Sebut saja dia Nyamuk. Aku kenal dia sejak kelas 2 SMA, itupun karena dia sekelas sama abangku dan sering main ke rumah. Kami beda sekolah, dia anak SMK dan aku SMA. Sekolah kami pun beda arah. Dia sangat terkenal dikalangan anak sekolah, terutama dikalangan kaum hawa atau dengan kata lain, ABG ababil. Dia termasuk badboy dan biasanya anak-anak SMA jamanku waktu itu lebih tertarik pada badboy ketimbang cowok baik-baik.
Dulu waktu SMA aku dan
dia sebatas saling tahu saja. Aku juga tahu kelakuannya karena diceritain sama
abang. Ya, abangku dulu termasuk cowok yang suka menceritakan teman-temannya,
ia bakal menceritakan sedetail mungkin, dari pertama tiba di sekolah sampai
pulang sekolah. Sehingga hampir semua teman abang aku tahu.
Nyamuk ini, kalo malam
suka nongkrong, keliling kota sambil miras, bolos sekolah hanya untuk duduk
nongkrong sambil ngerokok di warung belakang sekolah, kadang nongkrong di
bengkelnya sendiri sambil utak atik motor, tapi dengan berpakaian sekolah.
Kemejanya dicopot tinggal kaos sama celana sekolah. Ngapain pake pakaian
sekolah kalo tujuannya memang mau ke bengkel? Dia termasuk anak motor yang
kerjanya balap liar dan ugal-ugalan di jalan. Semua orang berharap untuk hidup
panjang umur, dan kalo berkendaraan berusaha untuk hati-hati supaya jangan
menabrak dan ditabrak. Tapi, dia malah ugal-ugalan di jalan. Itu sama dengan
bunuh diri. Bagiku, dia juga playboy
cap kambing. Punya banyak pacar dan anehnya perempuan-perempuan itu mau saja
jadi pacarnya padahal mereka tahu kalo dia punya pacar lebih dari 3. Dia tidak
lebih dari cowok murahan yang tak punya hati. Beberapa alasan itu yang buat aku
tak ingin berteman dan tak pernah mau ngobrol sama dia.
Seiring berjalannya
waktu, penilaianku yang negatif ke dia mulai sedikit berubah. Berdasarkan
cerita dari abang, ternyata dia sangat peduli sama temen. Dia pernah ikut balap
liar hanya untuk membantu temannya yang sedang kesusahan uang untuk mengobati
adiknya yang sedang dirawat di rumah sakit. Dia juga pernah diskors dua hari
tidak masuk sekolah karena berani membentak guru demi membela temannya yang
dihukum karena kedapatan bolos jam pelajaran (yang ini mah karena dia bego). Dan yang bikin aku tertawa geli adalah ketika tahu bahwa dia suka banget nonton
kartun, dan kartun favoritnya adalah Sinchan dan tom and jerry. Badboy, suka nonton Sinchan?? tom and
jerry??
Hal yang paling berkesan
dan buat aku mulai sedikit tertarik sama dia adalah ketika dia menjemput aku di
sekolah waktu motor abangku bermasalah. Awalnya aku memang risih saat tahu kalo
dia bakal jemput aku. Tapi temen abangku yang bisa cuma dia, jadi mau gak mau
aku iyakan. Waktu itu teman-teman
cowoknya godain dia dengan pertanyaan “baru lagi?” sambil tertawa menggoda. Dan
jawabannya yang sampai sekarang gak akan pernah aku lupakan adalah “eh,
sembarangan. Gak lah, dia adik aku”. Temannya masih godain lagi, “haha
adik apa adik nih,” trus dia jawab lagi “adiknya temenku, ya adik aku juga.
Jadi jangan macam-macam sama dia” begitu jawabnya. Disitu aku sadar,
bahwa dia memperlakukan aku khusus.
Tapi bagi aku, badboy yang terkenal playboy akan selamanya bermain hati, dan
gak akan pernah benar-benar jatuh cinta. Bagi mereka cinta itu hanya mainan.
Itu yang aku tahu. Tidak peduli seberapa sering dia memarahiku untuk mengubah
pandangan yang seperti itu.
Awal-awal kuliah, aku
sering sms-an dengan dia, walopun dia banyak gombalin aku. Maklum, playboy cap kambing, aku selalu bilang
begitu ke dia. Tapi dia gak pernah marah setiap kali aku memanggilnya, “playboy cap kambing”. Dia hanya
nanggapin dengan tertawa. Mungkin karena dia merasa diri. Lama-lama kami jadi
sering telponan dan menceritakan banyak hal. Kadang sekedar menanyakan kabar
dan ya basa-basi gak penting. Kami beda tempat kuliah, dia di Bali dan aku di
Jogja jadi hubungan kami hanya lewat dunia maya. Setahun kuliah dan karena
seringnya kami saling kontakan, kami jadi dekat, dan terbentuk ikatan
persahabatan.
Dia selalu bilang kalo
dia akan berubah, dan ingin pacaran setia sama satu cewek. Tapi aku gak pernah
percaya, karena setahuku dia gak pernah serius, bahkan dalam obrolan yang sedikit
serius, dia selalu menanggapi sesuatu dengan bercanda. Dalam kamusnya, gak ada
kata ‘serius’ itu yang aku pahami.
Memang dia pintar dalam
hal menghibur, dia selalu bisa membuat aku tertawa ketika aku lagi sedih. Dan
membuat nyaman saat ngobrol. Dia juga mengenal tipe-tipe cowok, ketika aku lagi
dekat sama cowok, dia akan ‘mendukung’ aku kalo dia menganggap itu cowok yang
baik buat aku. Tapi juga dengan tegas mengatakan ‘jangan’ ketika cowok itu gak
baik untukku. Intinya dia bener-bener sahabat terbaikku. Waktu liburan ke Jogja
pun aku orang pertama yang dia temui sebelum teman-temannya. Ya, dia juga punya
banyak teman di Jogja, jadi dia sering main ke Jogja. Aku paham kalo dia
termasuk cowok yang peduli dan bertanggung jawab. Tapi, untuk urusan cinta, mungkin
dia satu-satunya cowok yang gak akan pernah aku percaya.
Dia pernah bilang
begini, “dengan cara apa aku buktikan kalo aku benar-benar akan berubah, dan
bakal setia sama satu cewek.” Aku gak jawab karena aku gak paham tentang cinta.
Yang aku paham, seorang cowok yang sudah terbiasa bermain hati, bakalan susah
untuk menjaga hati.
Kami juga pernah
berantem hebat sampai aku blokir dia fb dan menghapus nomornya di hp. Aku
bahkan berjanji untuk tidak mengenalnya lagi. Semua sms dan telponnya aku
abaikan, hingga kami benar-benar putus kontak. Itu hampir dua tahun.
Awal tahun 2014 dia
kembali datang dengan permohonan maaf yang mendalam dan sebuah cerita yang
menghebohkan. Katanya hpnya hilang sehingga dia gak tahu nomorku. Dia hanya
ingat tiga digit awal dan empat digit akhir nomorku. Sebelum dia benar-benar
menemukan nomorku, berkali-kali dia salah nomor, dan malah salah sambung ke
sana-sini, sampe dimaki sama tante-tante, dimarahin sama om-om.
Aku sebenarnya sudah
lama memaafkan dia, tapi karena aku sudah gak punya kontaknya, aku diam-diam
saja. Aku benar-benar salut sama dia. Aku gak pernah menyangka kalo dia bakal
usaha seperti itu, hanya untuk mendapat maaf dan membangun kembali persahabatan
yang sudah terputus lama.
Ada yang aneh dengan
kedatangannya waktu itu. Dia mulai memanggilku dengan kata ‘sayang’ tanpa
persetujuanku. Dia mulai melontarkan kalimat gila yang buat aku benar-benar
ingin mencekik lehernya. “Kamu kalo mau pacaran di situ boleh saja, gak
apa-apa. Tapi nanti juga akhirnya bakalan nikah sama aku.” Aku marah waktu dia
melontarkan kalimat itu. “Siapa kamu, sampai ngatur-ngatur hidup aku?” tapi dia
malah menjawab dengan santai, “aku calon suami kamu.” geli banget rasanya
denger dia ngomong begitu. Karena kelakuan anehnya itu, aku mulai menghindar
dari dia. Aku jarang membalas dan mengangkat telponnya. Sikapnya gak
menunjukkan lagi sikap seorang sahabat. Gombalan dan cara gombalnya mulai beda,
gak seperti biasa yang dulu. Aku takut, karena waktu itu juga aku masih punya
pacar. Aku gak mau cari masalah.
Dan akhirnya pertengahan
agustus, kami benar-benar putus kontak (lagi). Hingga, pagi tadi dia menelpon
aku, hanya untuk memarahiku karena melupakan ulang tahunnya dan memintaku
menulisnya di blog demi mendapatkan maaf dari dia. Aneh!
Hey Nyamuk, aku tunggu
kamu menelponku. Dan kamu harus memaafkanku karena telah melupakan ulang
tahunmu. Terutama aku ingin tahu apa yang membuat kamu jadi peduli pada blog.
Apa yang membuat kamu berubah. Banyak hal yang harus kamu jelaskan, untuk
meyakinkanku bahwa kamu masih temanku yang dulu, playboy cap kambing yang tak pernah membahas sesuatu dengan kata
‘serius’.
0 komentar:
Posting Komentar