Jumat, 30 November 2012

Pupus

Benang putih yang dulu terurai lembut di dinding hati
Kini rapuh bahkan patah termakan ego
Cinta yang mengalir seperti rangkaian syair melodi
Kini hilang tertelan amukan sang bara

Aku terjebak dalam permainan waktu
Cintaku hilang
Pergi meninggalkan sayatan yang begitu dalam

Sejuta badut tak akan mampu mengusir lara ini
Cintaku abadi….
Lukapun akan abadi..

Alam begitu indah memaparkan panoramanya
Gemericik air menambah pesona auramu
Tapi kenapa insan seperti aku
Tak bisa menikmati belaian tetesan demi tetesan itu

Aku, masih terbuai dalam sandiwara konyol ala abunawas
Terkurung dalam jaring keterpurukan
Terjebak dalam kegalauan hati
Terhimpit dalam tanya yang tak ada jawabannya

Pupus…
Separuh jiwaku menghilang dalam sekejap
Tinggallah aku dalam cengkraman sang hampa

Aku tertunduk lesu..
Kupandangi ikan yang begitu asyik berlarian kesana kemari
Seolah-olah ingin memamerkan kegesitannya

Aku mengalihkan pandanganku
Menengadah ke langit berharap menjumpai langit yang kosong
Sekosong hatiku saat ini

Tapi, inilah kenyataan yang tak dapat aku pungkiri
Kudapati seekor burung yang terbang, lepas…
Seperti tak memiliki beban sedikitpun
Awan tebal bukanlah halangan baginya…

Aku tertegun, kemana lagi aku berlari…
Ikan dan burung itu berhasil membuat
Aku terbangun dari mimpi-mimpi burukku

Mengapa aku harus lari ?
Aku adalah aku
Aku tak perlu jadi orang lain untuk bangun

Aku ingin meniru si ikan yang bebas kesana kemari
Tanpa harus menunggu perintah dari siapapun
Tapi aku tak mau jadi ikan itu
Karena aku adalah aku..

Aku ingin meniru burung itu
Yang dengan lepasnya, terbang menikmati hari-harinya
Tapi aku tak mau jadi burung itu..
Karena aku adalah aku

Kini, aku bisa mengekspresikan diriku..
Galau bukanlah penghalang untuk bahagia
Aku bisa lebih bebas dari ikan dan burung itu
Tersenyumlah pada alam, maka alam dan seisinya akan mencintaimu…

0 komentar:

Posting Komentar

 

Gembel Ceria Template by Ipietoon Cute Blog Design