Seandainya Tuhan kasih
kesempatan kepadaku untuk meminta sesuatu, aku akan memohon kepada-Nya untuk
menghapus kematian dari muka bumi ini. Ya, kematian yang menyebabkan
kehilangan, karena dimana ada kematian, di situ hadir pula kehilangan,
kekecewaan dan itu pahit banget rasanya. Kehilangan orang yang kita sayangi
pasti membuat kita sangat terpukul. Sekian lama kita bersamanya, bercanda
bersamanya. Ada
marah, pertengkaran, saling membenci, saling menyalahkan, bahkan timbul rasa iri,
dan saling menjatuhkan. Tercipta pula rasa sayang yang menyatuh dalam disetiap
warna-warni kehidupan bersama dia. Kenangan-kenangan itulah yang membuat kita
merasa berat melepas seseorang yang telah mengisih hidup kita, tidak peduli dia
pernah menyakiti atau membenci kita. Yang jelas, kematian hanya memiliki satu
rasa, yaitu kehilangan.
Diam-diam
aku benci kehilangan. Mengapa kita di kasih kesempatan membuat kenangan indah
bersama orang-orang yang kita sayangi kalau akhirnya kenangan itu tinggal
kenangan? Akan hilang? Yang hanya menyisahkan duka dan perih? Mengapa disetiap
pertemuan harus berakhir dengan kehilangan? Bagiku, kehilangan adalah kata
terkutuk yang harus dimusnakan
dari muka bumi ini.
Kematian
telah merenggut sosok yang paling aku sayangi dalam hidup ini. Seseorang yang
ku panggil Mama. Seseorang yang kusebut Malaikat. Dialah motivasi dan
inspirasiku. Wanita kuat dan tegar. Tidak ada satu wanita di dunia pun yang
menyamai pengorbanannya demi anak-anaknya. Ia terus melawan kerasnya hidup. Menentang panas
teriknya matahari, menghalau derasnya arus hujan. Semangatnya tak pernah pudar.
Senyumnya seakan ingin mengatakan kepada dunia, bahwa sekeras dan sekejam
apapun, ia tak akan pernah menyerah. Dia wanita pantang menyerah.
“kamu
adalah anak yang paling disayangi, kamu selalu dimanja, kalau kamu nangis,
pasti kami yang dimarahi,” kata kakakku suatu saat ketika kami sedang makan malam bersama.
“iya, mentang-mentang anak
bungsu,” sambung kakakku yang lain.
Aku
cuma cengar-cengir dengar
pengaduan dari kakak-kakakku.
“sudah, sudah, kalian kan sudah besar-besar
jadi kalian sudah mengerti, dia masih kecil, dia belum ngerti apa-apa,”
lagi-lagi Mama punya jawaban untuk membelaku.
Dalam hati aku makin menyayanginya. Dari sorot
matanya, aku dapat menangkap sejuta rasa sayang Mama yang begitu tulus untukku.
Maka, aku pun berjanji dalam hati untuk selalu membuat dia tersenyum. Namun,
sebagai remaja yang masih labil, aku kadang membuat Mama marah, semakin aku
ingin membuat Mama tersenyum, semakin aku melakukan kesalahan. Dari bohong yang
akhirnya ketahuan sampai bohong yang sampai sekarang tidak ku akui di depan
Mama. Sekarang, sejak ia telah pergi semuanya akan jelas, karena dari surga
Mama akan tetap memantauku, bahkan disaat aku menulis cerita ini, Mama pasti
sedang melihatku. Kalau Mama bisa mendengar, aku mau bilang kalau aku sayang,
aku rindu Mama, aku minta maaf Ma, kalau dulu sering buat Mama kecewa, dan sakit
hati. Aku juga minta maaf kalau selalu berbohong sama Mama. Aku janji, aku akan
menjadi anak yang baik. Anak yang bisa membahagiakan keluarga, seperti harapan
Mama. Aku akan berusaha menjadi anak yang berguna, yang sayang keluarga,
seperti yang Mama inginkan.
21 tahun Mama mengasuhku, merawatku dengan
penuh kasih sayang. Marahnya adalah bukti cinta yang begitu tulus. Tanpa
ketegaran, kekuatan dan pengorbanannya aku tidak akan berada di sini sekarang,
di Universitas Sanata Dharma. Itu semua berkat usaha kerja keras Mama, beliau
sangat berarti dalam hidupku.
Mama, mengajarkan aku banyak hal, seperti arti
ketekunan, arti waktu, arti disiplin, arti mengasihi, dan masih banyak lagi
arti-arti kehidupan yang kupelajari dari wanita istimewa ini. Sungguh ia adalah
malaikat yang dikirim Tuhan untuk membentuk aku menjadi anak yang bertanggung
jawab, anak yang berguna bagi keluarga dan orang-orang disekelilingku.
Waktu aku masih duduk di bangku SD sampai SMA,
tiap malam Mama pasti menyuruh aku untuk belajar, walaupun itu hari libur atau
tidak, “belajar adalah hal utama yang wajib dilakukan anak sekolah, jadi tidak
harus disuru untuk belajar, seharusnya kalian tahu tugas utama kalian sebagai
anak sekolah” itulah kata-kata yang diucapkan Mama kalau kami anak-anaknya
kelihatan malas-malasan untuk belajar.
Mama bukan seorang wanita karir, bukan juga
seorang wanita yang bekerja di tempat ber-AC, Mama adalah wanita yang hanya
mengandalkan barang-barang seperti buah-buahan, sayuran, dll untuk
diperdagangkan. Setiap hari Rabu dan Sabtu Mama membawa barang-barang yang di
dapatnya di Omba Rade, Sumba Barat Daya ke Waingapu, Sumba Timur untuk di jual
di sana. Penghasilan Mama sebagai seorang wiraswasta tidaklah banyak. Berbagai
saingan, ancaman, dan tipuan berkali-kali ia alami, namun Mama tidak pernah
menyerah, walaupun ia harus capek bahkan sampai sakit terkena amukan matahari
dan terjangan hujan, Mama tidak pernah mengeluh dan menyalahkan kami
anak-anaknya. Mama, melakukan semua itu dengan hati, dan sangat tulus. Kerja
keras itulah yang Mama tanamkan dalam kehidupan kami, “tidak ada pekerjaan yang
tidak membutuhkan kerja keras dan pengorbanan,” “ tidak ada berkat yang turun
sendiri dari langit tanpa kita bekerja mencarinya.” Itulah kata-kata motivasi yang
selalu Mama ucapkan kepada kami anak-anaknya. Mama mengajar semua kakakku dan
juga aku untuk bekerja dengan hati, “lebih baik kita mendapat penghasilan
sedikit dengan kerja jujur, daripada kita menghasilkan segudang uang tapi dari
hasil ketidakjujuran.”
Mama tidak suka melihat anak-anaknya
menghambur-hamburkan uang, walaupun itu uang 100 perak, kata Mama, dari seratus
perak itu yang akan mendatangkan seribu, dari seribu baru ada sepuluh ribu, dan
seratus ribu, jadi jangan meremehkan 100 perak. 100 perak masih termasuk uang
dan masih punya harga jual, bukan sebuah koin mainan tak berharga.
Kenangan-kenangan itu membuat perutku terasa
mual dan kepalaku berputar kencang. Kata-kata Mama selalu tersimpan rapi di
mememori otakku. Kalau aku besar nanti, aku ingin seperti Mama, menjadi wanita
hebat. Itu ikrarku.
Selamat hari Ibu buat wanita-wanita hebat,
terkhusus buat Mamaku tersayang yang sekarang lagi merangkai bintang dan
menabur bunga bersama Sang Esa di tempat paling indah yaitu Nirwana..