Di momen seperti ini juga gue akhirnya bertemu
temen-temen lama gue yang sudah hampir 4 tahun gak bertemu. Bukan karena kami
musuhan dan berjanji untuk gak saling bertemu, cuma kesibukan menjadi alasan
utamanya, dan untung bukan hanya gue yang punya alasan seperti itu.
“Apa kabar teman, sori selama ini ilang kabar, lagi
sibuk sama kuliah” dan rata-rata kalimat itu yang menjadi pembuka pembicaraan
kami selama bercengkrama di kontrakan temen gue ini.
Ada satu sosok yang membuat perasaan gue campur aduk.
Sebut saja dia Kecoak. Ya, Kecoak ini adalah kakak kelas gue waktu SMA, dan dia
memang sangat terkenal di sekolah, bukan karena pintar dan juara kelas tapi
karena nakal dan suka bolos. Pernah satu kali dia di bawa POLPP ke sekolah
karena kedapatan ngerokok di rumah tua yang gak jauh dari sekolah, dan anehnya
dia adalah cowok yang gue suka waktu pertama kali masuk ke SMA ini, waktu gue baru
mendaftar jadi murid baru, waktu dia mengospek gue dan waktu dia menjabat
tangan gue yang artinya memberi selamat bahwa gue lulus ospek. Rasa suka itu
sudah mulai tumbuh sejak saat itu.
“Wooii!!” Si Kura mendorong kepala gue ke depan yang
membuat lamunan gue sekejap sirna. “Masih??” sambungnya lagi. Si Kura ini temen
gue dari SMP, bisa dibilang sahabatlah, tapi semenjak kuliah jarang bertemu
karena dia kuliahnya di Salatiga, bukan di Jogja, dia ke jogja hanya berlibur
sekalian ikut merayakan ulang tahun temen gue si Semut. Oh iya, harus kalian
ketahui, kotrakan temen gue ini bukan gembira loka, atau semacamnya. Walopun
nama-nama mereka seperti penghuni gembira loka. Mereka gak mau nama mereka
dipublikasikan sehingga namanya gue samarkan saja begitu.
Gue tahu maksud pertanyaan “masih?” dari si Kura. Gue
cuma nanggapi dengan senyum. “Omegat Yubi, sudah berapa tahun?” triak dia
sambil melototi gue, maklum temen gue yang satu ini memang sedikit lebay. Gue
bingung berapa tahun apa maksud dia. “Ih pelan-pelan, gue gak pacaran sama
dia,” gue kesel, pengen gue remas itu mukanya. Bagaimana tidak, teriakan
‘omegat’ dia itu menarik perhatian semua penghuni kontrakan, alhasil semuanya
ngelirik ke arah kami, termasuk si Kecoak.
Gue tunduk malu. Dalam hati gue nyesel, kenapa gue
punya temen yang kayak dia. Tapi disatu sisi gue seneng, tanah rantauan tidak
membuatnya berubah. Dia masih sahabat gue yang dulu, yang ‘tidak tahu
malu’.
Setelah semua berbalik ke pekerjaan masing-masing
yaitu ngobrol, si Kura kembali meneror gue. “iya, gue tahu lo gak akan mungkin
pacaran sama dia, lo kan jelek. Maksudnya, lo masih suka dia sampe sekarang?”
gubrak! Dan ceplas ceplosnya masih sama. Untung gue masih punya stok kesabaran
banyak sehingga gue gak menjitak kepalanya waktu dia ngatain gue ‘jelek’. Ya
walaupun gue memang jelek, tapi gak harus diungkapin juga, kan rasa malu gue
jadi bertambah.
Belum sempat gue membalas cipratan si cerewet Kura, Kecoak
memanggil nama gue. Oke, lo harus tahu bahwa ini pertama kalinya dia memanggil
nama gue, dan yang bikin jantung gue hampir meledak, dia datang menghampiri
gue. Ini beneran nyata, gue gak lagi mimpi. Si Kura spontan bangun dan pergi
dengan cekikikan. Gue mendadak kaku. Dalam hati gue berusaha untuk biasa saja.
Tapi susah, bahkan gue lupa cara duduk, cara menatap dan cara bicara itu
seperti apa. Ya, lo mungkin menganggap gue berlebihan, sok sinetron, drama, ato
apalah, terserah. Tapi lo harus percaya, ini yang menimpa gue saat ini. Sumpah!
Suer! Gak boong!!
“Apa kabar?” Sapanya sambil mengumbar sedikit senyum
setelah duduk di samping gue. Byuurr!!! Seperti diguyur hujan rasanya. Pengen
kabur nyari tempat berteduh, tapi tak satupun yang peduli, semua lagi sibuk
bereuni ria, entah mereka ngobrolin apa gue gak ngerti, yang jelas mereka
sangat menikmati obolan mereka.
Kecoak sudah di samping gue, dan barusan menyapa gue,
itu kenyataannya. Dapatkah gue masih menganggap ini mimpi?
Kata si Kura, Kecoak itu datang disaat yang tepat.
Mengapa si Kura berkata begitu? Karena gue curhatin kisah cinta gue yang harus
kandas karena sebuah pertanyaan konyol yang diucapkan orang bego kayak gue. Itu
si Kura yang bilang, dia bilang gue orang bego yang pernah ditemui. Oke, gue
tahu dan semua orang memang nyalahin gue.
Disaat gue merasa kehilangan, seseorang yang gue
kagumi dulu tiba-tiba datang dengan segala kebaikan dan keramahan. Kata Kura,
itu pertanda kalo gue memang berjodoh sama si Kecoak, 4 tahun gak bertemu dan
sekali bertemu disaat hati gue sedang retak.
Apakah kata Kura itu benar? Kura merasa yakin kalau
prasaan gue sama si Kecoak masih sama. Sedangkan gue sendiri gak tahu, di hati
gue sekarang ada siapa…
0 komentar:
Posting Komentar