“Ma, Yubi belajar kelompok dulu ya,” kataku sambil meraih tas
buku dan langsung menghambur keluar. Sebelum Aku meghilang dibalik pintu
seperti biasa Mama ngingetin Aku, “Bi, jangan terlalu malam ya
pulangnya,”
“Oke deh, Ma, beress...” teriakku sambil berlalu.
Kasihan Mama. Selama ini Aku sudah bohong sama Mama. Aku bilang pergi belajar kelompok. Padahal setiap kali Aku keluar hanya untuk jalan-jalan bersama teman-teman se-genkku. Mama mungkin heran, kenapa belakangan ini, tepatnya setelah Aku kelas 3 SMA, Aku sering banget keluar untuk belajar. Pernah satu kali Mama ngomong gini “Wah, anak Mama sekarang ini rajin banget ya, belajar,”
“Ya, namanya juga anak kelas 3 Ma, harus mempersiapkan diri dari sekarang,” jawabku sekenanya berharap Mama percaya. Dan ternyata benar Mama percaya sama bualanku.
Sebetulnya sih, ada sedikit rasa sesal di hatiku mengingat Aku sudah bohongi Mama berulang-ulang kali. Tapi Aku juga tidak mau berterus terang karena Mama gak akan pernah ngijinin Aku keluar tanpa ada keperluan yang penting. Namun, apa boleh buat, Aku terpaksa lakuin hal sekeji ini.
Aku liat Yenni, Luzhan, Elensi, Meli, Yoksa dan Shinta sudah kumpul di tempat biasa.
“Hay guys, sorry nih Aku telat lagi,” ujarku polos.
“Duh, kapan sih kamu gak telat Bi, kita-kita tuh udah paham banget sama kebiasaan kamu yang gak musna-musna dari jaman purbakala” sewot Yenni.
Hehehe… Aku cuma cekikikan nanggapin omelan Yenni barusan. Setelah berhahaha…hihihi sebentar kami bertujuh segera pergi. Sasaran kami hari ini adalah distro terbaru yang tempatnya lumayan jauh dari tempat biasa kami ngumpul.
“Hei, lucu bangat ni baju,” teriak Elensi sambil mengangkat sebuah baju. Spontan kami langsung mengerumuni baju-baju yang lain. Ditengah-tengah asyiknya Aku sama baju-baju itu, tiba-tiba handphone ku bunyi.
“Uppzz.. Mama?!” Aku panik begitu tahu Mama yang nelpon.
“Hallo Ma, ada apa?” tanyaku berusaha tenang sambil terburu-buru mencari tempat yang sunyi. Wadhu!!! Bisa gawat ni, kalau sampai Mama tahu Aku ada dimana.
“Apa Ma? Gak kedengaran nih,” tanyaku lagi sambil berusaha mendengar dengan jelas.
“Kamu ada dimana sih Bi, kok berisik banget?” Tanya Mama.
Deggg!!! Jantungku berdebar-debar. Mulutku kaku.
“Ngg,, itu Ma, nggg…” Aku bingung cari alasan.
“Bi, kamu dimana sih?” desak Mama.
“Yubi lagi di distro Ma,” Upsss!!! Aku keceplosan.
“Di distro?? Lho bukannya kamu lagi belajar kelompok? Kok malah di distro?” tanya Mama heran.
“I..ia.. emang mau belajar, nih masih mampir ngambil gaun pesanan mamanya Luzhan, kebetulan distronya searah sama tempat kami belajar,” jawabku sekenanya berharap Mama percaya.
“Oohhh,,,” gumam mama pelan. “Itu lho, Mama mau nitip benang woll warna putih sama jarum jahit, tolong beliin pesanan Mama ya, pake uang kamu dulu nanti di rumah baru Mama ganti."
“Oke deh, Ma..” jawabku.
“Yaudah, hati-hati ya sayang, jangan lupa belajarnya jangan sampai malam,” kata Mama sambil menutup telepon. Tiba-tiba Aku merasakan ada sesuatu yang mengganjal dihatiku. Aku makin merasa bersalah karena perhatian Mama yang begitu besar kepadaku.
Hari yang ditunggu-tunggupun tiba. Hari ini adalah hari pembagian raport. Dengan harap-harap cemas Aku duduk disebelah Mama. Sesekali Mama menoleh kearahku.
“Udah sayang, kamu jangan gerogi. Yakin deh, nilai kamu pasti bagus semua. Kamu kan selama ini rajin belajar. Kalau Mama sih yakin banget nilai kamu pasti bagus.”
Mataku mulai berkaca-kaca. Aku makin merasa bersalah. Mama begitu percaya sama anaknya. Oh my God! perasaan salah dan takut membuat Aku makin resah. Aku takut banget mama bakalan marah besar begitu tahu Aku telah membohonginya.
Yublina Gollu. Giliran namaku dipanggil. Degg!!! Jantungku berdebar. Dengan senyum lebar Mama maju ke depan. Aku mengikutinya dari belakang.
“Silakan bu,” Ibu Solvina mempersilakan Mama duduk. Akupun duduk disebelah Mama. Aku tidak berani menatap Ibu Solvina, Aku hanya tertunduk. Ibu Solvina menyodorkan raport pada Mama. “Masa sih, nilai Yubi sejelek ini? Apa gak ada kesalahan?” Tanya Mama tidak percaya. Kepalaku makin tertunduk. Aku yakin Mama pasti marah besar padaku.
“Bi..” Mama menoleh kearahku minta penjelasan. Aku tidak berani menatap Mama. Mulutku terasa kaku. Aku gak tahu harus ngomong apa, lagian Aku gak mungkin jelasin semuanya di depan Ibu Solvina.
“Maaf bu, itu memang hasil yang diperoleh Yubi. Untuk kemajuan dan perbaikan nilai-nilai putri ibu, sebaiknya lebih kasih perhatian dan membantu dia dalam pelajaran-pelajarannya di sekolah.” Suara ibu Solvina terdengar tegas.
Dalam perjalanan pulang ke rumah, Aku dan Mama saling diam. Entah apa yang dipikirkan Mama tentang diriku Aku gak tahu. Tapi yang pasti, Mama lagi nahan amarahnya padaku. Sedangkan Aku, aakkkhhh……
“Ma, Yubi boleh masuk gak?” tanyaku pelan. Mama menarik wajahnya dari kain yang disulamnya dan menatapku dengan dingin.
“Ma, Yubi mau ngaku sama Mama. Tapi, Mama jangan marah ya?” kataku begitu duduk disamping Mama.
“Oke deh, Ma, beress...” teriakku sambil berlalu.
Kasihan Mama. Selama ini Aku sudah bohong sama Mama. Aku bilang pergi belajar kelompok. Padahal setiap kali Aku keluar hanya untuk jalan-jalan bersama teman-teman se-genkku. Mama mungkin heran, kenapa belakangan ini, tepatnya setelah Aku kelas 3 SMA, Aku sering banget keluar untuk belajar. Pernah satu kali Mama ngomong gini “Wah, anak Mama sekarang ini rajin banget ya, belajar,”
“Ya, namanya juga anak kelas 3 Ma, harus mempersiapkan diri dari sekarang,” jawabku sekenanya berharap Mama percaya. Dan ternyata benar Mama percaya sama bualanku.
Sebetulnya sih, ada sedikit rasa sesal di hatiku mengingat Aku sudah bohongi Mama berulang-ulang kali. Tapi Aku juga tidak mau berterus terang karena Mama gak akan pernah ngijinin Aku keluar tanpa ada keperluan yang penting. Namun, apa boleh buat, Aku terpaksa lakuin hal sekeji ini.
Aku liat Yenni, Luzhan, Elensi, Meli, Yoksa dan Shinta sudah kumpul di tempat biasa.
“Hay guys, sorry nih Aku telat lagi,” ujarku polos.
“Duh, kapan sih kamu gak telat Bi, kita-kita tuh udah paham banget sama kebiasaan kamu yang gak musna-musna dari jaman purbakala” sewot Yenni.
Hehehe… Aku cuma cekikikan nanggapin omelan Yenni barusan. Setelah berhahaha…hihihi sebentar kami bertujuh segera pergi. Sasaran kami hari ini adalah distro terbaru yang tempatnya lumayan jauh dari tempat biasa kami ngumpul.
“Hei, lucu bangat ni baju,” teriak Elensi sambil mengangkat sebuah baju. Spontan kami langsung mengerumuni baju-baju yang lain. Ditengah-tengah asyiknya Aku sama baju-baju itu, tiba-tiba handphone ku bunyi.
“Uppzz.. Mama?!” Aku panik begitu tahu Mama yang nelpon.
“Hallo Ma, ada apa?” tanyaku berusaha tenang sambil terburu-buru mencari tempat yang sunyi. Wadhu!!! Bisa gawat ni, kalau sampai Mama tahu Aku ada dimana.
“Apa Ma? Gak kedengaran nih,” tanyaku lagi sambil berusaha mendengar dengan jelas.
“Kamu ada dimana sih Bi, kok berisik banget?” Tanya Mama.
Deggg!!! Jantungku berdebar-debar. Mulutku kaku.
“Ngg,, itu Ma, nggg…” Aku bingung cari alasan.
“Bi, kamu dimana sih?” desak Mama.
“Yubi lagi di distro Ma,” Upsss!!! Aku keceplosan.
“Di distro?? Lho bukannya kamu lagi belajar kelompok? Kok malah di distro?” tanya Mama heran.
“I..ia.. emang mau belajar, nih masih mampir ngambil gaun pesanan mamanya Luzhan, kebetulan distronya searah sama tempat kami belajar,” jawabku sekenanya berharap Mama percaya.
“Oohhh,,,” gumam mama pelan. “Itu lho, Mama mau nitip benang woll warna putih sama jarum jahit, tolong beliin pesanan Mama ya, pake uang kamu dulu nanti di rumah baru Mama ganti."
“Oke deh, Ma..” jawabku.
“Yaudah, hati-hati ya sayang, jangan lupa belajarnya jangan sampai malam,” kata Mama sambil menutup telepon. Tiba-tiba Aku merasakan ada sesuatu yang mengganjal dihatiku. Aku makin merasa bersalah karena perhatian Mama yang begitu besar kepadaku.
Hari yang ditunggu-tunggupun tiba. Hari ini adalah hari pembagian raport. Dengan harap-harap cemas Aku duduk disebelah Mama. Sesekali Mama menoleh kearahku.
“Udah sayang, kamu jangan gerogi. Yakin deh, nilai kamu pasti bagus semua. Kamu kan selama ini rajin belajar. Kalau Mama sih yakin banget nilai kamu pasti bagus.”
Mataku mulai berkaca-kaca. Aku makin merasa bersalah. Mama begitu percaya sama anaknya. Oh my God! perasaan salah dan takut membuat Aku makin resah. Aku takut banget mama bakalan marah besar begitu tahu Aku telah membohonginya.
Yublina Gollu. Giliran namaku dipanggil. Degg!!! Jantungku berdebar. Dengan senyum lebar Mama maju ke depan. Aku mengikutinya dari belakang.
“Silakan bu,” Ibu Solvina mempersilakan Mama duduk. Akupun duduk disebelah Mama. Aku tidak berani menatap Ibu Solvina, Aku hanya tertunduk. Ibu Solvina menyodorkan raport pada Mama. “Masa sih, nilai Yubi sejelek ini? Apa gak ada kesalahan?” Tanya Mama tidak percaya. Kepalaku makin tertunduk. Aku yakin Mama pasti marah besar padaku.
“Bi..” Mama menoleh kearahku minta penjelasan. Aku tidak berani menatap Mama. Mulutku terasa kaku. Aku gak tahu harus ngomong apa, lagian Aku gak mungkin jelasin semuanya di depan Ibu Solvina.
“Maaf bu, itu memang hasil yang diperoleh Yubi. Untuk kemajuan dan perbaikan nilai-nilai putri ibu, sebaiknya lebih kasih perhatian dan membantu dia dalam pelajaran-pelajarannya di sekolah.” Suara ibu Solvina terdengar tegas.
Dalam perjalanan pulang ke rumah, Aku dan Mama saling diam. Entah apa yang dipikirkan Mama tentang diriku Aku gak tahu. Tapi yang pasti, Mama lagi nahan amarahnya padaku. Sedangkan Aku, aakkkhhh……
“Ma, Yubi boleh masuk gak?” tanyaku pelan. Mama menarik wajahnya dari kain yang disulamnya dan menatapku dengan dingin.
“Ma, Yubi mau ngaku sama Mama. Tapi, Mama jangan marah ya?” kataku begitu duduk disamping Mama.
“Ma, sebetulnya selama ini Yubi minta ijin keluar bukan untuk belajar
kelompok. Tapi.. tapi…” Aku ragu untuk nerusin.
“Tapi apa Bi?” ulang Mama.
”Tapi, Yubi pergi ngeluyur sama teman-teman Ma, Yubi keluar cuma buat main-main dan senang-senang saja, maafin Yubi Ma, Yubi sudah buat Mama kecewa. Yubi bohong sama Mama. Yubi benar-benar nyesal sudah mengkhianati kepercayaan Mama…” Aku gak bisa menahan air mata. Aku nangis sesegukan. Sejak Aku liat kekecewaan dan kesedihan diwajah Mama sesudah nerima raportku tadi siang, Aku benar-benar nyesal.
“Ma, Yubi siap nerima hukuman apapun dari Mama. Yubi gak apa-apa jika gak dikasih jajan selama 5 bulan atau gak diijinin keluar rumah selama 1 tahun atau terserah Mama deh, Yubi bakal terima hukuman apapun dari Mama asal Mama jangan marah dan cuekin Yubi lagi.” kataku meyakinkan Mama.
Mama menghela nafas panjang. Lalu bergeser mendekati Aku. Mama menatapku dalam-dalam dengan tajam. Walau begitu, Aku masih lihat dengan jelas rasa sayang Mama yang sangat besar kepadaku.
“Tapi apa Bi?” ulang Mama.
”Tapi, Yubi pergi ngeluyur sama teman-teman Ma, Yubi keluar cuma buat main-main dan senang-senang saja, maafin Yubi Ma, Yubi sudah buat Mama kecewa. Yubi bohong sama Mama. Yubi benar-benar nyesal sudah mengkhianati kepercayaan Mama…” Aku gak bisa menahan air mata. Aku nangis sesegukan. Sejak Aku liat kekecewaan dan kesedihan diwajah Mama sesudah nerima raportku tadi siang, Aku benar-benar nyesal.
“Ma, Yubi siap nerima hukuman apapun dari Mama. Yubi gak apa-apa jika gak dikasih jajan selama 5 bulan atau gak diijinin keluar rumah selama 1 tahun atau terserah Mama deh, Yubi bakal terima hukuman apapun dari Mama asal Mama jangan marah dan cuekin Yubi lagi.” kataku meyakinkan Mama.
Mama menghela nafas panjang. Lalu bergeser mendekati Aku. Mama menatapku dalam-dalam dengan tajam. Walau begitu, Aku masih lihat dengan jelas rasa sayang Mama yang sangat besar kepadaku.
“Mama gak marah
sayang, Mama hanya kecewa kamu sudah bohongi Mama selama ini, padahal
Mama sangat percaya sama kamu. Tapi, kamu malah merusak kepercayaan yang
Mama berikan.” Suara Mama terdengar begitu lembut tapi seperti
mencabik-cabik hatiku. Sedih skali rasanya.
“Tapi Mama memaafkan
kamu. Mama percaya kamu sudah benar-benar sadar dan menyesal. Perasaan
bersalah yang kamu rasakan cukup jadi hukuman buat kamu. Mama gak akan
tega memberikan hukuman apapun. Yang terpenting buat Mama adalah
penyesalan dan kesadaran yang benar-benar dari hati kamu. Dan yang
paling pentingnya lagi, kamu berdoa minta ampun sama Tuhan.” Omongan
Mama yang begitu bijak membuat air mataku makin deras saja mengalir.
“Berjanjilah sayang, kamu gak bakalan mengulanginya lagi. Kamu harus
yakinkan Mama bahwa kamu benar-benar sudah berubah. Kamu harus
memperbaiki nilai-nilai kamu disemester depannya. Kamu mau kan
sayang???” kata Mama sambil mengelus rambutku dengan penuh cinta diikuti
dengan kecupan sayang yang tidak kusadari mendarat di keningku.
“Ia Ma, makasih banget,” kataku sambil memeluk Mama dengan erat. Dalam hati Aku berjanji sama Tuhan untuk tidak lagi melakukan hal sejahat ini. Aku benar-benar kapok sudah nyakitin hati lembut seorang wanita yang sangat menyayangi Aku. “Thanks God!!! Mam...i’m so sorry,,, I really love you..” Bisikku sambil memeluk Mama lebih erat lagi.
“Ia Ma, makasih banget,” kataku sambil memeluk Mama dengan erat. Dalam hati Aku berjanji sama Tuhan untuk tidak lagi melakukan hal sejahat ini. Aku benar-benar kapok sudah nyakitin hati lembut seorang wanita yang sangat menyayangi Aku. “Thanks God!!! Mam...i’m so sorry,,, I really love you..” Bisikku sambil memeluk Mama lebih erat lagi.
0 komentar:
Posting Komentar