Benang
putih yang dulu terurai lembut di dinding hati
Kini
rapuh bahkan patah termakan ego
Cinta
yang mengalir seperti rangkaian syair melodi
Kini
hilang tertelan amukan sang bara
Aku
terjebak dalam permainan waktu
Cintaku
hilang
Pergi
meninggalkan sayatan yang begitu dalam
Sejuta
badut tak akan mampu mengusir lara ini
Cintaku
abadi….
Lukapun
akan abadi..
Alam
begitu indah memaparkan panoramanya
Gemericik
air menambah pesona auramu
Tapi
kenapa insan seperti aku
Tak bisa
menikmati belaian tetesan demi tetesan itu
Aku,
masih terbuai dalam sandiwara konyol ala abunawas
Terkurung
dalam jaring keterpurukan
Terjebak
dalam kegalauan hati
Terhimpit
dalam tanya yang tak ada jawabannya
Pupus…
Separuh
jiwaku menghilang dalam sekejap
Tinggallah
aku dalam cengkraman sang hampa
Aku
tertunduk lesu..
Kupandangi
ikan yang begitu asyik berlarian kesana kemari
Seolah-olah
ingin memamerkan kegesitannya
Aku
mengalihkan pandanganku
Menengadah
ke langit berharap menjumpai langit yang kosong
Sekosong
hatiku saat ini
Tapi, inilah
kenyataan yang tak dapat aku pungkiri
Kudapati
seekor burung yang terbang, lepas…
Seperti
tak memiliki beban sedikitpun
Awan
tebal bukanlah halangan baginya…
Aku
tertegun, kemana lagi aku berlari…
Ikan dan
burung itu berhasil membuat
Aku
terbangun dari mimpi-mimpi burukku
Mengapa
aku harus lari ?
Aku
adalah aku
Aku tak
perlu jadi orang lain untuk bangun
Aku
ingin meniru si ikan yang bebas kesana kemari
Tanpa
harus menunggu perintah dari siapapun
Tapi aku
tak mau jadi ikan itu
Karena
aku adalah aku..
Aku
ingin meniru burung itu
Yang
dengan lepasnya, terbang menikmati hari-harinya
Tapi aku
tak mau jadi burung itu..
Karena
aku adalah aku
Kini,
aku bisa mengekspresikan diriku..
Galau
bukanlah penghalang untuk bahagia
Aku bisa
lebih bebas dari ikan dan burung itu
Tersenyumlah
pada alam, maka alam dan seisinya akan mencintaimu…
0 komentar:
Posting Komentar