Sabtu, 27 Desember 2014

Salahkah Jika Dendam Itu Ada?


Aku ingin bertanya beberapa hal:

Pertama, seberapa besar kau mempercayai seseorang dalam hidupmu? dua puluh persen? lima puluh persen? delapan puluh persen? 

Kedua, pernahkah kau memberi kepercayaan kepada orang sebanyak seratus persen? 

Ketiga, apakah salah jika timbul benci dan dendam dalam hati, ketika orang yang kau percaya mengkhianati kepercayaan yang sudah kau diberikan?

Keempat, Apakah kau membutuhkan permintaan maaf dari seorang pengkhianat?

Empat pertanyaan itu kutujukan untuk kau. Kau yang sudah menghancurkan segalanya. Selama ini aku Mempercayaimu. Menjunjung tinggi namamu. Menganggap kau segalanya dalam hidupku. 

Apa balasan dari semua kebaikan yang aku dan mereka berikan? Kami menganggapmu seolah Dewa yang selalu dipuja karena kami merasa kau pantas mendapatkan itu. Namun kau sungguh angkuh dan sombong. Kau manusia yang terlalu gila dengan pujian, kau ingin namamu selalu menjadi yang pertama untuk sebuah perbuatan baik, kau terbuai dengan semua kebaikan yang kau dapatkan hingga membalas semuanya dengan sampah. 

Padahal sebenarnya kau tak bisa apa-apa, kau tak bisa diandalkan, bahkan perbuatan terkutuk yang kau lakukan, dengan gampangnya kau limpahkan ke orang lain. Kau merekayasa semuanya dan memperbodok mereka yang tulus menyayangi dan menghargaimu. Binatang saja masih bisa menghargai orang yang memperlakukannya dengan baik!! 

Hei, Mereka menasihatiku untuk tidak membenci. Tapi tidak, aku tak bisa memaafkan perbuatan bejatnya itu. Aku juga berhak marah dan kecewa. 
Aku menangis bukan karena aku lemah. Aku menangis karena aku menyesal, aku menangis karena orang yang sangat kusayangi dulu semasa hidupnya mau berkorban untuk seorang pengkhianat seperti dia. Aku menangis karena itu. Karena dia, aku kehilangan mereka yang aku sayangi. Itu yang buat dendam ini semakin membara.  Apa aku salah? 

Aku marah, benci, kecewa, bahkan dendam. Aku memang hanya anak kecil yang tak tahu apa-apa. Tapi mata dan hatiku tidak buta. Aku tahu, dengar dan liat semua. Semua perbuatan bejat dan pengkhiatan yang sudah kau lakukan. 

Jika dikasih satu permintaan malam ini, aku hanya minta satu hal, yaitu penderitaanmu. Aku sangat berharap kau menderita, sehingga kau merasakan apa yang sudah dirasakan mereka yang sudah kau khianati, agar kau tahu betapa sakitnya hati mereka yang sudah kau hancurkan hidupnya. Betapa memilukan hidup dengan pengkhianat seperti kau!!!

Kalian menganggap aku jahat? Terserah. Aku tak peduli. Karena aku sudah berusaha berdamai dengan hati untuk menerima semua dengan lapang dada, tapi aku tak bisa. Untuk masalah lain mungkin aku bisa memaafkan, tapi untuk dia dan masalah ini, sampai kapanpun aku tak akan pernah memaafkannya. Karena seribu kata maaf dari mulutnya pun tak akan bisa menghapus semua duri yang sudah ia tancapkan, aku tidak bisa menerima semuanya begitu saja. 


Mungkin penderitaannya bisa menghapus luka dalam hatiku. Mungkin!!

Kamis, 04 Desember 2014

Adik Kecil Berkantong Lusuh

Hah, Lagi-lagi dia!
Dari arah berlawanan kulihat dia lagi
Dia, adik kecil yang selalu menghambur saat lampu lalu lintas berganti warna
Dia, yang hanya bisa menengadah, bermuka polos dan menyorongkan tangan
Dia, yang tiap hari disuguhi pandangan sinis dari para pengendara

Dia yang hanya bisa tersenyum kecut
Karena cuma seratus perak yang ada dikantongnya
Dia masih menunggu
Berpindah jendela dari sekian kendaraan yang terhenti oleh tiang lalu lintas
Terik yang ikut menyiksa membuatnya tersenggal
Menusuk hatinya hingga ambang perih

"Hei!" aku tersentak ditengah macet
Mata minusku melotot mengikutinya
Di sana ada sebuah mobil
Di dalamnya ada pria paru baya dengan wajah tolol
Menghardiknya tanpa belas kasih
Namun dia hanya menghindar sedikit
Sedikit saja, lalu tersenyum

Akh di mana aku?
Sedari tadi hanya mematung dengan tangan terkepal
Dengan wajah yang ikut-ikutan tolol
Terpaku saja sebatas itu
Seharus aku teriak, "Dik, kemari!"

Raga tipis tinggal tulang itu
Rapu didera hujan dan terik
Wajah yang sarat rasa sakit
Meringkuk dalam lara dikesekian hari
Sendiri dalam rotasi kehidupan
Mengais mimpi yang nyaris terinjak ego

Aku, mereka dan adik kecil berkantong lusuh itu
Bukan seayah, bukan seibu
Tapi tentu saja, kita satu Negara, satu Pencipta!
Yogyakarta, 4 Desember 2014
 

Gembel Ceria Template by Ipietoon Cute Blog Design