Minggu, 01 Desember 2013

Langit Pekat Malam Itu

Kala malam itu, aku duduk merenung di bawah langit pekat yang menatapku angkuh.
Entah mengapa, malam ini tak bersahabat denganku.
Aku butuh bulan, namun ia tak juga nampak.
Aku butuh bintang, mereka juga tak sudi menemaniku. 
Apa salahku? 
Kenapa semua menjauh?
Kenapa semua tak ada yang ingin berteman denganku?

Dia pun menjauh dariku.
Dia? Siapa dia? 
Masihkah dia yang kumaksud?
Bintang kecilku? 
Tidak! Bukan dia, tapi orang lain.
Ah, sudah kusangkali.
Tapi hatiku tak mau menyangkalinya.
Dia yang ku maksud..
Dia bintang kecilku..
Dia yang pergi karena kebodohanku
Dia yang sangat kucintai..

Hei malam, apakah kau tahu isi hatinya?
Apakah kau temukan namaku di hatinya?

Dia datang waktu itu..
Dia memintaku untuk menyambung kembali benang yang sudah lama putus.
Namun, setelah tawaran itu bagai oksigen yang menyelamatku dari kegalauan stadium akhir, dia malah menusuk aku dengan kata perpisahan.
What's wrong?

Hei, kau tak memberi alasan yang jelas.
Kau malah mencari kambing hitam.

Hei langit malam, kita berjodoh bukan?
Kepekatan yang menerjangmu saat ini sama dengan kepekatan yang kurasakan.
Tidakkah kau tersenyum padaku? Sedikit saja. Tidakkah?
Ah, tak perlu..
Mendadak aku benci kehadiranmu.
 
Kau tetap indah walau dalam kepekatan..
Tapi aku..
Lihat aku.. 
Apakah aku terlihat indah saat ini?
Ah, tak usah kau bohong, aku memang buruk
Kepekatan ini membuatku makin buruk..
 
Aku menyerah..
Aku dikalahkan oleh waktu..
Hei bintang kecilku..
Ah, masih pantaskah kau ku panggil "bintang kecil?"

Peduli setan!
Hei, kau! Ya, kau yang ku maksud
Dimana pun kau sekarang
Ku doakan kau selalu bahagia dengan pilihan hatimu!

Si penggelisa hati..
 
Yogyakarta, 30 November 2013

0 komentar:

Posting Komentar

 

Gembel Ceria Template by Ipietoon Cute Blog Design