Aku menyesal saat ini,
karena aku tak bisa menerimamu saat engkau datang ke sini, ke kosku dan
memintaku untuk bergabung kembali dengan perkumpulan yang sudah menyatukan kita
warga Sumba, khususnya Wewewa Timur yaitu Pekaweti. Sungguh, aku sangat menyesal, kak. Padahal kau ingin
bertanggung jawab atas perlakuanmu padanya, pada dirinya yang ku panggil kakak
juga. Ya aku tahu, kau memukulnya bukan tanpa alasan. Benar, aku memang
membelanya karena dia adalah kakakku, layaknya kakak kandungku di tanah
rantauan ini, sehingga aku membelanya walau dalam hati kecil aku tahu kau
melakukan itu karena ada alasan, karena aku paham setiap lelaki memiliki ego dan
harga diri yang tidak mau diinjak begitu saja.
"Kaka gue" begitu
aku memanggilmu. "adi gue" begitu juga panggilmu padaku. Kak, aku
sangat menyesal harus duduk dalam mobil polisi waktu itu untuk mencarimu layaknya
buronan kelas kakap. Sumpah, aku tidak ingin melakukan itu, tapi itu tuntutan
kak, tuntutan yang mau tidak mau harus aku lakukan karena korban yang kau pukul
itu sedang berbaring lemas di rumah sakit dengan hidung sedikit bermasalah
akibat pukulan telakmu di wajahnya. Aku memang membela dia karena dia
keluargaku, tapi aku juga tidak seharusnya menyalahkan kau. Aku menyesal telah
membuatmu menjadi buronan, aku juga menyesal telah mengancam keselamatanmu
dengan melibatkan polisi.
Bahkan di hari terakhirmu di sini, di Yogyakarta, aku tidak sempat mengunjungi jasadmu di rumah sakit, maaf juga untuk itu kak, karena ada urusan penting yang tak bisa aku tinggalkan, aku menyesal karena untuk melihat jasadmu saja aku tak sempat.
Kaka gue, semoga engkau merasakan penyesalanku dari atas sana, dari Surga tempat engkau bersemayam saat ini. Maafkan aku kak.. :'(
Bahkan di hari terakhirmu di sini, di Yogyakarta, aku tidak sempat mengunjungi jasadmu di rumah sakit, maaf juga untuk itu kak, karena ada urusan penting yang tak bisa aku tinggalkan, aku menyesal karena untuk melihat jasadmu saja aku tak sempat.
Kaka gue, semoga engkau merasakan penyesalanku dari atas sana, dari Surga tempat engkau bersemayam saat ini. Maafkan aku kak.. :'(
Padahal banyak canda tawa
yang kau torehkan dalam hidupku. Jiwa pemberani dan pemimpin bersemayam dalam
ragamu. Sungguh kau kakak yang patut diandalkan.
Kak,
kau ingat waktu kita
ke pantai? Dengan beraninya kau lari dengan bebas dan berenang di tengah
ombak,
tidak peduli dengan teriakan orang-orang yang melarangmu untuk tidak
boleh
berenang di situ. Tapi, kau tetap saja menari bersama ombak itu. Kami
semua panik, memanggilmu untuk berhenti berenang, tapi kau?
Ah, kau memang tak pernah takut.
Kau
juga lelaki narsis. Benarkan? Kau selalu ingin di foto dengan
gaya-gayamu yang sedikit kocak. Seperti kata yang sering kau ucapkan,
kak. Kau memang "pria tampan".
Satu
hal yang aku pelajari
dalam kisah ini, "berilah maaf kepada orang yang telah berbuat salah
padamu,
jangan melihat seberapa besar kesalahannya, namun lihatlah penyesalan
dan ketulusannya. Jangan menunda-nunda waktu untuk memaafkannya, karena
hari esok adalah misteri bagi kita semua."
Kak, untuk maaf yang tak tersampaikan, aku persembahkan video
kebersamaan kita dulu, waktu aku masih bergabung bersama kalian dalam Perkumpulan Keluarga Besar Wewewa Timur. Salam PEKAWETI!!!
Vidionya liat di sini
0 komentar:
Posting Komentar