"Ia telah datang pada mimpi-mimpiku
seperti wahyu yang turun dari Gua persemedian para Nabi"
Dari balik elokmu dan gemuruh ombak di pantai Glagah sore itu
Ada sepasang mata yang bertumbuan
Memandangiku dalam senyum
Dihatinya api menjadi air tergenang, tenang..
Bagai pohon-pohon yang rindang berjajaran gagah siap melangkah
Sosok itu sigap mengawal Merapi dari badai
"Barangkali di sinilah, diantara ombak dan pasir hitam
Akan kutemui kesetiaan"
Oh, Sunset yang nampak indah sore ini
Aku ingin melukis wajahnya dengan ombak,
Dengan pasir dan sisa-sisa sinarmu
Bahkan indah bola yang tertancap di matanya
Takkan kulupakan
Dengar!!
Dalam sepersekian menit
Dalam sepersekian menit
Terucap kata sayang yang kuartikan cinta
Kau juga dengarkan?
Kau juga dengarkan?
Lihat, rasakan!!
Dalam sepersekian hari
Dalam sepersekian hari
Kutemukan manis yang tak berpelu
juga pahit yang tak bergula
Karena pada lapis itu, kecapanmu akan menjadi berjuta rasa
Mengingat itu, aku mulai takut
Dari jantungnya, mungkinkah ia mengukur kesetiaan dengan bara?
Membakar diri pada sandiwara waktu?
Ah, kau lebih tahu bagaimana memintal derita dalam cinta!
Mestinya tidak hanya diputaran jarum jam kau pijakkan kaki diantara awan
Memamerkan paras indah pada pasir hitam,
Menari dalam riak ombak
Dan rebah dalam sapuan angin pantai
Mestinya, setiap detik kau hadir pancarkan kesejukan
Mestinya kau labuhkan dia dalam hatiku
Tanpa prasyarat, atau ego atau apalah itu
Mestinya aku percaya sepenuhnya padamu
Juga pada lelaki itu!!
Mestinya kau labuhkan dia dalam hatiku
Tanpa prasyarat, atau ego atau apalah itu
Mestinya aku percaya sepenuhnya padamu
Juga pada lelaki itu!!
"Bukan waktu pula tembok pembatasnya
Apalagi jarak pemisahnya
Hanya perbedaan ikat tali penghubungnya
dan perbedaan pula pedang tajam pemisahnya..
Aku akan mengajarimu memintal cinta direlung semesta
Hingga kau temui dua kata tua penjaga setia mimpi
asek.
BalasHapusmantap bangat kata"nya..