Berhenti! Ya berhenti. Itu yang bisa ku lakukan sekarang.
Aku harus berhenti di sini sekarang. Jalan yang ku tempuh selama ini ternyata
jalan yang tidak punya akhir. Percuma aku terus berjalan kalau akhirnya jalan
ini tak punya titik. Aku, mengabaikan semua jalan-jalan lain, semua tikungan
yang sudah menungguku dengan penuh harap aku abaikan begitu saja demi mengejar
jalan itu, jalan yang ku inginkan, jalan yang kupikir memiliki tempat
perhentian yang indah, perhentian yang abadi. Ternyata aku salah, jalan itu tak
pernah ada dan betapa bodohnya aku, karena baru menyadarinya sekarang, saat
sudah tak ada jalan lain, saat tikungan itu sudah menghilang mungkin karena
mereka bosan menungguku. Aku sekarang sadar kalau aku egois, aku lebih
mementingkan perasaanku sendiri dan selalu mengabaikan mereka.
Sekarang aku terjebak dalam permainan waktu. Masih adakah
yang mau menjemputku disini dan menghantarku ke jalan yang sesungguhnya? Jalan
yang pantas dan layak aku lalui, adakah?
Bukan aku yang salah tapi dia. Dia yang salah, dia yang
memberi harapan kepadaku. Keindahan jalan itu membutakan mata hatiku. Aku terlalu larut dan
terlalu fokus mencari jalan yang sempurna, padahal aku tahu di dunia ini tidak
ada yang sempurna.
Hei kau, mengapa kau tak menyuruhku berhenti saja kalau kau
memang tak punya titik. Kau mau mempermainkan aku ya?
Kau jahat, kau membiarkanku terpesona dengan keindahanmu. Aku sekarang terjebak. Kau tahu kenapa? Itu semua karena kau. Senang
kau? Puaskah kau telah mempermainkanku?
Please, jangan lagi kau muncul di hadapanku. Jangan lagi kau
menampakkan wujudmu di depanku. Kau jalan yang menyesatkan. Kau tak punya
titik. Kau tak punya hati . Kau tahu perasaanku, tapi kau acuhkan. Kau tahu
tujuanku, tapi kau tak pedulikan. Kau senang aku terus mengagumimu dan terus
berjalan tanpa ada kepastian? Kenapa tak bilang saja terus terang kalau kau tak
mengharapkanku untuk melalui jalan itu. Aku cukup tahu diri. Aku bisa
berpaling ke jalan lain kalau kau tak menyukaiku. Walaupun aku mungkin menyesal
dan kecewa, tapi setidaknya aku tak tersesat dan terjebak seperti sekarang ini.
Terlambat, semuanya sudah terlambat. Aku sudah terjebak dan
mungkin akan berhenti di sini selamanya. Aku lelah dan butuh kompas saat ini,
sekarang! Harapanku, bukan lagi kau, tapi orang lain yang punya hati, yang tak
pernah mencariku, namun yang tanpa sengaja menemukanku di sini, tanpa menanyakan
kenapa aku terjebak, tapi mengulurkan tangannya dan berkata, “akan kubawa kau
ke tempat yang sesungguhnya.”
Aku butuh kompas yang tak mengenaliku. Karena aku malu, aku
tak tahu harus menjawab apa ketika aku ditanya, “mengapa kau tersesat di sini?”
aku belum punya jawaban. Bukan, lebih tepatnya tidak punya jawaban. Karena aku
sendiri tidak tahu kenapa aku tersesat di sini. Aku amnesia. Kau yang buatku
amnesia.
0 komentar:
Posting Komentar