Dengan
sadar harus kuakui bahwa kamu menjadi yang nomor satu dihatiku saat ini.
Lembaran baru sudah kumulai denganmu, dan aku ingin lembaran terakhirku nanti
kuakhiri denganmu pula. Itu harapanku, yang selalu kusemogakan dalam doaku
tiap malam. Tentu aku sudah lalui tualang yang panjang, dan berpikir sudah
saatnya ku akhiri tualang ini, dan itu di pelukanmu. Belajar dari pengalaman,
bahwa terkadang janji hanyalah pemanis dalam hubungan percintaan. Maka, saat
ini aku enggan untuk berjanji. Bukannya aku tidak total dalam hal jatuh cinta padamu sayang, aku hanya
takut suatu saat nanti aku tak bisa menepati janji itu. Tapi percayalah, aku
akan berusaha menjaga apa yang seharusnya kujaga.
Kepada
kamu yang saat ini telah menduduki tempat paling pertama di hatiku. Aku sedang
memulai halaman baru denganmu. Dan lembaran masa lalu, telah ku kubur
dalam-dalam dan aku pastikan untuk tidak lagi menggalinya kembali. Saat ini aku
sudah sangat nyaman denganmu. Aku sudah menetapkan hati denganmu.
Satu yang ku pinta dengan sepenuh hati. Mungkin besok atau lusa, kamu akan temukan sikapku yang membuatmu marah. Tolong jangan acuhkan aku. Marahlah aku dengan kasih, tanpa harus mendiamkanku, meneriaki atau memukuliku. Mungkin juga rasa bosan itu akan muncul, apalagi ketika sikap dramaku yang berlebihan membuatmu capek dan lelah. Jangan abaikanku sayang. Tetaplah kecup kecingku, dan dekap aku dalam pelukan hangatmu. Lekatkanku erat-erat pada hatimu, karena disitulah tempatku pulang dan menetap.
Satu yang ku pinta dengan sepenuh hati. Mungkin besok atau lusa, kamu akan temukan sikapku yang membuatmu marah. Tolong jangan acuhkan aku. Marahlah aku dengan kasih, tanpa harus mendiamkanku, meneriaki atau memukuliku. Mungkin juga rasa bosan itu akan muncul, apalagi ketika sikap dramaku yang berlebihan membuatmu capek dan lelah. Jangan abaikanku sayang. Tetaplah kecup kecingku, dan dekap aku dalam pelukan hangatmu. Lekatkanku erat-erat pada hatimu, karena disitulah tempatku pulang dan menetap.
0 komentar:
Posting Komentar