Terkadang
membangun hubungan yang terlampau akrab dengan lawan jenis itu tidak baik. Ada
yang memang mengerti posisimu dan ia tetap menjadi teman yang tak pernah
mengusik privasimu, namun ada juga teman yang pura-pura tidak tahu posisimu dan
ia terus memaksimalkan diri demi mendapatkan hatimu. Bagian ini yang harus
diwaspadai. Kadang ia merasa bahwa dirinya yang lebih pantas untukmu daripada
kekasihmu saat ini. Apalagi jika ia mengenalmu. Tahu semua hal tentangmu.
Tentang baik dan tentang konyolmu. Tentang suka maupun tentang dukamu.
Dalam
segala sesuatu yang dilalui bersama tentu sebagai sahabat, ada perhatian dan
sayang yang tersirat di sana. Dalam anggapmu, kamu melakukan itu karena kamu
peduli, karena kamu ingin hubungan persahabatan tetap terjaga. Namun bagi dia
yang memang menaru hati padamu akan beranggapan bahwa kamu melakukan itu semua karena kamu juga
diam-diam sedang menyimpan rasa untuknya.
Seperti
yang kini juga menimpa kita. Terkadang aku merasa jahat kalau aku mengacuhkanmu
saat kamu butuh bantuanku, atau saat butuh teman untuk berbagi cerita, aku
merasa bukan teman yang baik jika mengabaikanmu. Namun, disisi lain aku juga
merasa jahat jika terus-terusan memperhatikanmu, selalu ada saat kamu butuh.
Seolah-olah aku memberi harapan padamu. Padahal kepedulianku itu karena aku
mengasihimu sebagai seorang sahabatku.
Jelas
kita sahabat. Sahabat yang saling menyayangi. Aku tak akan menyangkali itu.
Namun, ada batas-batas. Ada jarak yang harus kita perhatikan, karena salah satu
dari kita telah menerima sebuah hati yang harus dijaganya dengan ketulusan
jiwa.
Aku
mohon, buang egomu itu. Pahamilah yang terjadi saat ini. Aku bukan lagi aku
yang dulu, yang bebas sebebas-bebasnya. Saat ini, ada hati yang harus aku
genggam. Ada perasaan yang harus aku jaga sepenuh hati.
Tolong
jangan lagi mempermasalahkan perihal siapa yang mendekat lebih dulu, atau siapa
yang menyimpan rasa paling pertama. Kenyataan saat ini, aku sudah dengannya.
Sepura-pura apapun kamu dengan keadaan ini, tetap yang kamu hasilkan nanti
hanyalah kekosongan.
Berhentilah
membuat drama ini menjadi panjang. Seseorang telah mengikatku dengan
kesungguhan hati dan sedang dalam perjalanan menuju akhir. Demi Tuhan, aku
tidak ingin menyakitimu. Aku tidak ingin kamu terluka lebih dalam lagi. Aku
tetap akan menjadi sahabatmu. Sahabat yang akan selalu mendukung setiap niat
baikmu. Fokuslah pada dirimu sendiri. Lekas temukan seseorang dan buatlah kisah
yang indah bersamanya. Jangan tetap tinggal pada rumah yang sudah tak punya
ruang untuk menampung ragamu. Pulanglah sahabatku, kamu salah rumah.
0 komentar:
Posting Komentar