Ada seorang anak Sekolah Dasar bernama
Tuju. Dia sangat depresi karena setiap kali ke sekolah, pasti namanya yang jadi
bulan-bulanan. Apa lagi kalau saat pelajaran matematika. Namanya pasti sering
disebut. Karena sudah merasa putus asa, suatu hari Tuju menemui seorang dukun
yang terkenal hebat mandraguna di kampungnya.
Tuju : Slamat siang Mbah..
Dukun : Slamat siang juga nak, ada yang bisa saya bantu?
Tuju : Iya Mbah, saya punya masalah nih. Saya pengen minta tolong sama Mbah untuk menyelesaikan masalah saya ini.
Dukun : Emang masalahnya apa nak?
Tuju : Begini Mbah, nama sayakan Tuju. Saya tidak mau nama saya jadi bulan-bulanan di sekolah, saya pengen Mbah kasih guna-guna, biar siapapun yang menyebut Tuju, jadi mencret.
Dukun : Oh kalau itu sih gampang. Saya bisa bikin siapapun yang menyebut “Tuju” jadi mencret.
Pagi-pagi sebelum berangkat ke sekolah,
ayahnya membangunkan Tuju di kamar. “Tuju, bangun dong, telat nanti
sekolahnya..” Tiba-tiba ayah mencret. Tidak lama kemudian ibu berkata dengan
setengah beerteriak “Tuju, jangan lupa sarapan ya,,” habis ngomong ibunya juga
langsung mencret. Tuju tersenyum melihat apa yang terjadi sama ayah dan ibunya.
Itu tandanya mantra dari Mbah dukun sudah mulai bereaksi.
Sesampai di sekolah, jam pertama saat itu
adalah pelajaran matematika. Setelah mempelajari beberapa materi, guru
memberikan pertanyaan kepada muridnya, “anak-anak, 6 + 1 berapa?” “Tujuh bu..”
jawab anak-anak dengan serentak. Kecuali Tuju. Spontan semua anak-anak langsung
mencret. Ibu guru bingung.
Hari terus berganti dan siapapun menyebut
“Tuju” pasti mencret. Anak-anak yang menyadari adanya kejanggalan saat menyebut
“Tuju” tidak mau lagi menyebutnya karena mereka sudah tahu resikonya. Suatu
hari untuk sekedar tes kemampuan anak didiknya, guru bertanya lagi, “anak-anak,
5 + 2 berapa?” HENING. Guru yang kebingungan bertanya lagi, “masak gak ada yang
tahu berapa 5 + 2? Kalau gitu 8 – 1 berapa?” HENING. Guru dengan kesal berkata,
“Sekarang, coba angkat kelima jari kalian sebelah kiri, kemudian tambahkan dua
jari sebelah kanan, kemudian kita hitung sama-sama.” Semua murid mempraktekkan
yang disuru guru mereka. “Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, HENING.” “Kok
berenti, lanjutin dong..” Guru memberi semangat. HENING. Guru mulai marah,
“anak-anak, 5 + 2 itu sama dengan Tujuh, ingat jangan lupa lagi.” Akhirnya guru
pun ikut mencret.
Orang tua Tuju yang menyadari akan keanehan
itu memutuskan untuk menemui dukun yang terkenal mandraguna di kampungnya.
Dukun yang sama, yang ditemui Tuju dulu.
Dukun : Slamat siang pak, bu, ada yang bisa
saya bantu?
Ayah : Kami mau minta bantuan sama Mbah, kenapa ya anak kami itu kalau sebut namanya kami selalu mecret?
Ayah : Kami mau minta bantuan sama Mbah, kenapa ya anak kami itu kalau sebut namanya kami selalu mecret?
Mbah dukun lupa akan perjanjian yang telah
dibuatnya dengan Tuju.
Dukun : Emang siapa namanya?
Ibu : Kakaknya 6 itu loh Mbah, pernah belajar matematikakan?
Dukun : Kakaknya enam? Siapa ya..
Ayah : Itu lho, yang adiknya 8, masak gak tahu sih..
Dukun : Oh, Tujuh..
Ibu : Kakaknya 6 itu loh Mbah, pernah belajar matematikakan?
Dukun : Kakaknya enam? Siapa ya..
Ayah : Itu lho, yang adiknya 8, masak gak tahu sih..
Dukun : Oh, Tujuh..
Saat itu juga si dukun mencret. KENA DEH…
Senjata makan tuan.