Jumat, 06 Desember 2013

Lelaki di "Lampu Merah"

Sabtu malam, gue diajak adek gue ke Mirota Kampus. Berhubung yang ngajak adek, jadi namanya sabtu malam, kecuali kalo yang ngajak itu gebetan, baru namanya malam minggu. Pas di lampu merah, gue lirik kanan, kiri. Semuanya pada punya pasangan, di atas motor. Pasangan yang gue maksud tentu yang beda jenis kelaminnya. Gue kembali fokus ke depan. Gue berusaha santai, mungkin diantrian belakang ada yang boncengan sama adeknya juga, atau bahkan ada yang dibonceng pembantunya. Gue yakin banget.

5 menit kemudian, mata gue kembali seliweran, ya penasarannya aja, masa iya di lampu merah ini gak ada yang senasib sama gue. Disela-sela kesibukan gue ngelarak-ngelirik ciptaan Tuhan yang ada di sekeliling gue, mata gue tertahan pada seorang cowok yang benar-benar gak asing. Motornya juga gak asing banget. Gue terus mengamati cowok itu. Gue berusaha meyakinkan apa yang barusan gue lihat. Dan setelah gue amati dengan seksama dan sejelas-jelasnya, dugaan gue benar, itu Beno, pacarnya temen gue.

Eits, itu siapa yang duduk manis di belakangnya? Shinta? Eh, ternyata bukan. Itu bukan Shinta pacarnya. Itu cewek lain, cewek yang gak gue kenal. Oh my God! Berarti si Beno... Wah dasar laki-laki saiko, mesrah-mesrahan lagi, "woi, ini lampu merah bukan kosan nenek, lo." batin gue. 

Sumpah! Gue gak sirik, tapi gue gak terima cowok brengsek itu mainin perasaan temen gue. Barusan kemarin kami jalan bareng, dan baru kemarin juga Shinta kenalin Beno ke gue dan temen-temen lain, sekarang malah sudah terlihat dengan cewek lain. Gak mungkin dalam waktu beberapa jam mereka putus dan si Beno langsung dapat yang baru. Yang lebih gak mungkin lagi, karena mereka kemarin masih baik-baik saja. 

Saking penasarannya, gue sms Shinta, "Shin, lo dimana?"

"Gue lagi di Klaten,  di rumah Simbah, tadi mendadak di jemput Pak De, soalnya Simbah sakit, kenapa?" balas Shinta.

What? Klaten? Pantasan cowoknya ular, ceweknya lagi jauh di Klaten.

"Si Beno ikut ke Klaten gak?" gue pura-pura tanya.

"Gak, dia katanya mo ngerjain tugas ma temennya jadi gak bisa ikut tadi. Kenapa sih?"

Ngerjain tugas? Huh! Dasar buaya, pinter banget nyari alasan. Belum sempat gue balas, si jago merah udah berganti jadi si buto hijau, dan Beno udah tancap gas mendahului kami.  Suasana di lampu merah ramai banget, motor-motor berlomba untuk mendahului satu sama lain.

Dengan penuh kesabaran, akhirnya kami tiba di Mirota Kampus dengan selamat sentosa. Gue meraih hp yang tadinya gue amankan di tas. Ada sms dari Shinta.

"Bi, tadi Beno sms katanya dia liat lo sama adek lo di lampu merah,"

What? Sebenarnyakan gue yang mau bilang ke Shinta kalo gue liat Beno tadi di lampu merah, kok jadi si Beno yang duluan kontak Shinta?

"Lho bukannya dia lagi ngerjain tugas? Ngapain ke lampu merah?" balas gue sebel.

"Katanya dia lagi keluar sama Thomas nyari Brownies di Amanda," 

Sama Thomas? Yang diboncengnya tadi itu bukan cowok. Itu asli-asli cewek. Walaupun gue pake kacamata gue masih bisa bedakan mana cewek dan mana cowok.  Secantik itu dibilang Thomas? Oh God, Shinta benar-benar dikibulin sama Beno.

"Lo yakin dia keluar sama Thomas? Udah tanya sama Thomas?" balas gue semakin gondok.

"Emang kenapa sih, Bi? Kog lo gak percaya gitu?" balas Shinta.
 Akhirnya dia kepancing juga sama sms gue. Sejujurnya pertanyaan itu yang gue tunggu-tunggu dari tadi.

"Ya, tadi gue liat dia boncengan sama cewek di lampu merah, makanya gue sms lo. Dia bukan sama Thomas, coba lo tanya Thomas," 

"Serius, Bi? Tapi ini barusan gue telpon Thomas, katanya dia lagi sama Beno,"

"Ya elah, Shin. Ngapain coba gue sms malam-malam hanya untuk bo'ongin  lo sama hal-hal kek gini. Kayak kurang kerjaan aja. Gue serius Shin, sribu rius malah. Mending lo telpon tanya dia di mana sekarang, dan sama siapa. Minta dia jujur sama lo. Gue yakin apa yang gue liat tadi, Shin." Gue sms panjang lebar.

"Udah, Bi. Tapi nih Thomas barusan telpon katanya dia abis beli Brownies gitu sama Beno, mungkin lo salah liat kali, Bi."

Okey, Fine! Gumam gue dalam hati. Gue gak balas sms Shinta. Gue sebel sama dia. Beno benar-benar keterlaluan. Si Thomas juga, ngapain pake bela-belain temennya. Dasar, satu kepalanya buaya, satunya lagi ekornya buaya.

Semenjak saat itu gue gak pernah lagi ngungkit-ngungkit masalah yang di lampu merah itu. Berkali-kali gue liat Beno jalan sama cewek lain tapi gue gak berani lagi cerita ke Shinta. Maklum, emang susah kalo ngomong sama orang yang lagi jatuh cinta. Shinta udah kemakan sama manisan berbagai rasa yang diberikan Beno lewat rayuan gembelnya.
Gue hanya berharap ada Peri baik yang mau memberitahu Shinta tentang kelakuan Beno.

Seminggu kemudian, Shinta nyamperin gue ke kost. Dia bilang ke gue kalo dia udah putus sama Beno. Ternyata Beno kedapatan jalan sama cewek lain dan gak sengaja berpapasan dengan Shinta di pintu masuk waktu Shinta lagi belanja ke Amplas temenin kakaknya. Saat itu, Shinta dan kakaknya hendak pulang dan si Beno dan selingkuhannya baru akan masuk. Dan terjadilah perang dunia ke bla-bla-bla. Di depan pintu masuk itu juga Shinta mengeluarkan kata yang seharusnya dia udah keluarkan sejak kejadian di lampu merah, sebuah kata yang paling dibenci oleh semua pasangan yang lagi jatuh cinta yaitu "PUTUS". Cewek selingkuhan Beno juga kaget melihat insiden itu dan dengan satu tamparan keras ia meninggalkan Beno sendirian meratapi nasibnya. Dengan berlalunya cewek selingkuhannya itu, maka berakhirlah kisah cinta si cantik Shinta dan si playboy Beno.

Akhir cerita gue cuma ngasih penguatan ke Shinta, kalo cowok kayak Beno itu gak perlu ditangisi. Masih banyak cowok di luar sana yang lebih baik dari dia. 

Walaupun kata-kata gue terdengar sangat basi, rupanya Shinta mengamininya dan lihat, dia menghapus air matanya dan tersenyum.

Kau harus kuat, teman .. :)

Ya, buat kalian-kalian yang sekarang lagi berbunga-bunga dan terhipnotis sama kata-kata manis dari pasangan kalian, saran gue sih hati-hati aja. Jatuh cinta itu boleh. Mencintai dan menyayangi pasangan kita juga boleh banget. Percaya sama pasangan kita juga boleh sekali, asal jangan pasangan orang lain aja yang kita percaya. hehe.. 

Namun adakalanya kita wajib mencari tahu kegiatan apa saja dan siapa saja orang yang berhubungan/dekat dengan pasangan kita selain diri kita sendiri. Bukannya kita gak sepenuhnya percaya sama pasangan kita, atau cenderung posesif. Enggak! Tapi supaya kita lebih mengenal pasangan kita lebih dari apa yang dia perkenalkan ke kita. Karena kadang apa yang keluar dari mulutnya belum tentu itu yang ia lakukan. 


Cerita gue di atas itu adalah kisah nyata. Kisah cinta temen gue. Gue berani nulis di blog ini atas persetujuannya dia (Shinta) juga, biar cewek-cewek ataupun cowok dan siapapun kalian yang nyasar ke blog gue dan baca ini, lebih menjaga hubungan dan komunikasi dengan pasangannya. Biar ending dari cerita cinta kalian gak sama kayak temen gue, yang kisah cintanya harus berakhir di depan pintu masuk Mall. hihi..

Suasana dan tempat kejadiannya sama persis, cuma namanya yang gue samarkan alias bukan nama sebenarnya.

Untuk Beno, kalo lo tiba-tiba nyasar ke blog gue dan baca cerita ini, gue harap lo baik-baik aja ya, jangan marah. Kalo marah juga gak apa-apa, kan lo gak tahu kosan dan nomor hp gue, hehee *Justkid Beno.
Gue juga berharap cukup temen gue yang lo buat kayak gitu, sayangi pacar lo yang sekarang (kalo udah ada). Jangan coba-coba lo buat hal yang sama seperti yang lo lakuin ke temen gue. 

Pesen gue cuma satu, lelaki sejati adalah lelaki yang mampu menaklukan satu wanita saja, bukan banyak wanita. Kalau banyak wanita itu namanya bukan lelaki sejati, tapi lelaki belati. 

Buat, temen gue. Galaunya udahan ya, semoga lo cepat ketemu belahan jiwa lo, seorang yang adalah lelaki sejati bukan lelaki belati.. :)

Salam unyu-unyu ^.^

0 komentar:

Posting Komentar

 

Gembel Ceria Template by Ipietoon Cute Blog Design