Meski dekat dengan dapur
Mata ibu bukan pisau irisan bawang merah
Bukan cobek dengan setumpuk cabe
Hatinya teriris-iris,
Orang-orang mengejeknya,
Bukan karena tak mempunyai paras elok
Tapi kemiskinanlah yang menjadikan ia tertendang oleh waktu,
Terlunta oleh musim yang menuah
Ketika ia hendak membuka mata
Sang mentari menyambutnya dengan hinaan,
Terik membunuh secara perlahan
Senja berlalu begitu saja tanpa memberikan kehangatan
Malam menjemputnya dengan rimpang kehidupan
Sepedas jahe dan cabe. Kejam!
Mata ibu tersayat
Mata ibu tak kuasa mengelak
Kelopak matanya sobek oleh irisan bawang merah dan cabe.
Mata ibu kian menjadi kaca
Tatkalah sang rembulan berubah menjadi kristal
Gerhana menjadi permata
Itulah mata ibu yang sebenarnya
Mata malaikat!
Meski tangis ibu bukan irisan bawang merah yang menyalah
Tapi sebentuk cinta itu menggenang seperti danau
Perlahan-lahan mata ibu hilang ditelan rasa.
0 komentar:
Posting Komentar