Jumat, 17 Agustus 2012

Suara Hatiku

Aku ingat ketika setiap hari terasa amat panjang
Saat bumi adalah taman hiburan dan nafas adalah melodi
Dan tanpa peduli aku menari kegirangan
Karena mampu melewati tahun demi tahun
Tanpa menghiraukan masa depanku

Aku bermain saat siang hari dan bermimpi pada malam hari
Orang tuaku selalu meyakinkanku untuk tidak takut pada apapun
Teman-temanku mengajariku untuk tidak meratapi bobroknya dunia ini
Kata mereka “apapun yang terjadi kami selalu ada untukmu”

Aku tak tahu apa yang terjadi di luar sana
Tragedi, pembunuhan, penipuan, dan penindasan itu semua asing bagiku
Aku tak tahu dan tak mengenal mereka
Yang ku tahu hanyalah bahwa ada langit biru, matahari, bintang, dan bulan
Yang kurasakan hanya kicauan burung dan desah air yang mengalir menetramkan hatiku
Aku merasa berkuasa dihidupku
Yang kupedulikan hanyalah diriku
Aku harus selalu ceria, hatiku tak boleh redup barang sedetikpun
Aku tak boleh meneteskan air mata
Negara ini tak pantas disesali

Itulah duniaku waktu kecil..

Tapi seiring bertumbuh dewasa, kegelapan mulai menghampiriku
Duniaku yang cerah seketika menjadi mendung dan sangat pekat
Bahkan untuk tidurpun aku tak berani
Aku benci yang namanya mimpi

Sekarang terlihat olehku akan kekerasan yang dulu terabaikan
Keangkuhan dan keegoisan yang duluh ku anggap sebagai
Tujuan kehidupan, kini terasa bagai duri yang melilit di kepalaku
Amat terasa bagai bermandi api di siang bolong

Aku tak tahu harus berbuat apa
Buku, pengetahuan, keterampilan tak juga membantu aku
Apa aku harus menyerah, mengaku kalah dan menjadi budak keegoisan ?

Aku ingin menangis dan teriak pada Negara tercinta ini
Dimana hatimu ?
Dimana telingamu ?

Masihkah kau mendengar isak tangis orang-orang tak berdaya
Yang telah kau kuras ?
Masihkan pri kemanusiaan itu berlaku di Negara ini ?
Apakah janji yang kau ucapkan hanya sebatas kata-kata yang tak bermakna ?

Aku memang lelah dengan sandiwara mereka yang tak habis-habis
Tapi aku takkan pernah menyerah
Aku akan tetap melaju sambil tersenyum mengiringi
Kicauan burung dikala menyambut sang surya

Kemari kawan-kawanku, raih tanganku
Kita bergandengan tangan dan terus berlayar menapaki kehidupan
Kita runtuhkan tembok-tembok beton yang menjalar mengganggu kemesrahan kita
Apapun yang terjadi melangkahlah dengan kesatuan
Satu tekad dan satu tujuan, Negara kita pasti akan sembuh.

Bersama kita memberantas hama-hama yang akan menjadi
Perusak masa depan dunia
Jangan tunggu nanti, atau beberapa abad lagi
kalau bukan sekarang, kapan lagi ?

Jangan sibuk bertanya siapa yang memulai
Kalau bukan kita, siapa lagi ?
Mari kita tunjukkan kepada mereka
Kalau kita masih bisa memulihkan Negara ini.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Gembel Ceria Template by Ipietoon Cute Blog Design