Jumat, 19 Februari 2016

Yang Hilang Kini Kembali

Seratus dua puluh tiga hari saya ninggalin blog ini tanpa pamit/pesan atau selembar memo. 
Dan saat saya kembali hari ini, saya sangat-sangat terkejut melihat blog ini sudah berantakan. Makin banyak kecoak, debu dimana-mana, sarang laba-laba bertebaran sana-sini. Terlihat seperti gudang tua yang tanpa penghuni. Saya sampai merasa asing di sini.

Saya berharap, semoga blog ini masih mengenal dan menganggap saya adalah pemilik. Saya sangat berharap, para gembel-gembel yang sering mampir ke sini juga tidak melupakan saya dan masih mau menantikan tulisan-tulisan konyol saya di blog ini.

Kau tahu, banyak hal yang membuat saya menghilang bertahun-bertahun (meski baru setahun).
Sekedar informasi, sekarang saya bukan lagi mahasiswa yang kerjaannya galau mulu, yang selalu muncul dengan curhatan aneh bin ajaib. Saya sekarang adalah seorang GURU. Kau tahu apa itu Guru? Ya, profesi ini adalah sebuah prosfesi yang sangat tidak asing ditelinga siapapun. 

Sudahlah, jangan tunjukkan senyum sinis kalian itu. Saya pun tak yakin dengan profesi saya sekarang. Seorang mahasiswa lemot, yang bolotnya stadium akhir bisa jadi seorang Guru? Iya! Dan itu kenyataannya, kalian mau apa?! *dengan tampang angkuh sambil angkat alis sebelah

Ya, menjadi Guru memang bukanlah suatu pekerjaan yang mudah, mbel! Tanggung jawabnya besar. Bayangin aja, anak orang dititipin atau dipercayakan kepada kita untuk dididik/dibimbing dan diarahkan ke jalan yang benar. Nah lo, saya saja nggak tau jalan yang benar itu menuju ke mana, malah sekarang saya harus membimbing anak orang ke jalan yang benar itu. Itu seperti mencari jarum ditumpukan jerami. Percayalah, itu lebih mengerikan daripada diputusin pacar ditengah orang banyak. 

Namun, disitulah letak perbedaan Guru dan profesi lainnya. Dari sini, akhirnya saya belajar banyak hal. Kalau dulu saya sering upil bahkan kadang saking asiknya bisa ngemilin upil sendiri, sekarang saya tidak boleh lagi seperti itu. Minimal, ngemil upilnya jangan di depan anak didik. Kalau dulu, makannya sambil garuk ketek pake sendok/garpu, sekarang saya tidak boleh lagi melakukan itu. Kenapa saya tidak boleh melakukan hal-hal mengerikan di atas? Karena saya adalah Guru, sosok yang bisa diteladani atau bahasa gaulnya ditiru oleh anak didik. Nah kalo gurunya saja sudah kentut disembarang tempat, gimana anak didiknya? Bisa-bisa anak didiknya berak disembarang tempat. Itu logikanya. 

Itulah mengapa tadi saya bilang bahwa tugas seorang Guru itu sangat berat. Walaupun otak saya sedikit geser, saya harus bisa membuat otak anak didik saya lebih geser lagi, haha tidak. Bukan seperti itu. Guru yang baik adalah Guru yang mampu membuat anak yang tadinya nakal dan susah diatur menjadi anak yang minimal bisa menghargai sesama, anak yang bisa sopan dan santun bicaranya. 

Seorang profesor, yang akrab dipanggil Prof. Ginting pernah memberikan pada banyak suntikan kalimat motifasi saat saya mengikuti BIMTEK EHB di Jakarta beberapa bulan yang lalu dan salah satu kalimat yang sampai sekarang masih segar dalam ingatan saya adalah "jangan pernah mengeluh ketika kau mendidik anak yang nakal, bodoh dan susah diatur, namun berbanggalah dan didiklah ia menjadi anak yang baik dan pintar. Karena dengan cara itulah kau bisa mengukur keberhasilanmu yang sebenarnya. Kalau kau mendidik anak yang sudah baik dan pintar, lantas bagaimana caranya kau mengatakan dirimu berhasil? Toh diakan sudah baik dan pintar dari awal.

Kalau boleh jujur, saya termasuk Guru yang mengeluh lantas anak-anak yang saya didik sangat nakal dan susah diatur. Bahkan ya boleh dibilang bodoh. Tapi, seiring berjalannya waktu, saya bisa memahami sedikit demi sedikit makna dari kata-kata sang Prof. Akhirnya saya sadar, bahwa setelah jadi Guru pun saya masih saja lemot. Butuh beberapa waktu untuk menyerap makna dari kalimat sederhana itu. 

Jiah, saya tahu apa yang dipikiran kalian sekarang. Pasti kalian berpikir kalau saya tak layak jadi Guru, kan? Tenang saja, tak usa khawatir. Saya janji tidak akan membawa anak-anak itu ke jurang, karena saya pun takut jurang. Saya juga tidak akan membawa anak-anak itu dalam kegelapan karena saya juga takut gelap. Percayalah, sebodoh dan sejelek apapun seorang Guru, dia pasti akan mendidik anak didiknya menjadi lebih baik dari dia. Percayalah! Ah, percaya sajalah!

*ngusap mata dan melototi tulisan sendiri
Walah, malah jadi curhat ya saya. Okelah, saya sudahi saja tulisan ini. Sepertinya saya malah membully diri saya sendiri. 

Oke Mbel, tetap jadi gembel yang selalu ceria ya. Jangan lupa tersenyum setiap saat (asal jangan berlebihan, nanti bisa dikira orang gila baru! haha)

0 komentar:

Posting Komentar

 

Gembel Ceria Template by Ipietoon Cute Blog Design