Hai Mbel, maaf ya kalo aku baru muncul lagi.
Bukannya aku tidak mempedulikan kamu, bukan. Aku hanya sibuk sama teman baruku.
Ya, aku baru kenal dia saat bulan februari kemarin (mungkin). Sejak
ketemu dia, aku sedikit galau, Mbel. Alasannya banyak. Tidak, bahkan sangat
banyak.
Mbel, temen baruku itu banyak maunya. Dia egois,
Mbel. Dia benar-benar menyita semua perhatian dan semua waktuku. Baik itu waktu
untuk tidur, waktu untuk jalan, waktu untuk kumpul sama teman-teman, waktu
untuk nonton, waktu untuk ngerumpi dan waktu untuk kencan sama blog tercintaku
ini, termasuk waktu untuk sms-an atau telpon-an sama keluargaku. Semenjak kenal
dia, aku terserang penyakit yang bernama ‘PY-BAB’ (Peningkatan Yang Bukan Aku
Banget). Gejalanya seperti ini:
- Porsi ngemil meningkat
- Persediaan kopi di kos meningkat
- Jadwal begadang meningkat
- Jadwal mengunjungi tempat fotokopi meningkat
- Olahraga meningkat, yaitu olahraga jari
- Jadwal ke perpustakaan meningkat
- Jadwal kencan sama mas google meningkat
- Terserang kanker (kantung kering) tiba-tiba meningkat
- Mual-mual (baca: malu-malu) meningkat akibat keseringan menggembel di depan ruang dosen
- Meningkat-nya radang batuk (baca: butek) di otak
- Ke-pegal-an lengan meningkat
- Kencan sama komputer meningkat, hampir berjam-jam. Pernah setengah hari penuh.
Ngeri, kan? Aku aja sampe merinding baca
gejala-gejala itu, bukan karena gejala-gejala itu horor. Tapi, karena cuacanya
di sini lagi dingin banget, Mbel. Udah ujan, angin pula. Hih, merinding!!
Tapi serius deh, Mbel. Temen baruku itu kalau
udah ngamuk nggak kenal rasa belas kasih. Sumpah! Biasanya, kalau aku udah sukses
mual-mual (baca: malu-malu), pegel-pegel akibat meng-gembel lama di depan ruang
dosen, dia akan paksa aku untuk berkenalan dengan temannya yang bernama
‘revisi’. Pasti! Dia nggak akan berdiskusi dulu aku udah siap atau belum. Atau
sekedar bertanya aku mau nggak kenalan sama temannya itu. Berhubung dia udah
bikin aku kesal, aku juga akan bongkar rahasia dia sama kamu, Mbel. Tapi, janji
jangan bilang-bilang dia, ini cuma aku dan kamu yang tahu. Sini, aku bisik-in.
Sebenarnya, ‘revisi’ itu kembaran dia, Mbel.
Nggak percaya? Gini ceritanya, waktu lahir mereka dititipkan ke panti asuhan
oleh induk kandung mereka. Setelah beberapa minggu, mereka di adopsi oleh induk
yang berbeda, sehingga mereka terpisah. Kebetulan yang ngadopsi mereka itu
tentangga-an, jadi sekarang mereka temanan. Teman dekat lebih tepatnya. Kasihan,
sih. Tapi jangan bilang-bilang mereka ya, kalo sebenarnya mereka itu kembar,
nanti mereka tanya aku lagi siapa orang tua kandungnya. Padahal aku sudah janji
sama induk kandungnya dulu, kalo aku akan menjaga rahasia ini. Mbel, kamu nggak
mau kan, aku mengingkari janji? Tidak usa dijawab, karena jawaban kita pasti
sama.
Mbel, kamu mau tahu nggak kenapa aku sedikit
malas kenalan sama teman-nya temen baruku itu. Habis dia itu orangnya nggak
asyik, sih. Serius, deh. Cuma kalo diliat dari kesing-nya dia itu keren.
Biasanya, orang yang nggak kenal dia itu adalah orang-orang yang kuper, dan
kalo ada yang berhasil tidur bareng dia, itu gaul maksimalnya pakek banget,
dah. Meskipun aku belum pernah tidur bareng dia, aku tetap dibilang gaul kok,
Mbel. Karena aku bisa kenalan sama dia. Ah, persetan dengan gaul maksimal, yang
penting aku nggak kuper. Satu yang perlu kamu tahu, Mbel. Revisi itu kerjaannya
menindas!
Itu sedikit cerita silsilah keluarga temen
baruku itu. Dikit banget, Mbel. Sengaja aku ceritain sedikit, karena kalo aku
cerita banyak tentang silsilahnya, nanti dia marah sama aku, trus ninggalin
aku. Jujur, Mbel. Walaupun aku kesal sama dia yang egois dan udah nyebarin
virus ‘PY-BAB’ di hidupku, aku sebenarnya takut kehilangan dia, Mbel. Serius.
Sumpah. Aku takut banget kalo dia mutusin tali pertemanan kami. Karena, dia
satu-satu-nya. Ingat, s-a-t-u-s-a-t-u-nya
pemegang kunci supaya aku bisa keluar dari kampus ini.
Tanpa dia aku bakal jadi gembel seumur hidup,
Mbel. Baru menggembel di depan ruang dosen aja aku udah mual-mual (baca:
malu-malu) apalagi kalo aku sampai menggembel di bawah jembatan, di depan toko,
di depan foto copy, atau bisa jadi di depan rumah kamu, Mbel. Kamu nggak mau
kan punya teman yang menggembel di mana-mana? Makanya, bantu aku ya, Mbel.
Doain aku biar sabar hadapin temen baru dan temennya teman baruku itu. Doain
aku biar bisa ‘bersahabat’ sama mereka. Dan doain aku juga biar bisa jaga
rahasia yang ada di antara ‘aku’, ‘skripsi’, dan ‘revisi’. Oh iya, nama temen
baruku itu ‘skripsi’, Mbel.
Oh, kamu mau ketemu dia? Gak usah, Mbel. Nanti
dia bakal menghampiri kamu kok, atau mungkin sekarang dia udah jadi temen kamu,
Mbel. Selamat ya, kita sukses jadi tawanan si kembar yang bukan kembar itu.
Jangan melambaikan tangan pada kamera ya, Mbel.
Nggak usah berkepikiran untuk kenalin mereka sama si ‘menyerah’. Karena si
‘skripsi’ dan si ‘revisi’ nggak akan pernah mau kenalan sama yang namanya
‘menyerah’. Nggak akan!