Rabu, 11 Maret 2015

CLBK (Cinta Lama Belum Kelar)

Hari ini gue diundang temen gue untuk ikut ke acara ulang tahunnya yang akan dirayakan di kontrakannya. Sederhana sih acaranya, sekedar berkumpul dan makan-makan. Momen ini sangat dinanti oleh kaum seperti kami, yang notabene anak rantauan. Karena hanya saat seperti inilah kami mengisi perut dengan makanan yang ya sedikit berbobot dengan gratis tanpa mengeluarkan duit sepeserpun. Iya, bahkan uang bensin pun ditanggung temen gue yang ulang tahun. Jadi gak salah dong kalau gue menganggap dia temen yang super baik. Ini yang namanya traktir total, gak setengah-setengah. 

Di momen seperti ini juga gue akhirnya bertemu temen-temen lama gue yang sudah hampir 4 tahun gak bertemu. Bukan karena kami musuhan dan berjanji untuk gak saling bertemu, cuma kesibukan menjadi alasan utamanya, dan untung bukan hanya gue yang punya alasan seperti itu. 

“Apa kabar teman, sori selama ini ilang kabar, lagi sibuk sama kuliah” dan rata-rata kalimat itu yang menjadi pembuka pembicaraan kami selama bercengkrama di kontrakan temen gue ini. 

Ada satu sosok yang membuat perasaan gue campur aduk. Sebut saja dia Kecoak. Ya, Kecoak ini adalah kakak kelas gue waktu SMA, dan dia memang sangat terkenal di sekolah, bukan karena pintar dan juara kelas tapi karena nakal dan suka bolos. Pernah satu kali dia di bawa POLPP ke sekolah karena kedapatan ngerokok di rumah tua yang gak jauh dari sekolah, dan anehnya dia adalah cowok yang gue suka waktu pertama kali masuk ke SMA ini, waktu gue baru mendaftar jadi murid baru, waktu dia mengospek gue dan waktu dia menjabat tangan gue yang artinya memberi selamat bahwa gue lulus ospek. Rasa suka itu sudah mulai tumbuh sejak saat itu.

“Wooii!!” Si Kura mendorong kepala gue ke depan yang membuat lamunan gue sekejap sirna. “Masih??” sambungnya lagi. Si Kura ini temen gue dari SMP, bisa dibilang sahabatlah, tapi semenjak kuliah jarang bertemu karena dia kuliahnya di Salatiga, bukan di Jogja, dia ke jogja hanya berlibur sekalian ikut merayakan ulang tahun temen gue si Semut. Oh iya, harus kalian ketahui, kotrakan temen gue ini bukan gembira loka, atau semacamnya. Walopun nama-nama mereka seperti penghuni gembira loka. Mereka gak mau nama mereka dipublikasikan sehingga namanya gue samarkan saja begitu. 

Gue tahu maksud pertanyaan “masih?” dari si Kura. Gue cuma nanggapi dengan senyum. “Omegat Yubi, sudah berapa tahun?” triak dia sambil melototi gue, maklum temen gue yang satu ini memang sedikit lebay. Gue bingung berapa tahun apa maksud dia. “Ih pelan-pelan, gue gak pacaran sama dia,” gue kesel, pengen gue remas itu mukanya. Bagaimana tidak, teriakan ‘omegat’ dia itu menarik perhatian semua penghuni kontrakan, alhasil semuanya ngelirik ke arah kami, termasuk si Kecoak.

Gue tunduk malu. Dalam hati gue nyesel, kenapa gue punya temen yang kayak dia. Tapi disatu sisi gue seneng, tanah rantauan tidak membuatnya berubah. Dia masih sahabat gue yang dulu, yang ‘tidak tahu malu’. 

Setelah semua berbalik ke pekerjaan masing-masing yaitu ngobrol, si Kura kembali meneror gue. “iya, gue tahu lo gak akan mungkin pacaran sama dia, lo kan jelek. Maksudnya, lo masih suka dia sampe sekarang?” gubrak! Dan ceplas ceplosnya masih sama. Untung gue masih punya stok kesabaran banyak sehingga gue gak menjitak kepalanya waktu dia ngatain gue ‘jelek’. Ya walaupun gue memang jelek, tapi gak harus diungkapin juga, kan rasa malu gue jadi bertambah. 

Belum sempat gue membalas cipratan si cerewet Kura, Kecoak memanggil nama gue. Oke, lo harus tahu bahwa ini pertama kalinya dia memanggil nama gue, dan yang bikin jantung gue hampir meledak, dia datang menghampiri gue. Ini beneran nyata, gue gak lagi mimpi. Si Kura spontan bangun dan pergi dengan cekikikan. Gue mendadak kaku. Dalam hati gue berusaha untuk biasa saja. Tapi susah, bahkan gue lupa cara duduk, cara menatap dan cara bicara itu seperti apa. Ya, lo mungkin menganggap gue berlebihan, sok sinetron, drama, ato apalah, terserah. Tapi lo harus percaya, ini yang menimpa gue saat ini. Sumpah! Suer! Gak boong!!

“Apa kabar?” Sapanya sambil mengumbar sedikit senyum setelah duduk di samping gue. Byuurr!!! Seperti diguyur hujan rasanya. Pengen kabur nyari tempat berteduh, tapi tak satupun yang peduli, semua lagi sibuk bereuni ria, entah mereka ngobrolin apa gue gak ngerti, yang jelas mereka sangat menikmati obolan mereka.

Kecoak sudah di samping gue, dan barusan menyapa gue, itu kenyataannya. Dapatkah gue masih menganggap ini mimpi? 

Kata si Kura, Kecoak itu datang disaat yang tepat. Mengapa si Kura berkata begitu? Karena gue curhatin kisah cinta gue yang harus kandas karena sebuah pertanyaan konyol yang diucapkan orang bego kayak gue. Itu si Kura yang bilang, dia bilang gue orang bego yang pernah ditemui. Oke, gue tahu dan semua orang memang nyalahin gue. 

Disaat gue merasa kehilangan, seseorang yang gue kagumi dulu tiba-tiba datang dengan segala kebaikan dan keramahan. Kata Kura, itu pertanda kalo gue memang berjodoh sama si Kecoak, 4 tahun gak bertemu dan sekali bertemu disaat hati gue sedang retak. 

Apakah kata Kura itu benar? Kura merasa yakin kalau prasaan gue sama si Kecoak masih sama. Sedangkan gue sendiri gak tahu, di hati gue sekarang ada siapa…

0 komentar:

Posting Komentar

 

Gembel Ceria Template by Ipietoon Cute Blog Design