Senin, 27 Oktober 2014

Si Rempong dan Kakatua

Mbel, temen gue lagi jatuh cinta nih. Tiap hari wajahnya berseri-seri, semangatnya ngalah-ngalahin orang yang lagi demo. Bukan semangat ngerjain skripsi, bukan pula semangat traktirin gue makan, Mbel. Tapi semangat critain cowok yang sekarang lagi bersemayam indah dalam hatinya. 

Gue akhirnya paham jatuh cinta itu seperti apa, Mbel. Usia tidaklah menjadi penghalang. Meski usia mereka terpaut jauh, namun itu tidak mengurangi rasa sayang mereka satu sama lain. Jarak yang juga mendaftarkan diri untuk menjadi pengganggu hubungan mereka dikalahkan dengan telak oleh besarnya cinta dan rasa saling percaya kedua insan itu.

Gue seneng liat dia seneng. Karena setidaknya dia gak ngerepotin gue dengan kerempongannya. Jangan salah, temen gue yang satu ini memegang prestasi orang terempong sedunia, jadi kalau ingin jalan bareng dia, jangan lupa bawa stok kesabaran sebanyak-banyaknya. Ya, usahakan harus banyak. Gak usa penasaran, Mbel. Karena gue gak bakal ceritain kerempongannya di sini, ntar kalo di baca sama dia, gue bisa dikutuk jadi gorila. Oh tidak, itu mengerikan skali.

Kembali ke te-ka-pe. Ya, selama dia jatuh cinta, kerempongannya berkurang 80%. Namun jangan dikira penderitaan gue selesai. Tidak! Muncul masalah baru. 

Kali ini yang jadi korbannya adalah kuping gue. Iya, dari proses dia kenalan sama cowok itu, dari siapa yang terjun bebas dari Solo ke Jogja, sampai pada tahap pendekatan, siapa yang nekad minum air comberan dan ngemil bunga mawar agar cintanya gak di tolak, hingga berujung pada proses penembakan, seperti pelurunya diimpor dari mana, senapannya di rancang oleh siapa. Gue tahu semuanya. Gue benar-benar update informasi tentang dia. Kalo gue jadi wartawan, mungkin nama gue langsung naikdaun bisa jadi naikpohon saking lengkapnya informasi yang gue dapetin. Sayangnya, dia bukan public figure dan gue gak punya bakat untuk jadi wartawan.

Semua tempat yang kami tongkrongin menjadi saksi bisu curhatan dia. Dan dari semua tempat itu, gue yakin tempat yang paling bosan menampung berat badan kami dan mungkin merasa en'ek dengerin suara kami adalah burjo depan kosan gue, karena saking seringnya kami nangkring di situ.

Itu semua terasa semenjak ada setumpukan kapas di burjo itu setiap kali kami ke sana. Awalnya gue bingung, kenapa di burjo ada benda seperti itu. Mungkinkah selain menjual makanan, burjo itu memproduksi kapas? Entahlah. Namun, ketika gue prediksi lebih jauh, gue amati, gue teliti dengan cerdas, akhirnya gue nemuin jawabannya. Ternyata kapas itu digunakan untuk menyumbat kupingnya setiap kali kami bertamu ke tempat itu.

Sungguh terhina sekali nasib kami, sampai sebuah burjo pun harus menyumbat kupingnya demi terhindar dari suara-suara sumbang. Padahal itu curhatan hati loh, bukan curhatan si Olga Syaputra. 

Tapi untunglah gue orangnya baik hati, suka menolong, dan rajin menabung (ehm!). Gue gak jahat seperti burjo itu. Dengerin dia curhat setiap hari memang ada rasa bosan. Namun, rasa bosan itu dikalahkan oleh rasa ingin tahu yang besar. Bukan kepo loh. Kepo itu milik si alay dan gue bukan makhluk alay. Gue cuma penasaran apa yang membuat dia tiba-tiba tersenyum sendiri, membuat dia tiba-tiba ngobrol sendirian sama handphone sambil tersenyum senang. Gue juga pengen liat wajah ceria itu setiap hari. Itulah mengapa gue selalu ingin jadi pendengar setia.

Buat temen gue si rempong, jangan pernah wajah ceria itu terganti cemberut apalagi dihiasi air mata. Jangan! Gue gak ingin lihat itu lagi. Karena gue pernah ikutan gila waktu lo patah hati. Gue ikutan stres waktu lo galau. Gue ikut panik kala di atas motor lo triak seperti orang depresi.

Tinggalkan masa lalu lo, jadikan itu pengalaman dan kenangan.
Waktu sekarang, saat ini adalah waktu bahagia, lo! Nikmatilah!
Semoga cinta kalian berakhir di pelaminan. 

Untuk mereka yang saat ini jatuh di jurang yang bernama Cinta, jangan seorang pun menolong mereka untuk keluar dari jurang itu, biarkan mereka hidup di dalam sana sampai malaikat menjemput mereka.
Kalian, bahagialah!!!!

Sabtu, 18 Oktober 2014

Sebut Saja Dia "Ef"

Mbel, lo pernah gak ngerasain yang namanya jatuh cinta pada pandangan pertama? Atau, mungkin lo gak percaya bahwa benar ada yang namanya cinta pada pandangan pertama?

Dulu, gue juga beranggapan seperti itu, Mbel. Gue gak pernah tuh percaya sama kalimat yang mengatakan “cinta pada pandangan pertama”. Namun naasnya sekarang gue diserang kalimat itu dalam keadaan yang mengenaskan. Bagaimana tidak, gue bisa-bisanya jatuh cinta pada seorang lelaki yang hanya gue lihat dari sebuah foto DP salah satu kontak gue di BBM. Konyol memang, tapi gue bisa apa kalo udah diserang seperti itu.

Singkat cerita, gue akhirnya dapat pin-nya dan gue sama dia pun sering bbm-an. Setiap hari ada aja yang kami bicarakan, bahkan sampai larut malam, pernah sampai pagi. Gue nyaman banget kalau chat sama dia, Mbel. Menyebut dia “teman” pun rasanya sperti gue abis terjun ke jurang, namun kata itu tetap gue ucapin demi melindungi hati yang sebenarnya ingin meledak setiap kali menyebut kata “teman”.

Disisi lain, gue sadar, Mbel. Gue bukan orang yang ditunggu. Walaupun, dia sekarang jomblo, gue gak mau berharap sama dia, gue berusaha gak ge-er setiap kali chatting-an sama dia, karena  gue gak mau jadi korban PHP. Ini perasaan gue, tak ada hubungannya dengan dia. Gue udah jatuh cinta sama dia jauh sebelum dia menyadari, tapi ya seperti yang gue bilang tadi, Mbel. Ini perasaan gue! Mungkin di luar sana, banyak yang dekatin dia, banyak juga yang mengingininya dan mungkin dia telah menunggu seseorang jauh sebelum dia kenal gue.

Pasti lo mau bilang gue pesimis kan, Mbel? Nggak! Gue hanya berusaha jujur sama kenyataan. Lagian si parasit itu masih membuntuti gue, dan sekarang berdiri tegap, menantang gue.

Mbel, lo tahu parasit, kan? Itu loh yang sirik banget sama gue dan sepertinya gak pengen gue bahagia. Lo tahu kan parasit yang gue maksud itu apa? Yup, “Perbedaan”. Lo masih ingat Mbel, brapa kali gue terjebak dalam perbedaan? Gue aja udah lupa. Ah, sialan lo parasit!

Buat elo yang udah bikin gue ngerasain cinta pada pandangan pertama, gue tahu lo hanya nganggap gue sebagai teman. Wajar, karena kita memang hanya teman yang tak saling kenal. Lo pasti udah punya sosok yang lo kagumi sebelum lo kenal gue. Lo harus kejar dia, sekalipun lo udah menyadari perasaan gue, lo gak boleh dilema, ikuti kata hati lo. Dia yang lebih dahulu mengenal lo, dan mungkin dia yang lebih dahulu bikin lo jatuh cinta. Jangan pikirkan perasaan gue, bahagialah bersama dia. 

Oh iya, hari ini lo ulang tahun. Happy birthday ya. Cepat kejar dia yang lo cintai, sebelum dia diambil orang lain. Gue ingin lo bahagia hari ini, tersenyum besok, dan tertawa setiap hari. Gue gak harus melihat setiap detik kebahagiaan lo, tapi percaya saja, gue pasti bisa merasakan. 

Tetaplah jadi “teman” gue yang menyenangkan. Ya, mungkin gue akan terbiasa dengan kata itu. Tenang saja, gue pasti baik-baik saja. Pasti! Lihat, gue mengakhiri tulisan ini dengan senyum. Gue baik-baik saja, kan? :)

Sabtu, 11 Oktober 2014

Cinta? Datang Lagi?

Cinta, kau datang lagi. Iya, kau benar-benar datang lagi. Padahal aku sudah berjanji untuk tidak mengundangmu, tapi kau datang tak di undang. Mengapa? Apa tujuanmu? Membuatku takut? Resah? Atau mungkinkah kau datang untuk sebuah kebahagiaan? 

Akh, bahagia? Bukankah kata itu sudah mati? Aku telah sadari, tidak ada cinta yang menghantarkan kebahagiaan. Aku pernah diracuni dan aku tak ingin teracuni untuk kedua kalinya, karena itu bisa membunuh. Aku belum siap mati. Setidaknya aku tak mau mati karena kata konyol itu.

Silahkan kau berdiam dan menguasai pikiranku, tapi tidak untuk hatiku. Tidak akan kubiarkan kau mencuri kunci hatiku, karena aku tak ingin seorang pun membukanya. Tidak seorangpun, bahkan juga kau.

Jangan tanya kenapa, karena aku tahu kau datang hanya memamerkan segudang janji manis dan cinta semu yang kau miliki.
 

Gembel Ceria Template by Ipietoon Cute Blog Design