Minggu, 19 April 2015

Nasib Gue Beradu di Malang



Sebelum gue benar-benar meninggalkan tanah Jawa dan kembali ke kampung halaman gue di NTT, Sumba Barat Daya, gue ingin jalan-jalan dulu. Malang adalah tempat yang gue pilih untuk menghabiskan sisa petualangan gue di tanah rantauan.

Di Malang, gue dan kakak gue tinggal di kosan adek gue. Ya gue ke Malang gak sendirian, berdua sama kakak gue yang juga ingin menikmati tanah Jawa. Itulah sebabnya dia gak langsung pulang setelah mengikuti acara wisuda gue. Dia nantinya akan pulang ke kampung halaman bersama gue.

Saat pertama kali tiba di kosan ini, gue merasa bahwa gue berada di zona nyaman, karena temen-temen kosan adek gue menerima gue dengan baik dan ramah. Namun, gue baru menyadari sebuah ketidaknyamanan itu ketika mulai beranjak sore, saat gue baru bangun tidur. Ya, gue tiba di Malang kira-kira pukul 05:00 pagi dan karena alasan kecapekan, gue langsung tidur dan baru bangun ketika pukul 16:40 WIB.

Waktu gue bangun, gue lihat anak-anak kos pada sibuk. Ada yang ngantri mandi, luluran, dandan, bersihin upil, dan berbagai ritual terjadi sore itu. Gue abaikan saja, bukan urusan gue untuk mengetahui urusan mereka. Gue menuju westafel dan membasu wajah sebentar kemudian kembali ke kamar. Gue ingin mandi sebenarnya tapi begitu lihat antriannya yang panjang gue memilih mendekam di kamar saja dulu sembari menikmati musik yang dicoverin penyanyi cover favorith gue, Joseph Vincent. 

“Yuli, sudah belum mandinya!!!” teriak salah satu anak kos yang gue perhatiin sudah 10 kali dia bolak balik depan kamar mandi.

“Sebantar lagi, 5 menit” balas orang yang bernama Yuli.

Gue jadi kangen sama kosan gue yang di Jogja. Gue pernah seperti itu, triak-triakan sama orang yang di kamar mandi, hanya menanyakan udah selesai mandi atau belum. 
Gue menyumbat kuping gue dengan headset untuk menghindari keributan di luar. Kosan adek gue ini ramai setiap saat, gak kayak kosan gue di Jogja. Kosan gue di Jogja itu termasuk kosan yang ababil. Kalo saatnya ramai, ribut banget. Kalo saatnya sepih, hening banget.

Keasyikan dengan penyanyi cover itu gue lupa kalau udah pukul 20:00, pantesan gue laper banget. Kakak gue lagi telponan sama cowoknya. Maklum LDR. Adek gue gak keliatan. Mungkin dia lagi di kamar tetangga. Gue tunggu beberapa menit. 10 menit, 20 menit, belum keliatan. Amukan perut gue udah gak bisa gue kendalikan lagi, akhirnya gue memutuskan untuk sms dia aja,

“dek, lagi di mana?” 

“lagi di ruang tamu kak, kenapa?”

Gue bangun dan nengok ke luar. Om My God! Itu ada apa di luar sana, di depan kosan yang dinamakan ruang tamu tapi bentuknya tidak menyerupai ruang tamu. Semua duduk berpasangan, cewek dan cowok. Penasaran, gue sms adek gue,

“dek, itu di luar kok pada duduk pasang-pasangan, cewek-cowok, ngapain?”

“menurut kakak, kalo cewek-cowok duduk berpasangan itu ngapain? Ya pacaranlah? Emang kakak, dari tadi pacaran sama leptop mulu”

Gubrak! Nih anak gak ada sopan-sopannya, sama kakak sendiri dikatain begitu.

“kamu juga pacaran?”

“iyalah,” balasnya.

Gue ngemil bantal sampai mabok.

Malang, tempat yang gue anggap paling nyaman buat gue untuk menenangkan hati dari segala macam kegalauan cinta, malah menjadi tempat yang membuat gue jadi merenung, mengingat kembali semua kisah-kisah cinta gue yang selalu kandas, entah itu karena ego atau pun karena kebodohan. Selain itu, Mantan gue yang di sini juga meminta gue untuk bertemu dia, walau sebentar. Gue gak mau, tapi dia meminta bantuan adek-adek gue. Untung adek-adek gue bukan termasuk orang yang durhaka terhadap kakaknya sendiri. Mereka masih mau mendengarkan alasan gue yang gak ingin bertemu mantan.

Gue ke Malang untuk menikmati hidup, untuk merdeka, untuk menghabiskan sisa-sisa waktu gue di tanah rantauan. Gue ke sini bukan untuk merajut cinta ataupun bertemu mantan. GUE KE MALANG, BUKAN UNTUK MERATAPI NASIB GUE YANG SELALU MALANG DALAM URUSAN CINTA..!!!

Sabtu, 18 April 2015

Cinta Tanpa Kesimpulan

Dirimu telah mengajarkan cinta dengan keagungan bumi
Memberi tanpa batas, tanpa akhir bak matahari
Mengajarkan cinta dengan harapan dan mimpi-mimpi
Seperti titik-titik air di atas tunas
Mengalir memberi hidup

Tapi tahukah kau bahwa sejatinya cinta itu tanpa kesimpulan?
Rasa dan logika cuma pertanda bahwa ia ada
Jauh di dalam peti hati 
Pandora yang tak berkunci, tak bersandi...

Aku,
Diam dari banyak kata, klausa dan paparan mata
Diam dari riak ombak yang mencumbu karang dengan amarah
Diam dari anggunnya peran asmara
Diam sambil mengeja satu-dua pertanyaan
Seberapa manis terucap lalu membuang?
Seberapa indah terjalin lalu senyap dan bisu?

Pun bayangmu berlalu bersama angin
Hilang, melayang dalam remang senja
Saat itulah aku tersadar
Cintamu tanpa kesimpulan

Sabtu, 11 April 2015

Rasanya Baru Kemarin...

Rasanya baru kemarin aku menginjakkan kaki di kampus Universitas Sanata Dharma

Rasanya baru kemarin aku melihat wajah-wajah asing tersenyum manis, saling menyapa berusaha akrab satu dengan yang lain

Rasanya baru kemarin aku dan teman-teman berkumpul di kantin kampus dengan alibi mengerjakan tugas namun nyatanya malah bergosip ria, menceritakan banyak hal, diselingi tawa dengan ciri khas masing-masing

Rasanya baru kemarin aku berkenalan dengan dosen-dosen tua yang memiliki kehebatan masing-masing

Rasanya baru kemarin aku hampir diusir Opung (Pak Marpaung) karena telat masuk kelas Logika

Rasanya baru kemarin aku disapa “sugeng siang, mba” sama Pak Mardjono karena telat masuk kelas Trigonometri

Rasanya baru kemarin aku dicubit pak Sukardjono karena tidak bisa mengerjakan soal Statistik Elementer yang beliau berikan

Rasanya baru kemarin  aku pusing membuat alat peraga matematika yang diberikan Pak Sardjana

Rasanya baru kemarin Eka nginap di kosanku untuk mengerjakan tugas Kalkulus vektor yang diberikan Pak Arif

Rasanya baru kemarin aku ditegur Ibu Eni karena mengenakan kaos dan sandal jepit ke kampus

Rasanya baru kemarin aku mendengar kata-kata pedas dari Pak Sugiarto karena kesulitan mengerjakan projek pemrograman komputer yang beliau berikan

Rasanya baru kemarin aku mengenal Elzhe dan Minny, teman dari NTT yang ternyata punya penyakit narsis dan gila, kadang saling tukar tempat nginap, belajar bersama sampe larut malam ditutorin Elzhe yang selalu diakhiri dengan bercerita tentang banyak hal, yang jelas bukan tentang pelajaran

Rasanya baru kemarin aku mengenal Puput, teman seperjuangan di semester akhir, temen berantem kalau lagi ngerjain soal maupun ujian, temen selfie di kelas, temen nongkrong bareng di kantin, pergi dan pulang kuliah bersama, ngerjain skripsi bersama di IQ Kedai dan Legend coffee juga melakukan hal-hal gila bersama

Rasanya baru kemarin aku mengenal There, temen seperjuangan yang gak pernah lelah menanyakan pertanyaan “aku kurusan, gak?” setiap kali kami bertemu, itu sudah semacam password yang harus dijawab sebelum kami menceritakan hal-hal lain, temen yang rempongnya setengah mati tapi jago taekwondo. 

Rasanya baru kemarin aku mengurus Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika sebagai koordinator Humas

Rasanya baru kemarin aku melaksanakan baksos di SD Kintelan Klaten, mengikuti Study tour ke Malang dan Bandung

Rasanya baru kemarin aku mengikuti PPL (Program Pengalaman Lapangan) di SMP Negeri 1 Yogyakarta

Rasanya baru kemarin aku mengikuti KKN (Kuliah Kerja Nyata) di Sembungan, cangkringan, Sleman, Yogyakarta. Selama satu bulan lebih, hidup bersama dengan teman kampus yang sebelumnya belum aku kenal. Ada Tian, Nia, Erin, Sabdo, Ruth, Riska, Ocha, Mami, Nikop dan Yuyun.

Rasanya baru kemarin aku begitu dekat dengan anak-anak di Sembungan, bermain bersama mereka, keliling kampung bersama, liat mereka berlatih Jathilan, digosipin dengan bocah kelas 5 SD, dan belajar banyak hal tentang hidup dan kerja keras

Rasanya baru kemarin aku nonton bareng Ocha di bioskop, nongkrong di Rumah Coklat, juga bantuin aku ngerjain skripsi

Rasanya baru kemarin aku merasakan jatuh dan menangis, ada kekecewaan juga kekesalan, kemudian bangkit dan kembali berlari bersama skripsi

Rasanya baru kemarin jantungku hampir copot ketika diadili di ruang sidang oleh Ibu Hanik, Pak Arif dan Ibu Fitri

Rasanya baru kemarin aku menjadi mahasiswa yang sering nongkrong di burjo samping Agatha dan angkringan Mas Agung

Rasanya baru kemarin aku menjadi mahasiswa yang sering dibully karena kepolosan yang lebih tepat disebut kebegoan dan kebolotan yang kadang kumat kalau lagi kumpul bersama teman

Rasanya baru kemarin aku bekerja part time di Eldiva Net, punya temen baru yang menyenangkan. Ada Ayu, Vera, bang Aris, bang Liong yang memanggilku Yubon, bang Ade yang memanggilku gembel, bang Derry yang menyebutku gadis kelinci, juga Eko, Zuki dan Juan

Rasanya baru kemarin aku merepotkan Ani dengan menemaniku dari daftar wisuda sampai mencari kebaya untuk wisuda

Rasanya baru kemarin aku merasakan kangen pada kampung halaman, ingin menangis dan bermanja dipelukan keluarga

Rasanya baru kemarin aku menyandang status mahasiswa, menikmati setiap momen layaknya mahasiswa, sempat berpikir untuk tetap menjadi mahasiswa karena sangat menyenangkan menjadi mahasiswa.

Hari ini, aku wisuda...
Semua kenangan di atas seakan ditelan perlahan-lahan
Oleh musim yang mulai kusam
Oleh memori yang mulai meninggalkan kerutan-kerutan
Siapa yang mengerti sisa mimpi ini?

Duh sisa hidup, aku akan ke mana?
Mampukah aku menghargai detik juga proses?
Mampukah aku bertutur, melangkah dengan cerdas dan humanis?

Almamaterku...
Kuatkah lenganku menggenggam amanah yang telah kau embankan?
Sudah siapkah aku menerjang dunia?

Minggu, 05 April 2015

Untuk sebuah Janji

Aku hanya belajar mencintai dia yang mencintaiku, dan melupakan dia yang sudah melupakanku. Ini bukan lagi tentangnya. Ini tentangku, tentang kisahku. Aku harus bahagia karena dia telah bahagia.

Seseorang datang dengan kesederhanaan cinta. Dia memahami hatiku. Dia yang belum kucintai, tapi aku akan belajar mencintainya. Ini bukan tentang memberi harapan, anggap saja ini janjiku. Asal dia tetap seperti ini, memahami hatiku.

Untuk kamu, terima kasih sudah hadir dalam hidupku saat ini. Menjadi satu-satunya orang yang tak pernah menuntut cintaku. Tidak menertawakanku yang masih saja terjerat dalam masa lalu dan bodohnya, tak tahu cara untuk keluar walau berkali-kali mencoba untuk kabur.

"Kalau memang kamu belum bisa melupakannya, aku akan mengerti. Aku tidak akan memaksamu untuk mengabaikannya. Aku akan terus mengatakan 'i love you' padamu sampai kamu membalas 'i love you too' padaku. Dengar, aku menganggap ucapanmu itu janji. Dengan begitu, kita mempunyai janji satu sama yang lain. Impas, kan?

Aku suka kamu yang saat ini, bertahanlah, dan teruslah seperti ini. Suatu saat aku akan mengatakan itu padamu. Aku akan bilang 'i love you' padamu setiap hari.
 

Gembel Ceria Template by Ipietoon Cute Blog Design