- Untuk memperdebatkan harga diri siapa yang paling tinggi?
- Untuk membahas keunikan masing-masing?
- Mungkinkah untuk mendiskusikan mengapa ada yang berambut panjang dan ada yang berambut botak?
- Atau yang lebih absurd, upil siapa yang paling enak dan kentut siapa yang berhasil memindahkan gunung bromo?
Apakah itu tujuan
dua orang yang kita sebut perempuan dan laki-laki, atau pria dan wanita atau
yang lebih gaul cewek dan cowok bertemu?
Gue bertanya sama
kalian, temen gue yang berspesies ‘manusia’, trus kenapa cicak di dinding itu yang
kemudian menatap gue dengan nista? “Emang
gue tanya sama lo?” dia memandang gue lebih hina lagi, beda dari pandangan
pertama. Pandangannya kali ini lebih menjurus ke… ya, menjijikkan, dia
memandang gue dengan pandangan jijik kemudian mengibas ekornya sebanyak empat
kali, dan pergi meninggalkan gue dengan senyum sinis. Sumpah, gue tersinggung.
Harga diri gue berasa diinjek-injek sama cicak idiot itu. Dia pikir dia
terlihat keren memperlihatkan pandangan dan senyum seperti itu? “hei lo cicak idiot, pandangan dan senyum
lo itu lebih menjijikkan dari muka gue,” eh, loh kok muka gue? SALAH. “hei, cicak idiot, pandangan dan senyum lo
itu lebih menjijikkan daripada cicak tetangga sebelah lo itu,” seekor cicak
yang lain, tetangga cicak idiot itu langsung memandang gue dengan senyum dan
pandangan yang mengisyaratkan “TERIMA KASIH” kemudian gue juga balas
menatapnya, dan mata kamipun bertemu. Apa yang terjadi? Mata gue berubah jadi
mata tokek. Ya, gabungan dari mata gue dan matanya si cicak, tetangganya cicak
idiot itu.
Oke, anggap saja
cicak idiot itu iklan dari cerita gue kali ini. Anggap aja dia cicak idiot yang
sedang mencari ‘jati dirinya’, dan dia merasa gue yang menyembunyikan sehingga
dia bersikap sinis sama gue. Tapi tenang aja, gue udah titip pesan(pake materai
6000) sama tetangganya tadi kalo dia bertemu cicak idiot itu lagi, sampaikan
padanya kalo gue gak kenal ‘jati dirinya’ dan gue gak tahu ‘jati dirinya’ itu
di mana, soalnya waktu dia pergi dia gak pamitan sama gue, jadi gue gak salah
apa-apa dan pandangan sinisnya tadi gak berhak gue dapatkan.
Tiba-tiba ada yang
ketuk pintu gue, dan setelah gue bukain, “Gak
ada orang”, gue bermaksud menutupnya lagi. “Gue di bawah, bego?!” gue menoleh ke bawah. Gue syok setengah
hidup. Lo tahu siapa yang sekarang berada tepat di depan ibu jari kaki gue?
Yup! Si cicak idiot. “Nomor 4 yang benar,
bego!” katanya sinis, kemudian dia pergi lagi. Kali ini gue pasrah kalo dia
memandang gue dengan nista dan hina, bahkan gue pasrah dia ngatain gue ‘bego’
karena eskpresi gue benar-benar bego bin menjijikkan di depannya. Gue
membetulkan letak kacamata gue. Gue ketok otak gue. Gue tampar pipi kiri dan
kanan gue. Gue bangunin si ibu jari kaki yang lagi tidur. Gue bersyukur dia
lagi bocan (bobo cantik) waktu si idiot datang, kalau gak, mungkin dia sudah
lari terbirit-birit meniggalkan gue, karena melihat si cicak idiot itu tepat di
depannya, atau mungkin juga dia akan pingsan 9 bulan, bahkan mungkin setahun. Dan
yang lebih parah lagi kalo dia mengundurkan diri jadi ibu jari kaki gue. Gue
merinding membayangkan itu semua. Gue langsung memeluk ibu jari kaki gue sambil
berbisik ‘lo, jangan pernah tinggalin gue
ya,” gue belai kepalanya yang tak berambut dan dalam itungan detik dia
sudah kembali ke alam mimpinya. Gue menarik nafas panjang, gue lega!
Lantas, apa yang
sebenarnya mau gue ceritain? Tentang cicak idiot? Atau tetangganya cicak idiot
yang sudah mengubah mata gue menjadi mata tokek? atau ibu jari gue yang sangat
gue sayangin dan gak bakalan rela kalo dia ninggalin gue? Apa yang sebenarnya
ingin gue tuliskan di sini? Tentang keegoisankah? Tentang kepedulian? Cinta dan
Kasih sayang? Amarah bahkan kekesalan? Perpisahan? Perbedaan? Kegagalan?
Kehilangan dan Penyesalan? Atau cuma cerita konyol seorang gembel yang depresi
karena VIRUS yang bernama ‘CINTA’ hadir dalam pertemuannya dengan seseorang
yang berbeda jenis kelamin dengannya sehingga menjadi PARASIT yang diam-diam
membunuh bahkan membuatnya terus tertunduk dan tak berani menatap ke atas,
menatap masa depan?
Mungkin benar kata
si idiot. Ibarat pertemuan seorang cewek dan cowok itu, hanya untuk
memperkenalkan upil siapa yang paling enak dan kentut siapa yang berhasil
memindahkan gunung bromo. Kadang untuk memenangkan hati orang yang kita cintai
dan sayangi, kita harus melakukannya dengan hal-hal yang memalukan, seperti
memakan upil, mungkin. Atau bahkan melakukan pengorbanan yang mungkin tak masuk
akal, seperti latihan ketut hanya untuk menghasilkan bunyi yang dasyat yang
berhasil memindahkan gunung bromo.
Konyol teman, tapi
itulah realita percintaan kaum Adam dan Hawa di jaman antik ini, itukah
defenisi CINTA yang sebenarnya?
Entah, namun kalau
ada kata yang bisa mengisyaratkan hati, kata yang tepat untuk tulisan konyol
ini adalah, ‘ALIBI’.
0 komentar:
Posting Komentar