Hari ini gue akan cerita tentang
ponakan gue yang bernama Resi. Itu fotonya di samping saat dia selesai
mengikuti lomba nyanyi di GKS Mawar Saron, dan dia meraih juara 1. Anak bungsu
kakak gue yang paling sulung ini memiliki sifat berani dan juga pintar. Sekarang
dia duduk di bangku SD kelas 4. Sejak masuk sekolah dasar, ia sudah menjabat 4
kali jadi ketua kelas, sejak kelas 1 sampai sekarang dia duduk di kelas 4. Udah
setara dong sama jabatan presiden (hi hi hi). Resi suka banget sama yang
namanya anjing. Di kampung gue memang banyak anjing dan anjingnya itu gak ada
yang “meme” maksudnya gak ada yang jinak, mereka kasar dan cenderung suka
menggigit. Namun, Resi ini malah suka main sama mereka. Setiap bangun pagi bukan
ngurusin yang lain, malah anjing yang dia urusin. Tiduran sama anjing, nyium
anjing bahkan makan pun bareng anjing-anjing itu. walaupun sudah dimarahi orang
tuanya untuk menjauh dari anjing-anjing itu, dia tidak pernah peduli, bahkan
Resi makin akrab saja sama makluk-makhluk liar itu.
Resi anaknya juga sedikit manja dan
setiap ulang tahunnya harus dirayakan. Pernah sekali, waktu dia hendak berumur
8 tahun. Sehari sebelum ulang tahunnya, dia mengundang semua tetangga, termasuk
pak lurah, bu lurah, pak hansip, bu hansip, teman-teman sekolah serta
guru-gurunya untuk datang ke rumahnya besok karena dia akan merayakan ulang
tahunnya yang ke-8. Dia sampe telat pulang rumah karena sibuk ngundang orang.
Pukul 3 sore dia baru nyampe rumah. Ketika ditanyain, dengan santainya dia
menjawab bahwa dia habis mengundang orang. “Ngundang orang untuk apa?” Tanya
bapaknya bingung. “Besokkan ulang tahun saya, pa” jawabnya nyantai kayak di
pantai sambil beranjak menuju kamar. Bapak dan ibunya hanya saling berpandagan.
Belum habis rasa kaget itu, mereka dikagetkan lagi dengan bunyi telpon yang
berasal dari gurunya yang menanyakan kepastian tentang undangan Resi tadi di
sekolah. Spontan saja orang tuanya pingsan dan 7 bulan kemudian baru sadarkan
diri (baca:bohong).
Dengan perasaan bercampur tomat,
bawang, lengkuas, cabe, dan cuka, orang tua Resi meminta bantuan orang rumah
untuk mempersiapkan segala sesuatu untuk besok, mereka akan mengadakan pesta
kecil-kecilan untuk merayakan ulang tahun anak bungsu mereka yang ke-8. Karena
memang hanya itu yang bisa diperbuat sekarang, mau gak mau mereka harus
berkorban untuk besok, si bungsu sudah terlanjur mengundang semua orang, dan
gak mungkin mereka batalin semuanya. Akhirnya acara kecil-kecilan pun berlangsung
meriah dan Resi tampak sangat bahagia. Dua hari setelah acara itu usai, bapak
dan ibu memanggil Resi dan menasihatinya, bahwa ulang tahun itu tidak harus
dirayakan. Didoakan itu sudah sangat cukup untuk menikmati pertambahan sebuah
usia. Pesta hanya akan membuat orang kadang lupa bersyukur atas berharganya
satu usia yang bertambah itu. Orang tuanya tidak marah lantas perbuatan anaknya
yang kelewat berani seperti itu, mereka maklumi. Mungkin karena kebiasaan
dirayakan jadi anak mereka menganggap ulang tahun adalah pesta. Setelah mendapat
nasihat seperti itu, Resi tidak pernah meminta lagi untuk merayakan ulang tahunnya
secara besar-besaran atau setiap ulang tahun harus ada pesta. Gak, sekarang ia
bahkan hanya meminta kehadiran kedua orang tuanya untuk berdoa bersama mensyukuri
setiap pertambahan usianya.
Nah, untuk adek-adek yang baca cerita
ini, jangan coba-coba ditiru ya perbuatan si Resi, itu bisa jadi membahayakan
orang tua kalian, apalagi kalo orang tua kalian punya riwayat jantungan. Jadi
kalo mau buat sesuatu harus komproni dulu dengan orang tua, sehingga orang tua
bisa mempersiapkan diri dengan baik dan semuanya gak terburu-buru. Dan satu
lagi, kalian harus ingat bahwa “ulang tahun” itu bukan sebuah “pesta”.
0 komentar:
Posting Komentar