Jumat, 21 Maret 2014

A L I B I

Menurut lo, kenapa dua orang yang berjenis kelamin beda itu dipertemukan?
  1. Untuk memperdebatkan harga diri siapa yang paling tinggi?
  2. Untuk membahas keunikan masing-masing? 
  3. Mungkinkah untuk mendiskusikan mengapa ada yang berambut panjang dan ada yang berambut botak?
  4. Atau yang lebih absurd, upil siapa yang paling enak dan kentut siapa yang berhasil memindahkan gunung bromo?


Apakah itu tujuan dua orang yang kita sebut perempuan dan laki-laki, atau pria dan wanita atau yang lebih gaul cewek dan cowok bertemu? 

Gue bertanya sama kalian, temen gue yang berspesies ‘manusia’, trus kenapa cicak di dinding itu yang kemudian menatap gue dengan nista? “Emang gue tanya sama lo?” dia memandang gue lebih hina lagi, beda dari pandangan pertama. Pandangannya kali ini lebih menjurus ke… ya, menjijikkan, dia memandang gue dengan pandangan jijik kemudian mengibas ekornya sebanyak empat kali, dan pergi meninggalkan gue dengan senyum sinis. Sumpah, gue tersinggung. Harga diri gue berasa diinjek-injek sama cicak idiot itu. Dia pikir dia terlihat keren memperlihatkan pandangan dan senyum seperti itu? “hei lo cicak idiot, pandangan dan senyum lo itu lebih menjijikkan dari muka gue,” eh, loh kok muka gue? SALAH. “hei, cicak idiot, pandangan dan senyum lo itu lebih menjijikkan daripada cicak tetangga sebelah lo itu,” seekor cicak yang lain, tetangga cicak idiot itu langsung memandang gue dengan senyum dan pandangan yang mengisyaratkan “TERIMA KASIH” kemudian gue juga balas menatapnya, dan mata kamipun bertemu. Apa yang terjadi? Mata gue berubah jadi mata tokek. Ya, gabungan dari mata gue dan matanya si cicak, tetangganya cicak idiot itu. 

Oke, anggap saja cicak idiot itu iklan dari cerita gue kali ini. Anggap aja dia cicak idiot yang sedang mencari ‘jati dirinya’, dan dia merasa gue yang menyembunyikan sehingga dia bersikap sinis sama gue. Tapi tenang aja, gue udah titip pesan(pake materai 6000) sama tetangganya tadi kalo dia bertemu cicak idiot itu lagi, sampaikan padanya kalo gue gak kenal ‘jati dirinya’ dan gue gak tahu ‘jati dirinya’ itu di mana, soalnya waktu dia pergi dia gak pamitan sama gue, jadi gue gak salah apa-apa dan pandangan sinisnya tadi gak berhak gue dapatkan. 

Tiba-tiba ada yang ketuk pintu gue, dan setelah gue bukain, “Gak ada orang”, gue bermaksud menutupnya lagi. “Gue di bawah, bego?!” gue menoleh ke bawah. Gue syok setengah hidup. Lo tahu siapa yang sekarang berada tepat di depan ibu jari kaki gue? Yup! Si cicak idiot. “Nomor 4 yang benar, bego!” katanya sinis, kemudian dia pergi lagi. Kali ini gue pasrah kalo dia memandang gue dengan nista dan hina, bahkan gue pasrah dia ngatain gue ‘bego’ karena eskpresi gue benar-benar bego bin menjijikkan di depannya. Gue membetulkan letak kacamata gue. Gue ketok otak gue. Gue tampar pipi kiri dan kanan gue. Gue bangunin si ibu jari kaki yang lagi tidur. Gue bersyukur dia lagi bocan (bobo cantik) waktu si idiot datang, kalau gak, mungkin dia sudah lari terbirit-birit meniggalkan gue, karena melihat si cicak idiot itu tepat di depannya, atau mungkin juga dia akan pingsan 9 bulan, bahkan mungkin setahun. Dan yang lebih parah lagi kalo dia mengundurkan diri jadi ibu jari kaki gue. Gue merinding membayangkan itu semua. Gue langsung memeluk ibu jari kaki gue sambil berbisik ‘lo, jangan pernah tinggalin gue ya,” gue belai kepalanya yang tak berambut dan dalam itungan detik dia sudah kembali ke alam mimpinya. Gue menarik nafas panjang, gue lega!

Lantas, apa yang sebenarnya mau gue ceritain? Tentang cicak idiot? Atau tetangganya cicak idiot yang sudah mengubah mata gue menjadi mata tokek? atau ibu jari gue yang sangat gue sayangin dan gak bakalan rela kalo dia ninggalin gue? Apa yang sebenarnya ingin gue tuliskan di sini? Tentang keegoisankah? Tentang kepedulian? Cinta dan Kasih sayang? Amarah bahkan kekesalan? Perpisahan? Perbedaan? Kegagalan? Kehilangan dan Penyesalan? Atau cuma cerita konyol seorang gembel yang depresi karena VIRUS yang bernama ‘CINTA’ hadir dalam pertemuannya dengan seseorang yang berbeda jenis kelamin dengannya sehingga menjadi PARASIT yang diam-diam membunuh bahkan membuatnya terus tertunduk dan tak berani menatap ke atas, menatap masa depan? 

Mungkin benar kata si idiot. Ibarat pertemuan seorang cewek dan cowok itu, hanya untuk memperkenalkan upil siapa yang paling enak dan kentut siapa yang berhasil memindahkan gunung bromo. Kadang untuk memenangkan hati orang yang kita cintai dan sayangi, kita harus melakukannya dengan hal-hal yang memalukan, seperti memakan upil, mungkin. Atau bahkan melakukan pengorbanan yang mungkin tak masuk akal, seperti latihan ketut hanya untuk menghasilkan bunyi yang dasyat yang berhasil memindahkan gunung bromo. 

Konyol teman, tapi itulah realita percintaan kaum Adam dan Hawa di jaman antik ini, itukah defenisi CINTA yang sebenarnya?
Entah, namun kalau ada kata yang bisa mengisyaratkan hati, kata yang tepat untuk tulisan konyol ini adalah, ‘ALIBI’.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Gembel Ceria Template by Ipietoon Cute Blog Design