Aku telah memahami apa yang terjadi. Sudahlah jangan kaget, jangan pasang
wajah munafik itu (lagi). Bagaimana? Aku pintar, kan? Karena tidak ada perubahan
sikap dariku, kamu tak pernah tahu kan bahwa aku telah mengetahui semua
kebusukanmu.
Hei,
diam-diam aku telah menyadari perubahan yang ada dalam gerikmu. Bahkan aku tahu
bahwa dalam hatimu, namaku, wajahku, senyumku dan ragaku sudah digantikan oleh
dia, sosok baru yang saat ini memanggilmu “teman baru”.
Okey.
Secara fisik aku kalah. Aku sedikit gendut daripada dia. Hidungnya sedikit
mancung dari hidungku. Bibirnya terlihat lebih seksi dari bibirku. Tapi, jika
dilihat dari segi perasaan dan kesetiaan serta rasa ingin memilikimu, aku
menduduki tempat paling pertama. Aku mencintaimu dengan gila. Percaya atau
tidak, dalam benakku tak pernah sedikitpun merancang sesuatu untuk menyakitimu.
Aku tak sama denganmu, yang tak pandai menjaga hati.
Tapi,
sudahlah. Tak perlu juga aku melankolis seperti ini. Nyatanya dia telah memiliki
tempat terindah di hatimu saat ini. Padahal terakhir kau memperkenalkannya
hanya sebagai teman baru. Dan tiba-tiba sja, kalian sudah sangat dekat, bahkan
kalian punya waktu khusus menikmati senja. Mengetahui itu semua, aku mencoba
tersenyum, meski dalam hati aku iri, sangat iri dan terlalu iri dengan keadaan
itu. Namun, sebesar apa pun rasa iriku, aku mah apa atuh. Hanya seorang pacar
yang sudah tak dianggap.
Hanya
satu yang aku sesalkan. Mengapa kau tampil seperti seorang pecundang? Cukuplah berpura-pura.
Katakan saja yang sebenarnya. Kau tahu, aku sudah siapkan hati, sejak dari
pertama kali kau perkenalkan bahwa ia adalah teman baru yang menyenangkan. Aku sudah
mencium aroma pengkhianatan hari itu. Aku biarkan sang waktu mengujinya, dan
kalau nyatanya benar. Untuk apa sembunyi lagi? Tak perlu beralibi, hanya akan
menamba dosa. Tak perlu menahan hatimu demi menjaga harga dirimu. Haha, bahkan
aku merasa lucu, orang sepertimu masih mempertahankan harga diri, padahal
kelakuanmu jelas-jelas tak berharga sama sekali.
Cukuplah
mencari-cari kesalahanku hanya supaya kau punya alasan untuk mengakhiri
hubungan ini. Kau hanya akan menyusahkan dirimu saja, karena apa? Karena seberapa
banyak pun usahamu mencari kesalahanku, kau tak akan pernah dapatkan, karena
aku tak pernah merancang yang buruk untukmu dan cintaku? Ya. Cintaku sangat tulus
padamu.
Hei, katakan
saja, kau tak cinta padaku. Lalu kemudian, pergilah dan bahagialah bersama “teman
baru”-mu itu.
0 komentar:
Posting Komentar