Minggu, 04 Mei 2014

Menyebarkan Dusta


Sebenarnya gue gak ingat kapan tepatnya gue mulai memperhatikan dia. Karena waktu itu gue belum punya notes atau diary kecil untuk mengisahkan detail-detail kenangan tentang dia. Seandainya saja gue punya pikiran untuk itu, gue akan menggoreskan apa saja tentang dia, termasuk tanggal, bulan, hari, tahun hingga jam, menit, detik-nya. Gue akan goreskan semua tentang dia, tapi gue gak akan menggoreskan tinta hitam di wajahnya, karena kalo sampe itu terjadi ibunya akan menjewer telinga gue sampai lepas. Apalagi waktu itu ibunya termasuk dalam daftar guru killer yang paling ditakutkan di sekolah. Sudah dipastikan apa yang akan terjadi kalo sampai gue menodai wajah mulus anak sulungnya itu.

Gue sesali akan kelemahan otak gue berpikir jenius saat itu, hingga sekarang gue harus peras otak gue untuk mengingat keping-keping kenangan bersama dia dulu. Kasihan otak gue, dia sebenarnya lelah tapi karena ini tentang kerinduan akan masa lalu ia juga mau bekerja keras untuk kembali melangkah ke belakang, saat di mana gue masih dikatakan bocah ingusan.

Saat itu gue lagi duduk dengan teman geng gue. Bukan geng motor, atau geng pencuri ayam, apalagi geng pemalak guru. Kami adalah kumpulan anak-anak yang hati dan parasnya sama, yaitu sama-sama cantik (ehm!). Seperti biasa kalau anak-anak cewek ngumpul pasti akan membicarakan tentang lawan jenisnya. Bukan, waria. Bukan! Perlu gue perjelas bahwa geng gue termasuk geng yang akil baliknya kecepatan. Ya, kira-kira umur gue dan temen-temen 10 tahun-an. Di umur seperti itu bulu ketek udah ke mana-mana dan rasa tertarik sama lawan jenis mulai meracuni otak. Dan otak gue yang terkena racun sangat banyak. Gue udah minum anti racun, minum rinso untuk menghilangkan noda sampai mengkonsumsi obat herbal yang di miliki oleh Yao Fei di film Arrow untuk menghilangkan racun yang sudah meracuni otak gue, namun hasilnya sama saja, nihil. 

Rasa tertarik yang tinggi kepada lawan jenis meracuni otak gue hingga membuat gue menjadi orang yang tidak bisa dikendalikan. Untung racun yang masuk ke otak gue adalah racun yang baik sehingga gue cuma tertarik sama satu orang lawan jenis gue di sekolah ini. Bayangkan kalo seandainya si racun jahat yang menguasai otak gue, maka gue bisa tertarik sama semua lawan jenis di sekolah ini. Udah, gak usa dibayangin, karena gue tahu itu bakal ngeri banget. Lebih ngeri daripada meletusnya merapi di Yogyakarta yang memakan ribuan jiwa.

Saking tertariknya, gue sampai ngarang cerita tentang dia. Setiap kali ngumpul sama geng gue, pasti gue mengisahkan cerita-cerita bohong yang berkaitan dengan dia. Salah satu cerita yang masih membekas di pikiran gue adalah ketika kami akan melayat. Entah siapa yang meninggal gue lupa, yang jelas waktu itu kami lagi latihan nyanyi untuk dipersembahkan di tempat layat nanti. Jangan pernah berpikir bahwa kami akan membawakan lagunya Rihanna, atau lagunya Ahmad Dhani. Yang kami nyanyikan adalah lagu Himne Guru. Kalau gak tahu lagunya, silahkan tanya sama Mbah Google, atau guru SD, atau guru SMP atau guru SMA yang lo temui di manapun, asal jangan yang lo temui di kuburan.

Selesai acara melayat, kamipun kembali ke sekolah. Di perjalanan gue mulai mengisahkan kebohongan kepada temen geng gue. Dengan polosnya gue bercerita kalau pada saat penyiraman bunga, dia memegang tangan gue. Ya, entah darimana gue dapetin ide itu, tapi itulah yang udah gue beberkan kepada teman-teman gue, yang akhirnya berakibat naas bagi kesalamatan gue, karena tidak beberapa jam kemudian gosip itu sudah menyebar kemana-mana dan sampailah ke telinga korban. Gue malu setengah mampus. Gue merasa terhina, gue ingin gantung diri, tapi di sekolah gue banyak banget pohon yang besar sehingga gue bingung memilih gantung diri di pohon yang mana. Padahal gue ingin banget gantung diri di pohon kelapa yang ada di halaman sekolah, tapi pohon kelapa itu terlalu tinggi, selain gue gak bisa mencapainya, pohon itu juga gak punya ranting kuat yang mampu menahan beban gue yang beratnya sebelas-dua belas dengan berat anak anjing peliharaan gue di rumah. 
Gue merasa harga diri gue diinjak-injak, padahal gue belum pernah tahu harga diri gue berapa, udah keburu diinjak sama mereka. Gue depresi, gue galau tingkat internasional, gue berkepikiran untuk kabur ke Spanyol, namun untung gue cepat menyadari bahwa gue gak tahu jalan ke Spanyol. Jangankan ke Spanyol, jalan pulang ke rumah saja sekarang gue udah lupa, saking depresinya. 

Selama satu hari satu malam gue gak tidur, gue mikirin pembelaan kalo si korban meminta pertanggung jawaban atas dusta yang udah gue sebarin. Gue paksa otak gue untuk memikirkan pembelaan, hingga otak memberikan dua solusi yang menurut gue paling bijaksana. Pertama, meminta maaf. Ya, gue sudah mempersiapkan diri untuk meminta maaf padanya, anggap saja waktu gue mengucapkan dusta itu gue lagi salah makan atau karena kepanasan akibat matahari yang membakar kulit. Gue bahkan berniat meminta maaf pada bokap dan nyokapnya atau bila perlu gue akan mengadakan pidato permintaan maaf padanya. Kalo solusi pertama tidak mempan, terpaksa gue akan melaksanakan solusi ke dua, yaitu nelpon Hatsune Miku dan membawa gue kabur ke Jepang. Jangan berpikir gue melarikan diri, tidak. Gue cuma liburan ke sana sekalian minta tanda tangan Ikuta Toma

Sehari, dua hari, seminggu, sebulan dan tidak ada tanda-tanda kalau si korban akan meminta pertanggung jawaban gue. Dia biasa-biasa saja dan tidak pernah menunjukkan aksi perlawanan kepada gue. Apakah dia senang gue mengarang cerita seperti itu? Apakah dia juga diam-diam tertarik sama gue? Dalam hati gue berniat mendekati dan meminta maaf padanya, namun gue gak pernah punya waktu berdua bersama dia. Gak pernah!

Dia itu, ya elo, sosok yang pernah gue kagumi waktu kecil...
Waktu gue masih ingusan, waktu gue belum tahu kalo ngemil upil dan minum air comberan itu adalah tindakan yang paling jorok se-indonesia, bisa jadi se-internasioal, atau bahkan se-dunia. Dan sekali lo konsumsi bisa menyebabkan ketergantungan maksimal. Darius deh, eh salah duarius deh!!                    

0 komentar:

Posting Komentar

 

Gembel Ceria Template by Ipietoon Cute Blog Design