Hai Mbel maaf baru muncul lagi. Sebenarnya banyak yang ingin aku curhatin ke kamu, tapi gak sempat. Akhir-akhir ini aku punya banyak kesibukan, makanya aku jarang ke sini. Bahkan untuk sekedar mampir sebentar saja aku gak sempat. Maaf ya mbel, kamu masih mau kan dengerin curhat aku? Terserah sih, mau gak mau aku akan tetap curhat.
Mbel, aku ingin kamu tahu kalau sekarang aku lagi bimbang. Entah mulai darimana membicarakannya aku sendiri gak tahu. Banyak, bahkan lebih dari kata 'banyak' untuk mencurahkan semuanya. Semua kekacauan hati ketika memikirkan itu.
Aku masih bersama dia Mbel,sosok indah yang telah menyatakan cintanya di antara sunset. Dia yang sudah menghipnotis jiwa ini hingga rasa sayang hanya dapat kuberikan untuknya. Sesuatu yang dulu kusebut perasaan dan seiring berjalannya waktu berganti mejadi ketulusan.
Mari kita mulai dengan masa depan. Mbel, kamu harus tahu bahwa aku dan dia gak pernah membicarakan itu. Tentang masa depanlah, tentang aku siapa, dia siapa, tentang bagaimana hubungan kami. Nggak pernah! Bukan, kata yang tepat untuk itu bukan 'nggak pernah' tapi 'nggak pantas'. Iya, aku dan dia memang gak pantas membicarakan masa depan atau semacamnya. Mungkin dia juga tahu kalau masa depan hanya milik mereka yang memang ingin bersama di masa depan. Buat orang yang memiliki tembok pembatas yang tidak mungkin bisa ditembus, masa depan itu hanya sebuah harapan palsu.
Perbedaan? Ya, itu tembok pembatas yang ku maksud. Tembok yang sangat kokoh, bahkan Goliat pun gak akan mampu menghancurkannya. Mbel, apa yang salah denganku? Kenapa aku selalu jatuh cinta pada orang yang berbeda denganku? Siapa yang salah? Aku kah? Cinta? Atau....
Mbel, akhir-akhir ini aku selalu dihantui sumpah yang pernah diucapkan oleh seorang yang kusebut mantan. Apakah itu pertanda kalau sumpahnya akan benar-benar terjadi? Dulu aku gak pernah peduli dengan sumpah itu, bahkan aku berusaha untuk tidak mengingatnya, karena bagiku sumpah seorang play boy seperti dia gak akan ada artinya. Tapi melihat sikap orang yang ku sayang seperti itu, aku mulai takut. sungguh aku takut.
Karma. Aku termasuk orang yang percaya karma dan kalau memang itu akan terjadi, aku harus siap menerima. Kalau sebuah kejujuran bisa menjadi bumerang untuk hatiku sendiri, apa mau dikata. Karena sebuah pedang bisa saja menghunus tuannya sendiri.
Dia yang kusayang jarang mengungkapkan perasaannya padaku Mbel, aku takut dia sudah tak menyayangiku. Kami bertemu cuma sekali seminggu, dan komunikasi akhir-akhir ini kurang membaik karena dia sibuk. Seberapa berartinya aku untuknya pun aku gak tahu. Sepertinya aku belum menjadi sesuatu yang berarti untuk dia.
Mbel, aku tidak bermaksud menyalahkannya. Aku hanya ingin protes. Mengapa hanya aku yang selalu mengumbar perasaan? Sedangkan dia hanya melakukan hukuman wajib bagi orang yang pacaran untuk memanggil pasangannya dengan sebutan kata 'sayang'. Semua orang tahu kalau aku sekarang sudah tidak menjomblo, tapi di mata teman-temannya, dia masih cowok yang jomblo, yang tidak memiliki kekasih. Adilkah ini?
Aku ingin sekali membicarakan ini dengannya. Tapi rasanya berat Mbel,aku baru menanyakan gimana perasaannya padaku, dia sudah menyebut aku aneh. Apalagi kalau aku membicarakan semua, mungkin dia akan menganggap aku gila dan gak waras.
Aku makin gak punya keberanian untuk membicarakan ini dengannya, setiap bertemu mulut ini terasa dijahit, hanya senyum dan tawa yang berhasil terlihat. Dia pun gak pernah mencoba untuk membicarakan hubungan kami, apa dia benar-benar gak paham atau pura-pura gak paham dan gak peduli dengan hubungan ini aku gak tahu, yang jelas sikapnya yang seperti itu membuatku mengerti bahwa dia memang gak berniat menjadikan aku masa depannya.
Mbel, aku hanya punya waktu kira-kira 3 bulan lagi di sini. April aku harus meninggalkan Jogja. Namun sampai saat ini kami belum membicarakan ke mana hubungan ini akan dibawa. Mungkin 3 bulan itu masih lama untuknya, tapi bagiku 3 bulan itu tinggal sebentar lagi. Hanya membuka dan menutup mata, maka keesokan harinya sudah bulan april. Mungkinkah hubungan kami mencapai 3 bulan ke depan? Entah. Aku gak berniat mencari jawabannya.
Mbel, cinta itu layaknya paragraf. Aku hanya terus menulis semampuku dan biarkan waktu yang menentukan titiknya.
Kenyataannya cinta itu gak adil, ribet dan menyiksa. Harus mencintai seseorang yang hanya menganggap kita sebagai 'pacar' dan bukan masa depan itu menyiksa. Mencintai seseorang yang tidak pernah mengakui kita kepada siapapun itu rasanya gak adil dan adanya perbedaan membuat cinta makin terasa ribet dan sulit untuk di mengerti.
Mbel, kapan aku punya keberanian untuk membicarakan hubungan ini dengannya? Kamu gak tahu kan? Aku juga..
0 komentar:
Posting Komentar