BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Rencana memekarkan
diri dari Kabupaten Sumba Barat merupakan keinginan murni dan kebutuhan dari warga
masyarakat pada tuju kecamatan yang berada di wilayah Kodi, Wewewa dan Loura.
Keinginan ini telah terpendam lama dan baru terwujud setelah keluarnya UU Nomor
22 tahun 1999, tentang Pemerintahan Daerah dan PP Nomor 192 tahun 2000 tentang
Persyaratan Pembentukan dan Kriteria Penghapusan dan Penggabungan Daerah.
Pemekaran ini sendiri
bertujuan untuk mendekatkan pelayanan kepada masyarakat, guna terwujudnya
masyarakat yang sejahtera lahir dan batin. Masyarakat dari tujuh wilayah
kecamatan yang menginginkan pemekaran adalah, Kecamatan Kodi Bangedo, Kecamatan
Kodi, Kecamatan Loura, Kecamatan Wewewa Barat, Kecamatan Wewewa Timur,
Kecamatan Wewewa Selatan dan Kecamatan Wewewa Utara.
Pembentukan bakal
Kabupaten Sumba Barat Daya, dilatarbelakangi oleh beberapa hal sebagai berikut:
- Memiliki sumber daya alam yang sangat besar dan sebagian besar masih bersifat potensial.
- Memiliki kemampuan sosial-budaya yang belum dikelola secara maksimal.
- Memiliki kemampuan sosial-politik yang dapat dimanfaatkan dalam rangka pembangunan kehidupan demokratis.
- Memiliki sarana dan prasarana pemerintah yang memadai.
- Memiliki sumber daya manusia yang banyak dan memenuhi syarat.
- Memiliki 7 buah kecamatan, 94 buah desa, dan 2 kelurahan.
- Berdasarkan hasil penelitian Tim Universitas Nusa Cendana-Kupang, bakal kabupaten SBD sangat layak menjadi sebuah kabupaten sendiri .
- Besarnya jumlah penduduk sebagai modal dasar pembangunan.
- Besarnya keinginan masyarakat untuk mekar.
B. Tujuan
Pemekaran
- Mengentaskan Kemiskinan
Kabupaten Sumba Barat
terbentuk sejak 13 desember 1958 dan sampai dengan desember 2003, telah berusia
45 tahun. Namun dalam kurun waktu yang hamper mencapai setengah abad tersebut
masih tegolong miskin, bahkan berada di bawah garis kemiskinan dan merupakan
kabupaten termiskin di NTT. Ironis memang, dengan kekayaan alam yang melimpah
ternyata masih menyandang predikat kabupaten miskin. Dengan demikian, mimpi dan
cita-cita perjuangan pemekaran adalah mengeluarkan masyarakat Sumba dari
lingkaran dan lilitan kemiskinan.
- Mendekatkan Pelayanan
Ide pemekaran
menitikberatkan pendekatan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat,
sehingga pengelola pemerintahan dengan mudah dapat melayani masyarakat secara
cepat. Hal ini tidak berarti bahwa pelayanan pemerintah selama ini tidak
berjalan. Dalam kurun waktu tersebut pelayanan pemerintah berjalan cukup baik.
Namun rentang kendali pemerintahan dan pembangunan cukup jauh sehingga
masyarakat di pedesaan “sering terlupakan”.
- Mengejar Kemajuan Pembangunan di Kawasan Indonesia Timur
Seperti diketahui
Kabupaten Sumba Barat tertinggal jauh dalam hal pembangunan fisik dan ekonomi,
jika dibandingkan dengan daerah atau kabupaten lain. Untuk mengatasi
ketertinggalan ini, salah satunya adalah memacu dan memberi kemudahan bagi masuknya
bahan non lokal ke Sumba Barat dengan harga terjangkau dan murah. Demikian
sebaliknya, berbagai hasil komoditi rakyat Sumba Barat harus diantarpulaukan
sendiri oleh pedagang lokal ke luar daerah. Dengan demikian tidak terjadi
perbedaan yang menyolok antara harga bahan-bahan non lokal dan harga komoditi
lokal rakyat.
- Alasan Pemekaran
Alasan
Administrasi
- Mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat
- Rentang kendali (Span of Control) lebih dipercepat
- Menggali potensi daerah yang belum tersentuh/dikembangkan.
- Mendorong peningkatan pelayanan di bidang pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat serta memanfaatkan potensi daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah.
- Capacity Building dapat dilakukan lebih efektif.
- Akuntabilitas (tanggung jawab lebih efektif).
- Heterogenitas lebih dipercepat.
Alasan Politik
- Mempercepat pertumbuhan kehidupan demokratis.
- Integritas wilayah lebih ditingkatkan dalam arti memberi kesempatan dan mendorong masyarakat untuk mengembangkan potensi andalan.
- Public Service (pelayanan sosial) lebih ditingkatkan.
- Control sosial lebih ditingkatkan
- Hasil Penelitian Tim Akademik Undana Kupang
Tim akademik Undana
Kupang dalam hasil penelitiannya menilai bahwa calon Kabupaten Sumba Barat Daya
layak diproses menjadi kabupaten baru. Hasil penelitian itu juga
merekomendasikan 3 opsi (pilihan) terkait pemekaran Kabupaten Sumba Barat. Opsi
pertama, kabupaten Sumba Barat dibagi menjadi 2 kabupaten yaitu Kabupaten Sumba
Barat (Induk) dan Kabupaten Sumba Tengah. Opsi kedua, Kabupaten Sumba Barat
dimekarkan menjadi 2 Kabupaten yakni, Kabupaten Sumba Barat (Induk) dan
Kabupaten Sumba Barat Daya. Sedangkan opsi ketiga menyebutkan, Kabupaten Sumba
Barat dimekarkan menjadi 3 Kabupaten sekaligus yakni, Kabupaten Sumba Barat
(Induk), Kabupaten Sumba Tengah dan Kabupaten Sumba Barat Daya.
Opsi ketiga inilah
yang akhirnya disetujui bersama dan oleh DPRD Kabupaten Sumba Barat dijadikan
bahan usulan ketingkat pusat. Kabupaten Sumba Tengah meliputi 3 kecamatan
(Mamboro, Umbu Ratu Nggay dan Katikutana). Kabupaten Sumba Barat meliputi 5
kecamatan (Wanokaka, Lamboya, Loli, Kota Waikabubak, Tana Righu). Kabupaten
Sumba Barat Daya dengan 7 kecamatan (Wewewa Timur, Wewewa Barat, Wewewa
Selatan, Wewewa Utara, Loura, Kodi dan Kodi Bangedo)
BAB
II
GAMBARAN
UMUM KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA
A.
Luas, Letak dan Batas Wilayah
Kabupaten Sumba Barat
Daya memiliki luas 148,04 km2 atau 36,53% dari total luas Kabupaten Sumba
Barat. Di sebelah timur, kabupaten ini berbatasan langsumg dengan wilayah
Kabupten Sumba Barat (Kecamatan Loli dan Tana Righu). Di sebelah barat
berbatasan dengan Samudera Hindia, sebelah utara berbatasan dengan Selat Sumba.
Sedangkan di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Sumba Barat (Kecamatan
Lamboya dan Lamboya Barat) dan Samudera Indonesia.
B.
Adat Sumba Barat Daya
Pemandangan lain yang
terlihat di sini adalah rumah adat Sumba Barat Daya dengan seonggok batu atau
beton yang merupakan “kuburan” keluarga. Hewan ternak seperti kerbau, kuda, dan
babi akan terlihat disetiap rumah. Itu semua merupakan adat khas Sumba Barat
Daya berdasarkan kepercayaan mereka yaitu “marapu”. Marapu merupakan agama asli
Sumba Barat Daya yang masih menganut “animisme” atau sistem keyakinan yang
berdasarkan kepada pemuja arwah-arwah leluhur.
Setiap ada anggota
keluarga yang meninggal, keluarganya yang masih hidup wajib melakukan ritual
yaitu mengorbankan setidaknya satu ekor kerbau (1 ekor kerbau harganya 15 - 30
juta) jumlah kerbau yang dikorbankan tergantung dari pangkat sosial keluarga
yang bersangkutan. Dan jenazahnya sendiri disimpan dalam batu atau beton yang
ada di halaman rumah, ditutup dan di kunci rapat-rapat. Jika ada anggota
keluarga lain yang meniggal maka jenazahnya pun disimpan di tempat yang sama
dengan jenazah yang lain yang sudah ada di sana.
C.
Keindahan Alam Sumba Barat Daya
Di sumba Barat Daya,
keindahan alamnya ternyata tidak diragukan lagi. Terutama keindahan pantai
Sumba Barat Daya yang masih belum banyak wisatawan datang ke sana, pantai
dengan pasir putih yang menggoda, langit timur yang berbeda dengan langit
Indonesia barat, serta cuacanya yang sejuk dikarenakan pulau Sumba secara
geografis berada di daerah selatan Indonesia yang lebih dingin daripada wilayah
Indonesia lainnya.
Pantai Watu Maladong, garis pantai yang lurus membentang,
pasir putih bersih dan ombak yang menantang.
|
Pantai Mandora, arus air laut yang tertahan karang dan air laut yang biru
merupakan pesona tersendiri, sehingga kita bisa berenang dan menikmati
putihnya pasir disana
D. Pendidikan di
Sumba Barat Daya
Jumlah penduduk di
Sumba Barat Daya semakin menjulang, disebabkan karena faktor kawin diusia
mudah, selain faktor lainnya. Sedangkan lapangan kerja, kualitas pendidikan
yang rendah dan hasil pertanian terus memburuk. Hal tersebut menimbulkan
masalah sosial baru. Angka putus sekolah lebih besar dari rata-rata siswa
yang bersekolah.
Akibat kurangnya
pendidikan dan tuntutan ekonomi yang semakin mendesak, angka kriminal seperti
pencurian dan perampokan pun meningkat. Mereka hanya memikirkan bagaimanacara
untuk bertahan hidup tanpa mempedulikan resiko dari perbuatannya. Akibat
lainnya adalah perkawinan usia muda, poligami serta semboyan banyak anak
banyak rezeki menjadi salah satu faktor pendorong. Mereka bahkan
berlomba-lomba menciptakan anak. Mereka gengsi bila hanya mempunyai 2-3 orang
anak karena dianggap tidak jantan(khusus para lelaki) dan secara sosial kurang
dihargai.
Program Keluarga
Berencana (KB) belum di sosialisasikan dengan maksimal di kalangan
masyarakat. Ada pemikiran negatif terhadap program ini sehingga sebagian
pasangan usia subur menolak menggunakan alat-alat kontrasepsi seperti kondom
dan sejenisnya.
Banyak juga
siswa-siswa SMP maupun SMA yang putus sekolah karena harus menikah/dinikahkan
oleh orangtuanya. Di mana pandangan yang masih fasih di sana bahwa lebih baik
menikah dari pada harus menyekolahkan anaknya, kegiatan bersekolah di anggap
kegiatan menghabur-hamburkan uang semata.
Persoalan sumber
daya orangtua yang rendah, buta huruf, tidak tahu tulis dan baca menjadi
salah satu penyebab pergaulan bebas di kalangan remaja. Orangtua tidak mampu
mengendalikan perilaku anak yang bejat karena selalu di bohongi. Anak-anak
sekolah berangkat dari rumah dengan seragam sekolah, tetapi kemudian di jalan
mereka diajak teman untuk pergi ke kota, atau menonton CD porno di rumah
teman sambil meneguk minuman keras dan merokok.
Pergaulan di kalangan
remaja sangat bebas, mereka tidak lagi memperhatikan nilai-nilai adat dan
budaya setempat. Bahkan tatanan adat dinilai sebagai aturan yang sudah
ketinggalan jaman. Berbagai alat-alat canggih seperti Hp sudah seperti dewa
bagi mereka. Walaupun orangtua tidak mampu, tetapi mereka memaksakan diri
untuk memiliki telepon selular tersebut. Dengan perkembangan yang seperti
itu, banyak diantaranya yang sudah melupakan/sengaja melupakan bahasa
daerahnya dan diisi dengan bahasa-bahasa gaul ala Jakarta seperti lo, gue,
dan tidak tahu tempat penggunaannya yang tepat, kadang orang yang lebih tua
pun di bilang “lo”.
E.
Pembelajaran Matematika.
Di Sumba Barat
Daya, anak-anak SD mempunyai cara-cara belajar matematika yang unik. Ada yang
menggunakan lidi, kelereng, bahkan batu kerikil untuk belajar tentang operasi
bilangan seperti penjumlahan (+), pengurangan (-), perkalian (x) dan
pembagian (÷). Anak-anak lain yang orang tuanya memiliki ternak, belajar
berhitung saat setiap kali membawa ternaknya ke ladang, mereka selalu
menghitung jumlah hewan yang akan dibawah ke ladang kemudian menghitungnya
kembali ketika sudah pulang ke rumah. Dengan seperti itu secara tidak
langsung mereka sudah belajar matematika. Itu salah satu cara anak-anak Sumba
Barat Daya belajar matematika, masih banyak cara-cara lain yang digunakan
untuk belajar matematika, walaupun hanya sekedar berhitung dan mengoperasikan
bilangan.
|
0 komentar:
Posting Komentar