

Kasih...
Selamat berbahagia dengannya.. 

-Kamu yang bahagia-Aku yang menderita-

Jumat, 18 Oktober 2013

Cinta Sejati

Cinta Sejati bukanlah korek api yang hanya menyalah dalam waktu tiga detik saja.
Cinta Sejati juga tidak seperti lilin yang hanya mampu menerangi kegelapan.
Tetapi...
Cinta Sejati adalah cinta yang memerlukan pengorbanan serta kasih sayang seseorang.
Cinta Sejati adalah cinta yang terdiri dari dua orang saja dan tidak ada tempat bagi orang ketiga.
Cinta Sejati adalah cinta yang saling memberi, menerima apa adanya dan bukan ada apanya tanpa menuntut sebuah kesempurnaan.

Rabu, 16 Oktober 2013

Gerimis

Sudah puaskah kau merusak senjaku?
Bicarakan apa maksud kehadiranmu.
Kau pikir kau siapa? 
Kau tahu? Kau telah merusak senjaku yang indah.

Kau juga telah menghapus namanya, 
Nama yang telah ku lukis pagi tadi di pagar rumah ini.
Aku ingin dia melihatnya saat dia menjemputku.
Aku ingin dia paham tentang perasaanku ketika melihat tulisan itu. 
Tapi kau malah menghancurkannya, bahkan menghapusnya.

Hei gerimis bodoh! 
Tidakkah kau lihat aku di sini sedari pagi mengawasi tulisan itu? 

Dasar bodoh, 
Thanks, kau sukses membuat hariku MENDERITA!!!

Senin, 07 Oktober 2013

Mantan Terindah

Dia, adalah orang yang paling aku sayangi. Dulu, rasa ini hanya sekedar kagum. Kagum akan kepintarannya, kagum akan kepolosannya, kagum akan sosoknya yang tenang dan penyayang. Tapi, itu dulu waktu aku masih mengenakan pakaian putih merah. Saat aku belum mengerti akan apa itu cinta. Saat aku belum merasakan sakit saat kehilangan. Saat aku, dia masih polos dan lugu. Saat aku, dia dan teman-teman masih suka main kejar-kejaran. Semua kepolosan waktu kecil masih terasa hangat dipikiranku saat aku menulis cerita ini. Dia, bintang kecilku. Mantan terindahku.

Setelah lulus SD aku sama dia berpisah. Terpisahkan jarak, waktu dan tempat. Semenjak itu, aku dan dia jarang bertemu. Saat sesekali aku pulang berlibur, aku sempat bertemu dia. Namun, dia sudah berubah. Dia yang ku kenal dulu tidak seperti yang aku kenal saat itu. Dia tampak dingin dan tak lagi memberikan sedikit senyum saat berpapasan denganku. Apakah waktu telah menghapus aku dari ingatannya hingga aku seperti orang asing baginya? Sungguh hatiku saat itu teriris-iris. Rasanya sakit banget dicuekin seperti itu. Namun, aku sadar kalau aku ini hanya temannya dulu. Dulu banget, saat rasa itu belum menghampiriku. Mungkin hanya aku yang merasakan getaran ini, rasa kagumku dulu kini berubah menjadi cinta. Jujur, aku jatuh cinta padanya, aku jatuh cinta sama bintang kecilku. Semenjak perpisahan itu, semenjak aku mengenakan seragam putih biru hingga mengganti dengan pakaian putih abu-abu aku menunggunya, terus menunggunya, tanpa lelah dan putus asa. Mungkin baginya aku sudah mati, namun bagiku, dia masih hidup dan selalu bersinar di hati ini. Aku tidak pernah pacaran, karena aku hanya menginginkan dia. Setiap hari hanya dia yang berhasil memenuhi pikiranku. Semua teman-teman cowok yang mendekatiku datang dan berlalu tanpa sedikitpun aku pedulikan. Karena hanya dia yang aku inginkan. Walaupun setiap pulang libur harus mendapat kesan asing darinya, aku tetap menyayanginya. Kuakui bahwa cinta buta telah merasukiku.
 
Hari-hari berjalan cepat sekali, hingga aku menyelesaikan masa studi ku di SMA. Aku akan melanjutkan kuliah di tempat yang belum pernah aku pijaki, yang hanya dapat kukenal lewat televisi. Kota Yogyakarta. Aku hanya berharap kota ini mau bersahabat denganku nantinya.

Kesan pertama aku di Yogyakarta ternyata kota ini lebih indah dari yang aku lihat di televisi. Aku tidak menyesal telah memilih kota ini untuk melanjutkan studiku. Setelah beberapa bulan di Yogyakarta, tidak sengaja aku bertemu dia lagi. Tenyata di juga kuliah di tempat yang sama. Walaupun kami beda kampus, namun aku senang banget ketika tahu bahwa aku dan dia sekarang ada di tempat yang sama, ternyata dunia memang sempit ya. Bertahun-tahun kami berpisah, akhirnya ketemu juga di kota gudeg ini. Dia sangat beda sama dia yang dulu. Badannya tinggi, tatapannya penuh angkuh dan terkesan dingin. Ketika aku mencoba ngobrol sama dia, kata-katanya datar, seakan tak bersahabat banget. Namun, aku sadar akan perlakuannya seperti itu karena kami sudah lama tidak bertemu. Mungkin baginya, aku sekarang orang asing. Aku tak peduli dengan semua perlakuan dinginnya terhadapku, keinginanku untuk mendekatinya semakin besar. Aku makin penasaran tentang dia yang sekarang, yang tak lagi lugu seperti dulu. Dalam hati aku berharap semoga pertemuan ini tidak berhenti sampai di sini. Aku yakin ada maksud dibalik pertemuan ini. Tidak kebetulan aku bertemu dia lagi di sini semenjak 6 tahun kami berpisah. Perasaanku semenjak memakai putih merah hingga melepas dan meraih gelar sarjana masih sama. Aku masih mencintai dia. Aku masih menunggu dia.

Semakin-hari aku semakin dekat dengan dia. Butuh waktu yang lama untuk mendapatkan hatinya walau hanya sebagai teman. Dan ternyata usahaku tidak sia-sia, karena akhirnya kami bersahabat. Dia sangat mempercayaiku, dia cerita banyak hal tentang dirinya, teman-teman masa SMA-nya, bahkan kami sempat membicarakan teman-teman SD kami dulu. Dia juga ternyata pencinta bola, dia sering ngomongin club sepak bola yang sangat disukainya, dan ternyata kami punya club jagoan yang sama. Kami sama-sama menjagokan Barcelona. Kebetulan aku juga suka bola, jadi obrolan kami setiap kali smsan atau telponan seputar bola. Aku sangat senang mendengar setiap ceritanya. Dibalik sikap dinginnya yang lebih kelihatan angkuh, ternyata dia orangnya baik dan asyik, sikap penyayang dan kepolosannya dari SD masih kadang terlihat. Semua topik yang dia ceritakan, aku selalu semangat menanggapinya. Namun, ada satu obrolan yang paling menyebalkan kalau dia sudah mulai menceritakan. Apa lagi kalau bukan tentang seorang cewek yang dicintainya. Sakit banget setiap kali mendengar dia menceritakan cewek yang ditaksirnya itu. Aku pura-pura memberi semangat bahkan menyuruh dia untuk mengutarakan perasaannya pada cewek itu. Berat! Tapi tak ada jalan lain. Dia hanya menganggap aku sahabat, dan sebagai sahabat yang baik, aku pantas melakukan apapun yang terbaik untuknya. Yang penting dia bahagia. Kebahagiaanyalah yang terpenting bagiku.

Dulu dia sempat cuekin aku, namun sekarang dia sangat perhatian terhadap aku. Tentu perhatian layaknya seorang sahabat. Dia tak pernah menganggap aku special, seperti aku menganggap dirinya. Namun, sekali lagi cinta membuat aku tetap menyayanginya dalam kondisi apapun.

Aku jatuh cinta sama dia. Tapi aku tidak pernah menunjukkan perasaanku padanya. Aku berusaha menahan perasaanku setiap kali bertemu dia, setiap kali mendengar ceritanya, aku berusaha bersikap layaknya seorang sahabat, karena aku tahu dia mencintai orang lain, sebut saja namanya Dinda. Setiap hari dia curhat sama aku tentang cewek yang dia sukainya yaitu Dinda. Awalnya aku selalu memberi dukungan buat dia untuk memperjuangkan Dinda, tapi lama kelamaan aku jadi sakit, aku kesal karena dia makin hari makin dekat sama cewek itu. Dia tampak semangat ketika cewek itu mau diajak jalan sama dia. Kenapa bukan aku, kenapa harus cewek itu. Seabstrak apakah aku hingga tak bisa terlihat olehnya? Apakah perhatian dan perlakuanku selama ini belum cukup menunjukkan rasa sayangku padanya? Hanya sahabatkah yang pantas didapatkan oleh seseorang yang mencintainya dengan tulus, yang rela menantinya bertahun-tahun? Namun, aku hanya bertanya dan terus bertanya tanpa ada yang sudi menjawabnya. Aku lelah dan kesal. Aku hanya takut kalau dia jadian sama cewek itu aku jadi terasing lagi. Aku takut kehilangan dia, takut banget.

Hari-hari terus berlalu sampai suatu hari dia bilang ke aku kalau dia sudah jadian sama Dinda. doorr!!! kata-katanya seperti bom yang meledak mengenai kepalaku. Sesuatu yang aku takutkan selama ini terjadi juga. Dia sudah jadian sama cewek yang ditaksirnya, maka sebentar lagi aku akan kembali menjadi orang yang tak dianggapnya. Aku akan kembali asing. Dia tak akan membutuhkan aku lagi. Sudah ada cewek itu yang dengan setia mendengar setiap ceritanya, dan aku akan kembali menjadi manusia yang tak dikenalnya. Disaat seperti ini, aku jadi bingung harus bilang apa. Ingin rasanya untuk menahannya untuk tidak meninggalkan aku. Namun, apa hakku? Aku hanya seorang sahabat, yang hanya dicari saat dibutuhkan. Aku tak berhak melarang dia untuk pacaran sama siapapun, itu haknya. Itu perasaannya. Aku tak mau memaksakan perasaannya. Aku harus terima dan bersiap untuk pergi. Sudah saatnya untuk mencari hati lain, namun terasa sulit untuk melupakan dia. Sungguh sulit! Dengan berat hati aku memberi selamat sama dia. Semenjak dia jadian sama Dinda aku mulai menghindar dan dia pun sepertinya sudah tidak pernah mencari aku lagi. 

Tiga hari kemudian dia menelpon aku kalau dia sudah putus sama Dinda. Spontan aku kaget banget, padahal baru tiga hari mereka jadian. Jujur aku senang banget saat itu, tapi mendadak sedih karena dia bilang dia sakit hati. Dinda ternyata punya pacar lain selain dirinya. Yang lebih menyakitkan lagi ternyata dirinya hanyalah pelampiasannya saja karena waktu itu Dinda lagi berantem sama cowoknya. Aku yang mendengar itu ikutan sedih dan kesal. Aku kesal karena orang yang aku sayangi dengan gampang disakitin sama cewek lain.

Semenjak putus sama Dinda, dia terlihat sedikit pendiam dari biasanya. Berbagai cara aku lakukan supaya dia tidak sedih lagi. Jujur, walaupun aku senang dia akhirnya jomblo lagi, tapi melihat kondisinya yang galau stadium akhir karena patah hati, aku tak tega juga. Dan ternyata semua usahaku tidak sia-sia. Sekitar seminggu lebih dia sudah tampak ceria dan seperti biasa lagi. Kini bahkan dia kembali heboh, nyebelin dan usil lagi seperti dulu. Bahkan dia nyuru aku buat panggil dia “Pangeran”. Perasaanku waktu itu bahagia banget, serasa dia memang pangeran buat aku. Dan dia sendiri manggil aku dengan sebutan “Cony”, yang sampai sekarang aku sendiri tidak tahu arti dan maksud dari kata Cony. Tapi nama apapun yang dia berikan buat aku selalu indah setiap kali terucap dibibirnya. Dan mulai saat itu kami menjadi “pangeran” dan “cony” yang semakin hari semakin dekat.

Singkat cerita, kami pun jadian. Sahabat kini jadi kekasihku. Namun ada satu masalah yang masih mengganjal di hatiku yang buat aku tidak nyaman menjalani hubungan sama dia. Akhir-akhir ini hubungan abangku dengan dia yang tidak begitu baik mempengaruhi aku juga, dan aku mengambil kesimpulan bahwa abang pasti marah kalau tahu aku pacaran sama dia. Awal sebelum jadian, kami sudah sepakat bahwa kalau sampai abangku tahu kami pacaran, maka kami harus akhiri hubungan ini.

Belum lama kami pacaran, aku meminta untuk mengakhiri hubungan kami, karena aku takut abang tidak merestui hunbungan kami ini. Dan akhirnya kamipun putus, aku sedih banget saat mengambil kesimpulan yang bodoh itu. Aku tahu, itu sangat bodoh. Bertahun-tahun aku menunggu, mengharapkan dia untuk memiliki hatiku. Namun, saat dia sudah berhasil mendiami hatiku dengan bodoh aku melepaskannya. Aku sudah tak punya cara lain. Dia marah dengan keputusanku yang menurut dia tidak masuk akal itu. Namun, aku bersikeras untuk mengakhirinya. Entah setan apa yang sudah merasuki hatiku, aku tak tahu. Yang jelas, aku sangat menyesal telah mengambil keputusan bodoh itu.
Semenjak putus, dia sudah tidak pernah menghubungi aku lagi. Aku tahu dia kecewa sama aku. Seminggu setelah aku putus sama dia tiba-tiba abang menanyakan hubungan aku sama dia, entah abang tahu darimana aku pacaran sama dia aku tidak tahu. Aku kaget, dan dalam kepura-puraanku aku jawab dengan nyantai kalau kami baik-baik saja. Satu kalimat yang sepertinya menyayat hatiku, “abang senang kamu pacaran sama dia”. Karena menurut abang, dia adalah orang yang tepat buat aku, walaupun mereka sering beda pendapat tapi kata abangku dia orang yang baik dan sangat pantas untuk jadi pacarku. Doorrr!!! Satu peluru lagi menancap dalam dadaku hingga terasa sesak. Aku tidak pernah menyangka kalau abang akan berbicara seperti ini, yang aku bayangkan selama ini, abang bakal marah besar kalau tahu aku pacaran sama dia. Dengan nada penuh penyesalan aku jelaskan sama abang kalau aku sudah putus sama dia. Aku jelaskan semuanya sama. Bodoh! Hanya kata itu yang keluar dari mulut abang. 
Mungkin aku adalah manusia yang paling menyesal saat ini. 

Buat kamu bintang kecilku, kalau kamu baca ceritaku ini, aku mau minta maaf, aku sadar kalau aku yang bodoh. Akupun sangat menyesal sudah berbuat itu kepadamu. Jujur sampai saat ini perasaanku tidak berubah. Aku masih mencintai kamu. 
 

Gembel Ceria Template by Ipietoon Cute Blog Design