Foto saya bersama Galih |
Malam itu saya dibikin ngakak oleh curhatan seorang bocah laki-laki.
Sebelum saya menceritakan apa yang menyebabkan
saya terlihat seperti orang gila malam itu, saya akan menceritakan dulu, siapa
dan di mana saya mengenal tersangka.
Galih namanya, seorang murid kelas 5 SD N 1
Kiyaran 2 yang terletak di Sembungan, Desa Wukirsari, Kabupaten Sleman. Dusun
Sembungan merupakan tempat saya melaksanakan Kuliah Kerja Nyata atau lebih
akrab disebut KKN oleh mahasiswa. Entah dia salah memakai parfum apa, dia
digosipkan oleh teman-temannya dan juga teman-teman KKN saya kalau dia suka
sama saya. Suka dalam bentuk apa gak jelas, yang penting dia suka sama saya,
itu kabar yang beredar dan yang lebih para teman-teman kelasnya menyebut dia
itu ‘pacar’ saya. Ya, entah saya salah makan apa selama di sana, tapi itulah
yang terjadi ketika saya KKN di tempat ini.
Setelah selesai KKN pun dia rajin sms/telpon saya. Dia sering bilang ‘kangen’ bahkan dia selalu menyebutkan kata ‘sayang’ dan sedikit kata-kata alay seperti ‘cantik’, ‘manis’ dan ‘jelita’. Bagi saya itu bukan rupa-rupa gombalan seorang bocah. Ya, saya menganggap semua itu adalah perlakuan seorang adik terhadap kakak, karena dia tidak mempunyai saudara perempuan, mungkin dalam lubuk hatinya yang paling dalam dia mendambahkan kasih sayang seorang kakak perempuan dan dia merasakan itu ada dalam diri saya (ehm, maaf kalo saya sedikit memuji diri, haha). Ini merupakan bentuk pembelaan diri kalau saya bukan seorang ‘pedovil’, teman!
Setelah selesai KKN pun dia rajin sms/telpon saya. Dia sering bilang ‘kangen’ bahkan dia selalu menyebutkan kata ‘sayang’ dan sedikit kata-kata alay seperti ‘cantik’, ‘manis’ dan ‘jelita’. Bagi saya itu bukan rupa-rupa gombalan seorang bocah. Ya, saya menganggap semua itu adalah perlakuan seorang adik terhadap kakak, karena dia tidak mempunyai saudara perempuan, mungkin dalam lubuk hatinya yang paling dalam dia mendambahkan kasih sayang seorang kakak perempuan dan dia merasakan itu ada dalam diri saya (ehm, maaf kalo saya sedikit memuji diri, haha). Ini merupakan bentuk pembelaan diri kalau saya bukan seorang ‘pedovil’, teman!
Oke, kita masuk ke tujuan utama saya posting
cerita ini ke blog. Tujuan utamanya hanya ingin membagikan curhatan si
bocah yang bernama Galih, curhatan yang bikin hati melotot dan mata merinding. Nah,
pastikan penglihatan Anda baik-baik saja dan hati Anda dalam keadaan tidak
rabun, karena ceritanya sedikit ekstrim. Siap? Inilah percakapan saya dengan
dia lewat sebuah angkutan yang bernama ‘SMS’.
Galih : “Mba, mau dengar gak cerita ku waktu
dulu sama ehm ehm ku”
Saya : “iya, boleh dek, mba mau dengar”
SELESAI.
Sumpah! Saya bingung mau balas apa. Ceritanya
sungguh abstrak, saya diam sejenak dan mengajak otak saya untuk mengejah cerita
itu, berjalan dalam setiap rangkaian huruf, sedikit terantuk karena pikiran
fokus mencari pesan curhatan ini, namun saya bangkit lagi dan terus mencari
‘isi’ cerita si bocah ini. Dia sudah mengetik sebanyak itu, tidak mungkin saya
membalas “maksudnya, dek?” mungkin dia akan pingsan di seberang seandainya saya
nekad membalas seperti itu. Setelah beberapa menit saya berdiskusi dengan otak
saya, dengan sedikit berat sayapun membalas.
Saya : “trus kamu makan sama Windi?”
Galih : “iya”
Saya : “trus habis itu kalian pacaran?”
Galih : “udah, aku mau tidur”
Gubrak, seperti menabrak tembok besi. Sakit, dan
puyeng habis itu. Otak ikutan miring, curhatannya berhasil membuat saya ngakak
semalaman. Saya teringat sama cerpen si Anggi adiknya Raditya Dika, tentang
‘Sekolah Hantu’ (NB: yang belum tahu ceritanya, sialahkan nonton Stand Up
Comedy Raditya Dika yang di Bandung). Ceritanya sebelas-duabelas sama curhatan
si Galih, bedanya kalau punya Anggi itu namanya ‘cerpen’ dan kalau punya Galih
namany ‘curhat’.
Bukan salah mereka, mungkin nalar kita yang tak
mencapai puncak imajinasi mereka. Mungkin!
0 komentar:
Posting Komentar