Senin, 23 Oktober 2017

Seperti Daun Yang Jatuh, Lalu Diterbangkan Angin...

Pada hari itu, aku seolah orang yang tidak mencintaimu. Aku menjadi orang yang sangat tega melepasmu. Tidak ingin lagi menggenggam lenganmu atau memeluk tubuhmu. Tidak ingin lagi melakukan apa-apa agar kamu tetap di sini, bahkan bertemu denganmu pun menjadi sesuatu yang tidak kuinginkan lagi.

Seperti daun yang jatuh, lalu diterbangkan angin. Disaat seperti itu, ia tak lagi punya kuasa melawan angin, ia akan terhempas dimana saja angin menghempasnya. Demikian aku saat ini. Aku benar-benar tak kuasa pada diriku sendiri. Aku malu pada ketidaktahudirianku. Aku malu pada kelancanganku. Aku lupa bahwa aku belum memilikimu sepenuhnya. Dan satu hal  lagi yang aku lupa, aku tak punya hak sedikitpun untuk mengorek privasi-mu. Betapa bodohnya aku telah melakukan semua itu semua.

Tapi apa daya, ditengah jalan pergiku, waktu malah membawa kembali kenangan-kenangan itu. Kenangan manis beberapa bulan lalu tepat di hari ulang tahunku berhasil membuat satu tetes air jatuh dari mataku. Kemudian serentetan canda, tawa, perhatian dan sayangmu yang sudah kurasakan dengan tulus ikut menguasai pikiranku tanpa bisa kuhentikan.

Aku terjebak dalam amarah yang kuciptakan sendiri. Dan air mata ini? Ah peduli setan. Biarkan saja mengalir. Karena aku sendiri yang memulai semua ini. Jadi biar saja air mata ini terus mengalir. Sampai habis. Dan kemudian. Mati!

Sabtu, 14 Oktober 2017

Karena Kepada Hatimulah Tempatku Pulang dan Menetap

Aku ingin memulai tulisanku dengan ungkapan terima kasih. Terlebih kepada sang Pencipta yang sudah memperkenalkanku denganmu. Seseorang yang sangat tahu cara membuatku tersenyum, baik saat berdekatan maupun saat berjauhan. Memang baru sebentar kita berjalan, menapaki cinta yang baru saja tumbuh dengan sangat subur. Memang terkadang ilalang ataupun beberapa hama membuat suasana sedikit canggung dan bahkan membuat ego lebih berkuasa. Namun, yakinlah ketulusan tak membuat kita kalah. Malah rasa cinta dan sayang ini semakin tinggi, semakin dalam.

Dengan sadar harus kuakui bahwa kamu menjadi yang nomor satu dihatiku saat ini. Lembaran baru sudah kumulai denganmu, dan aku ingin lembaran terakhirku nanti kuakhiri denganmu pula. Itu harapanku, yang selalu kusemogakan dalam doaku tiap malam. Tentu aku sudah lalui tualang yang panjang, dan berpikir sudah saatnya ku akhiri tualang ini, dan itu di pelukanmu. Belajar dari pengalaman, bahwa terkadang janji hanyalah pemanis dalam hubungan percintaan. Maka, saat ini aku enggan untuk berjanji. Bukannya aku tidak total dalam hal jatuh cinta padamu sayang, aku hanya takut suatu saat nanti aku tak bisa menepati janji itu. Tapi percayalah, aku akan berusaha menjaga apa yang seharusnya kujaga.

Kepada kamu yang saat ini telah menduduki tempat paling pertama di hatiku. Aku sedang memulai halaman baru denganmu. Dan lembaran masa lalu, telah ku kubur dalam-dalam dan aku pastikan untuk tidak lagi menggalinya kembali. Saat ini aku sudah sangat nyaman denganmu. Aku sudah menetapkan hati denganmu. 

Satu yang ku pinta dengan sepenuh hati. Mungkin besok atau lusa, kamu akan temukan sikapku yang membuatmu marah. Tolong jangan acuhkan aku. Marahlah aku dengan kasih, tanpa harus mendiamkanku, meneriaki atau memukuliku. Mungkin juga rasa bosan itu akan muncul, apalagi ketika sikap dramaku  yang berlebihan membuatmu capek dan lelah. Jangan abaikanku sayang. Tetaplah kecup kecingku, dan dekap aku dalam pelukan hangatmu.  Lekatkanku erat-erat pada hatimu, karena disitulah tempatku pulang dan menetap.
 

Gembel Ceria Template by Ipietoon Cute Blog Design