Kebahagiaan
itu jika kita berkumpul dengan orang-orang yang kita sayang, melihat mereka
bangun dengan senyuman yang penuh syukur. Itu arti kebahagiaan yang aku tahu
dan kebahagiaan seperti itu yang aku iginkan. Untuk orang seperti aku
mendapatkan kebahagiaan yang sesungguhnya hanya merupakan sebuah mimpi yang
tidak akan pernah tercapai. Kebahagian itu hanya tercipta disetiap mimpiku di
malam hari. Kadang aku enggan untuk bangun dari mimpi-mimpi indah itu.
Aku sangat
berharap suatu saat nanti mimpi-mimpi itu akan terwujud. Berbicara tentang
harapan, aku satu-satunya orang yang tak pernah dijumpai harapan. Bagaimana
tidak, dari umur 5 tahun aku mengharapkan kebahagiaan dan mimpi-mimpi itu
terwujud, tapi sampai aku umur 10 tahun sekarang ini harapan itu belum
menghampiriku. Boro-boro menghampiriku, menyapaku aja tidak pernah. Begitu
hinanyakah diriku?
Aku hanya
pasrah sama nasib alias takdir. Ya. Hanya itu yang bisa aku lakukan. Aku merasa
hidupku sebenarnya tidak ada gunanya lagi. Tidak ada yang membutuhkan
kehadiranku di dunia ini.orang tuaku melahirkanku dan melemparkanku di sini.
Aku jadi anak yatim piatu yang cacat pula. Kedua kakiku tidak berfungsi alias
lumpuh. Apa sih yang aku banggakan dengan hidup aku ini. Pantasan tidak ada
orang yang peduli sama aku, pantasan tidak ada satu pun orang tua yang mau
mengadopsi aku sebagai anak mereka, karena aku sebenarnya tidak berharga.
Lima hari
lagi umat muslim akan merayakan hari kemenangannya. Apa arti kemenangan itu
bagiku? Aku sama sekali gak tahu. Karena selama 10 tahun ini aku merayakan
kemenangan itu sendirian, tanpa sosok yang disebut ayah dan ibu, sosok yang aku
rindukan selama ini. Aku selalu minta sama Allah untuk memberikan dua sosok itu,
yang akan menjadi malaikat pelindungku. Tapi sepertinya Allah pun tidak
mempedulikan aku juga, karena sampai saat ini aku masih di sini, di panti
asuhan Harapan Ibu ini.
Ya Allah, aku
mohon, untuk Ramadhan kali ini aku ingin merayakannya dengan dua sosok itu,
pertemukan aku dengan mereka ya Allah, aku sangat merindukan mereka. Aku ingin
merasakan kasih sayang seorang ibu, aku ingin merasakan gimana
rasanya dimarahi ayah jika aku melakukan kesalahan, hanya itu yang aku pinta ya
Allah, hamba mohon kabulkanlah doa hambaMu yang penuh dosa ini.
Amin.
Itu doaku
yang kesekian kalinya. Setelah berdoa, aku duduk termenung di atas kursi roda
dalam kamar sambil memandang keluar. Aku melihat seorang temanku berjalan
dengan senyum penuh kebahagiaan, dia sudah di adopsi oleh keluarga kaya asal
Bandung. Aku terus memandangi mereka sampai mobil itu menghilang dari
pandanganku.
Tanpa sadar aku menitikkan air mata, “kapan giliranku?” pertanyaan itu muncul lagi. Aku mungkin akan mengakhiri hidupku di sini, dan tetap akan terpuruk di sini selamanya. Karena tak seorangpun yang membutuhkan dan menyayangi aku.
Aku meraih
buku harian yang penuh dengan curahan hatiku selama ini. Aku mulai menggoreskan
semua kekesalanku di buku ini dengan berlinang air mata. Aku menghabiskan hari
itu di depan buku harian kesayanganku, sampai aku tertidur.
Tok..
tok.. tok… aku terbangun mendengar suara ketokan pintu. “iya, siapa?” jawabku
sambil meraih kursi rodaku. “Bu Asih..” jawabnya sambil mendorong kursi roda ke
arahku.
“MINAL AIDZIN WAL
FAIDZIN, Mohon Maaf Lahir dan Batin ya Raka, selamat merayakan hari
kemenangan kita” kata Bu Asih penuh semangat dengan senyum manisnya yang khas,
menggambarkan aurah keibuannya.
“iya
bu,” Cuma kata itu yang keluar dari mulutku.
Ramadhan
telah tiba, semua orang menyambutnya dengan senyuman penuh syukur. Berbeda
dengan aku yang sangat sedih karena harus merayakannya di sini lagi, doaku gak
dikabulkan sama Allah. “Kok gak semangat gitu Ka, ini kan hari kemenangan kita
sebagai umat muslim, seharusnya kamu senang dong, jangan malah sedih gitu,
berikan senyum syukur kamu kepada Allah” Kata Bu Asih.
“Buat apa bu, Allah juga gak sayang sama aku, buktinya Dia gak kabulin doaku.” Bantaku.
“Emang kamu minta apa sama Allah?”
“Aku
hanya minta dua sosok yang akan menjadi malaikat pelindungku kok, aku gak minta
yang lain, apa permintaanku itu terlalu berlebihan ya bu?”
“Dua sosok malaikat pelindung yang Raka maksud itu siapa?”
“Ayah dan
Ibu adalah dua malaikat pelindung yang sangat aku rindukan.” Jawabku dengan
tegas.
“Raka
harus berdoa minta terima kasih sama Allah” kata Bu Asih sambil memandangku
dengan senyum.
“Terima
kasih untuk apa? Allah belum melakukan apa-apa di hidupku, buat apa aku terima
kasih.”
“Raka… Allah itu maha pengasih dan penyayang, Dia menyayangi umatnya yang sabar, kamu tahu itu kan? Mengapa kamu masih meragukan dan gak percaya sama mujizat Allah?”
“Mujizat Allah hanya terjadi sama orang yang normal bu, orang cacat seperti aku gak pantas dapatkan itu.”
“Raka, Allah sayang sama semua manusia, gak memandang dia itu miskin atau kaya, tua atau mudah, kuat atau lemah, cacat atau normal, yang Allah lihat adalah hati kita, kalau hati kita terang dan damai Insya Allah kita akan di berkahiNya, Allah juga telah mengabulkan doa Raka, jadi Raka harus berterima kasih sama Allah.”
“Maksud ibu Allah mengabulkan doa Raka apa? Apa Allah sudah memberikan Raka dua sosok itu?”
“Iya Raka, dan itulah tujuan ibu pagi-pagi datang membangunkanmu disini. Untuk berkemas-kemas karena sebentar lagi akan ada dua sosok itu yang datang menjemput Raka..”
“Apa? Ibu serius? Raka akan di jemput sama malaikat pelindung Raka? Ya Allah, terima kasih, maafkan hambaMu karena sudah meragukan kebesaranMu.”
Akhirnya,
aku dibantu bu Asih berkemas-kemas dan tidak lama kemudian dua sosok itu
datang. Mereka melihatku dengan senyum penuh kasih sayang. Mereka menunjukkan
kalau mereka tetap menyayangiku walaupun aku cacat. Mereka merangkulku dan ini
pertama kalinya aku merasakan hangatnya pelukan seorang ayah dan ibu walaupun
mereka bukan orangtua kandungku.
“Mulai
sekarang kamu harus panggil aku Ibu, dan yang ini (sambil menunjuk suaminya)
kamu harus memanggilnya ayah, kamu anak yang manis. Mulai sekarang kamu akan
menjadi anak kami.” Kata Ibu itu sambil memandangku.
Tatapannya
yang tenang menunjukkan kalau dia adalah sosok ibu yang penyayang, aku sangat
senang dan bersyukur sama Allah. Aku mendapatkan orangtua yang baik. Ini adalah
hadiah Ramadhan terindah dalam hidupku. Ternyata selama ini Allah sedang
merancang masa depanku, dan sekaranglah saatnya Allah menunjukkan itu padaku.
Ya Allah… RancanganMu begitu indah dan sempurna. Terima Kasih ya Allah.
0 komentar:
Posting Komentar