Hari ini hari pertama gue resmi akan menjadi bagian dari
keluarga besar di SMP ini selama 3 bulan ke depan. 15 juli 2013 adalah tanggal
penyerahan mahasiswa PPL (Program Pengalaman Lapangan) di sekolah ini. Sebenarnya gak ada yang aneh sih pada
sesi penyerahan ini. Yang aneh ketika dosen pembimbing gue telat waktu itu. Ya,
gak telat-telat banget sih sebenarnya. Waktu itu dosen pembimbing gue SMS-in
gue suru jemput beliau di depan karena beliau gak tahu tempat pertemuannya.
Dari Jurusan Pendidikan Matematika, kami ada 6 orang yang dibimbing sama dosen
ini, gue salah satu yang sering kontakan sama bapak-nya untuk informasi yang
berhubungan dengan kegiatan PPL. Saat dapat sms dari beliau, gue bilang ke
teman-teman (yang satu jurusan sama gue) kalau bapaknya minta dijemput di luar,
gue gak berani keluar karena koordinator PPL-nya udah membuka acara. Jadi gue minta
tolong temen gue yang cowok untuk nyamperin bapaknya. Bukannya bantuin gue, dia
malah godain kek gini, “cieee, yang di smsin bapaknya,” kontan gue nyengir. Dalam
hati gue mikir, nih orang ngerti bahasa manusia gak sih? Ya gimana gue gak mikir
gitu coba, gue udah bicara sama dia dengan bahasa indonesia yang baik dan benar
kalau bapaknya minta dijemput karena beliau gak tahu ruangannya, nih dia malah
balasnya dengan kata "ciee, ciee," kesel gak tuh. Sampe-sampe temen gue yang di
samping pengen gue cekek batang lehernya. Sadis!
Dengan sedikit malu, ya ia gue malu banget karena reaksi dia
menarik perhatian dari teman-teman yang lagi asyik dengerin bapak koordinator
PPL yang sedang memberikan sambutan di depan, ya lebih tepatnya mendongeng sih,
alhasil teman-teman ikutan teriak "ciee, ciee," walaupun teriaknya pake bisik,
selama itu masih dijangkau kuping gue ya tetap aja nyebelin. Gue mulai
beranjak dari tempat duduk gue dan dengan sedikit gusar gue keluar dari ruangan
mencari dosen gue yang udah dua kali mengirim sms. Pas gue keluar dari ruangan
gue langsung liat dosen gue lagi mutar-mutar nyariin gue (nyariin dalam tanda
petik, lho!). Dengan setengah berbisik gue teriak manggil dosen gue, dan
untungnya suara bisikan gue yang volumenya ukuran jumbo ini berhasil membuat si
dosen melihat ke arah gue dengan sekali panggilan.
Saat masuk ke dalam ruangan, teriakan dari teman-teman
mencemari telinga gue lagi, "ciieee, ciiieee," teriakan yang bikin gue pengen
menjitak kepala mereka satu-satu. Gak tahu apa, itu dosen gue..!!!
Perlu gue
ceritain sedikit tentang dosen gue yang lebih mirip mahasiswa ini ketimbang
jadi dosen. Umur beliau sekitar 26 tahun (ya, kira-kira segitu), kurus, tinggi,
jago matematika, dan merupakan satu-satunya dosen termudah di kampus gue. Entah
mereka dapat darimana makhluk yang satu ini, tapi kehadiran beliau sempat
membuat orang-orang yang melihatnya berdecak kagum terutama kaum hawa. Makanya
gak heran teman-teman PPL juga godain gue saat masuk bersama beliau di ruangan
barusan. Apalagi teman-teman yang lain yang beda kampus sama gue belum tahu
kalau itu dosen gue.
Semenjak masuk di sekolah ini, memang hanya beberapa guru
yang tahu kalau beliau adalah seorang dosen. Siswa-siswa yang lain yang ketemu
dosen gue pas kalau bapaknya ke sekolah, malah mengirah beliau adalah teman PPL
kami. Bahkan mereka berbicara dengan beliau dengan panggilan “lo-gue” dan
setelah mereka sadar kalau itu dosen, tentu saja atas pengakuan kami,
siswa-siswa itu jadi malu setengah mampus dan terus meminta maaf pada dosen gue
yang hanya membalas dengan cengengesan.
Sebenarnya gak penting sih gue ceritain ini, tapi biar bagaimana pun, dosen gue yang satu ini punya cerita unik yang mengesankan di SMP dan baru kali ini gue ngerasain, jadi gue harus abadikan ini di blog. Kalau ada teman gue yang mampir dan baca blog gue, pasti sudah tahu siapa orang (baca: dosen) yang gue maksud. Gue sampe muat beliau di blog gue, bukan karena gue nge-fans loh, bukan! Karena walau bagaimanapun dan sampai kapanpun, Mr.TM tetap fans gue yang sejati (loh, kog malah bahas Mr. TM? Hehee). Untung dosennya bukan Mr. TM gue, hahaa.
0 komentar:
Posting Komentar